Liputan6.com, Jakarta - Furnitur lokal tak kalah saing dengan merek internasional. Namun tentu untuk menggaet pasar, harus ada strategi yang dilakukan seperti mengikuti keinginan pasar yang terus berubah lantaran generasi baru tumbuh menjadi konsumen baru.
Head of Brand & Communication Dekoruma, Narendra Pryottama mengungkapkan terjadi perkembangan pesat dari industri home and living di Indonesia sebelum pandemi, saat pandemi hingga pasca-pandemi. Hal ini dibuktikan banyaknya brand furnitur lokal yang bermunculan menawarkan solusi untuk menyegarkan tampilan rumah.
Baca Juga
Di sisi lain ia menilai segmen pasar di dalam negeri dari target audiens banyak mengalami perubahan. Dulu furnitur terbilang besar dari segi ukuran dan melihat kualitas jenis kayunya, namun sekarang cenderung minimalis dan lebih estetik.
Advertisement
"Bisa dibilang segmen pasar berubah dari segi mindset dan selera," kata Narendra saat dihubungi melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com pada Kamis, 3 Agustus 2023.
Zaman orangtua dulu furnitur harus yang kuat seperti kayu jati dan banyak ukirannya, itu karena semakin menampakkan aktualiasasi di rumah yang kuat. Sementara generasi milenial dan Gen z yang bertumbuh ikut terpengaruh dengan perkembangan sosial media dan dunia digital, sehingga kini saat membeli furnitur orang pun akan melihat banyak referensi.
Dalam wawancara terpisah, Vice Marketing Director dari Olympic Group, Veronica Marcella mengatakan, pangsa pasar dalam negeri sendiri sangatlah potensial karena Indonesia memiliki bonus demografi yaitu penduduk usia produksi sehingga permintaan furnitur juga cukup besar. Namun ia menyambung, menurut data dari HIMKI, yaitu asosiasi nasional yang bergerak di bidang Industri Kehutanan, laju furnitur impor juga tinggi.
"Jadi produsen manufaktur seperti kami cukup mendapat tekanan karena barang-barang furnitur dari luar negeri, itu tak bisa dipungkiri memang," sebut Veronica Marcella saat wawancara melalui pesan suara kepada Liputan6.com, Jumat, 4 Agustus 2023.
Potensi Pangsa Pasar Dalam Negeri
Naiknya bonus demografi menjadi potensi yang digarap oleh brand Olympic dan Olymplast yang menargetkan market segmen menengah, kaum muda dan keluarga baru milenial. "Tapi sebagai perusahaan manufacturing kita melihat IKEA maupun Informa bukan pesain, karena kita fokus ke B2B kebanyakan menyasar ke toko furnitur," paparnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, brand dari luar memang sangat kuat dan mengambil minat sangat besar untuk milenial karena konsep berbelanja dengan memberikan pengalaman dan inspirasi. Hal itu menurutnya jadi motivasi dan tantangan untuk berinovasi pada produk serta saluran distribusi, agar bisa disukai pasar dalam negeri yaitu desain yang mengutamakan estetika dengan harga yang tetap terjangkau sesuai perkembangan ekspektasi pasar saat ini.
Sementara ia juga menyebut memang terdapat kekuangan furnitur lokal pada industrinya itu sendiri. Alasannya, sekarang material penunjang untuk membuat produk furnitur berdaya saing tinggi dan teknologi permesinan belum semaju itu dan craftmanship harus lebih baik, sehingga kompetisi harga dan kualitas bisa bersaing.
Advertisement
Serius Garap Pasar Lokal
Menjawab perubahan selera orang dalam memilih furnitur, Dekoruma sebagai platform berbelanja furnitur lokal pun sejak awal sudah mengusung style tersendiri yaitu Japandi yang merupakan gabungan antara Japanese dan Skandinavia. Desain ini dipilih karena menerapkan unsur minimalis dan multifungsi yang kini disukai milenial maupun Gen z.
Narendra mengatakan, Dekoruma melakukan kurasi untuk brand-brand lokal yang bergabung dengan melihat kesesuaian antara desain furnitur dengan gaya Japandi tersebut. "Kita membaginya dalam empat yaitu natural, klasik, modern, dan industrial yang berdasarkan gaya tipe furnitur," jelas dia.
Brand Livien dan Pira adalah dua furnitur lokal yang cukup difavoritkan di Dekoruma. Pihaknya, menurut Narendra tak menutup kemungkinan bekerja sama dengan lebih banyak brand lokal untuk menggarap pasar domestik yang potensial ini.
Melihat antusiasme yang tinggi pada kebutuhan furnitur, bahkan sejak 2022 Dekoruma membuka showroom yang kini sudah mencapai 15 toko di seluruh Indonesia tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Medan dan termasuk Bali. "Kita ada planning bekerja sama juga dengan pengrajin, karena UMKM furnitur lokal sangat berkembang juga. Kita sedang menyusun formula yang tepat seperti apa," papar Narendra.
Hal ini juga yang akan menjawab agar brand lokal, pengrajin lokal bisa bersaing dengan produk luar. "Mereka harus punya signature style sendiri, harus melihat apa demand yang dibutuhkan masyarakat," sambungnya lagi.
Kolaborasi Brand Internasional dan Lokal
Tak menutup kemungkinan, adanya kolaborasi antara brand lokal dengan brand internasional. Meskipun kini pengaruh gaya furnitur yang lebih minimalis masuk ke Indonesia karena perubahan selera.
IKEA sebagai salah satu perusahaan asal Swedia, namun tersebar di seluruh dunia dan di setiap negara terus berusaha mencari suplier untuk memproduksi produknya. Bahkan di Indonesia sendiri terdapat sekitar 200 produk yang merupakan buatan Indonesia.
"Satu contohnya some of toys atau mainan anak-anak, ketika kita bilang made in Indonesia itu harus bisa men-suplai kebutuhan IKEA di seluruh dunia, sehingga is a huge production di Indonesia," sebut Interior Design Manager IKEA Indonesia, Eresabeat Julia saat ditemui Liputan6.com Kamis 27 Juli 2023.
Produk buatan Indonesia lainnya adalah karpet, beberapa sofa, dan kursi. Pihaknya juga ada kerja sama dengan UMKM di Indonesia yang bisa membuka gerai di sudut toko IKEA. Brand Indonesia yang diajak kolaborasi salah satunya Duanyam yang produknya dijual di seluruh cabangnya.
Sebagai destinasi home furnishing, kontribusi tersebut menurutnya tidak hanya di Indonesia tapi di semua negara. Namun unsur yang bergaya Swedia tetap harus ada, yang mengarah pada Skandinavian living dengan melihat fungsinya dan pemilihan warna natural.
"Produk lokal bukan ancaman buat kita, malah kita ajak untuk kolaborasi. Jadi kita bukan menguasai pangsa pasar lokal tapi menggandeng," jelasnya
Advertisement