Liputan6.com, Jakarta - Sampah masih menjadi persoalan bagi masyarakat yang bermukim di pesisir Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Meski beragam upaya telah dilakukan, tapi permasalahan sampah di wilayah ujung timur Pulau Jawa ini masih terus terjadi.
Yang terbaru, wilayah pesisir pantai kini dipenuhi sampah plastik yang bercampur dengan sampah organik. Hal itu diketahui dari unggahan akun Instagram @sungaiwatch pada 9 Juni 2023. Kondisi kali ini bahkan disebut yang terparah karena tumpukan sampah itu sudah begitu menggunung hingga seperti berbentuk pulau. Sampah-sampah itu diyakini sebagian besar berasal dari beragam sungai di daerah tersebut.
Baca Juga
Dampaknya pun sangat terasa bagi para penduduk setempat terutama para nelayan yang semakin kesulitan untuk berlayar mencari ikan. "Kita tidak bisa berlayar, karena sudah penuh sampah, kita jadi kesulitan mencari ikan," kata salah seorang nelayan.
Advertisement
Situasi tersebut terasa ironis dan menyayat hati karena penghasilan utama masyarakat Muncar adalah ikan dan hasil laut lainnya. Di akhir video, Sungai Watch sebuah organisasi yang berfokus pada pelestarian sungai menegaskan akan kembali ke Pulau Muncar.
Mereka akan membantu membersihkan sampah di pesisir pantai sekaligus berusaha melakukan pencegahan agar tidak kembali terjadi tumpukan sampah di daerah tersebut. Di sisi lain, sesering apapun aksi bersih-bersih sungai nyatanya tak membuat jumlah sampah berkurang.
Selalu ada saja yang mengapung di permukaan, atau tergeletak di dasar maupun di sekitar sungai. Apa yang salah? Menurut Gary Benchegib, founder Sungai Watch, membersihkan sungai bukanlah solusi dari permasalahan itu. Yang paling mendesak adalah perubahan pola pikir setiap individu atas sampah yang dihasilkan dan penggunaan plastik sekali pakai.
Plastik Sekali Pakai Sangat Beracun
"Kita lihat ada beberapa produk yang kita pakai setiap hari. Rethink by myself apa kita perlu pakai plastik, sampai no plastic after all. Itu bisa kita do individually, everyday," kata Gary dalam sebuah acara yang digelar secara hybrid, Jumat, 13 Mei 2022.
Menurut data, ia mengatakan, 60 persen sampah plastik di Indonesia dibuang secara ilegal. Tindakan tak bertanggung jawab itu berdampak besar pada hidup manusia. Sampah plastik yang dibuang sembarangan mencemari lautan dan ikan-ikan. Ikan yang terpolusi mikroplastik lalu dikonsumsi manusia.
"Kita semua mungkin sekarang punya plastik di dalam darah kita," ujarnya. Tak heran bila ia menyebut plastik sekali pakai sangat beracun sehingga menekan penggunaannya seminimal mungkin diharapkan bisa mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan. Selain itu, ia dan timnya yang kini berjumlah 60 orang setiap hari membersihkan sungai di Bali.
"90 persen sampah plastik di laut datang dari sungai. Karena itu, kita harus jaga sungai supaya tidak lolos ke laut," terang Gary. Ia menjelaskan timnya berusaha mengadang laju sampah ke laut dengan berbagai cara, salah satunya memasang jaring yang disebut trash barrier.Â
Advertisement
Upaya Membebaskan Sungai dari Sampah
Total saat ini ada 135 jaring dipasang di berbagai sungai. Dari sampah yang terjaring, timnya kemudian meneliti jenis sampah apa saja yang lolos dan sumber sampah berasal.
"Bisa kita lihat banjar (desa) apa yang paling kotor. Diharapkan dari situ bisa buat aturan atau sanksi. Tapi, belum terjadi full sanksinya, law enforcement-nya agar bisa buat orang jera," ia mengeluhkan.
Dari situ, ia juga menilai setiap desa memerlukan tempat pengolahan sampah mandiri agar sampah bisa dikelola sejak awal dengan baik. Selain itu, perlu ada pendidikan tentang pengelolaan sampah yang memadai bagi setiap orang, khususnya para generasi muda. Pengetahuan tentang sampah jadi modal awal mengubah pola pikir seperti usulannya di awal.
Selain itu, ia juga menyadari pentingnya kolaborasi. Pemerintah, mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota, menjadi kolaborator utama dalam upaya membebaskan sungai dari sampah. Disusul masyarakat umum yang kerap membuang sembarangan atau yang terdampak negatif dari keberadaan sampah di sungai. Begitu pula dengan korporasi yang punya platform sangat besar agar upaya dapat terus berkelanjutan.
Sampah Didaur Ulang
"Kita sudah lihat 220 ribu produk sampah plastik dengan semua merek. Kita punya list siapa polluter paling besar di Indonesia," ujarnya. "Sampah di Kuta, banyak yang bukan dari Bali. Ada beberapa dari Banyuwangi, ada juga merek dari Jember dan Lumajang."
Gary juga menyatakan ia merintis usaha produk daur ulang. Sejak 18 bulan lalu, sampah yang dijaring didaur ulang di markas besar mereka. Sampah dipilah antara organik dan non-organik sebelum diolah menjadi papan plastik. Tas kresek, gelas air mineral, dan lain-lain dijadikan papan plastik yang bisa digunakan sebagai dinding, meja, atau produk lainnya.
"Ini upaya upcyclye most of trash. Satu papan plastik dijual Rp500 ribu. Satu papan plastik setidaknya membutuhkan 10 kilo sampah plastik," kata dia. Nilai produk dari sampah plastik daur ulang naik signifikan. Bila sampah dijual mentah ke Surabaya, mereka hanya akan memperoleh Rp15 ribu per 10 kilogram sampah. "Add value-nya lebih dari 50 kali."
"Mimpi saya apakah mungkin satu dua tahun ke depan tak perlu bantuan. Bisa lanjut sendiri dengan produk yang kita buat sendiri," kata Gary. "Dari lulu jadi luwih (dari sesuatu yang buruk jadi sesuatu yang baik)."
Â
Advertisement