Liputan6.com, Jakarta - Jurnalis Palestina Motaz Azaiza baru-baru ini dinobatkan sebagai Man of the Year 2023 oleh majalah GQ Middle East. Majalah tersebut menggambarkan Azaiza telah menjadi tokoh global hingga perwujudan harapan bagi masyarakat Gaza dan banyak orang seantero jagat.
"Karyanya melambangkan kekuatan aktivisme digital, dan sisi kemanusiaannya merupakan pengingat penting bahwa keberanian muncul dalam berbagai bentuk," demikian majalah GQ menulis mengenai sosok Azaiza, dikutip Minggu (26/11/2023).
Sebelum Oktober 2023, akun Instagram Azaiza hanya memiliki beberapa ribu pengikut. Kini, ia tunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di Gaza hingga mengumpulkan jutaan orang yang menyaksikan dan berdoa dalam setiap aksinya.
Advertisement
"Tim di sini di GQ Timur Tengah menghormati Motaz Azaiza sebagai Man Of The Year kami dan sebagai dedikasinya bagi mereka yang keberaniannya tak tertandingi: Plestia Alaqad, Hind Khoudary, Wael Al-Dahdouh, Issam Abdallah, Shireen Abu Akleh," jelas majalah itu.
GQ melanjutkan bahwa tahun ini meniadakan kategori, tak ada Iconoclast, Maverick, atau Legend. "Namun, dengan Azaiza di antara kami, pilihan kami menjadi lebih berbobot dibandingkan sebelumnya," ungkap mereka.
"Sama seperti rekan-rekannya di Gaza, ia mengingatkan kita bahwa tidak peduli siapa kita atau dari mana kita berasal, kitalah – orang-orang biasa, pria, dan perempuan – yang memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan yang ingin kita lihat. Saat dia terus berani menyampaikan kebenaran kepada pihak berkuasa, kami berdoa untuk keselamatannya dan orang-orang di sekitarnya," jelas pihaknya.
Tentang Motaz Azaiza
Dikutip dari The New York Times, Minggu (26/11/2023), Azaiza berusia 24 tahun. Menurut The New Arab, pemilik nama lengkap Motaz Hilal Azaiza tersebut lahir dan besar di Kamp Pengungsi Deir al-Balah di Gaza, Palestina.
Azaiza tidak pernah berniat untuk menjadi terkenal saat tumbuh dewasa. Ia lulus dari Al-Azhar University of Gaza pada 2021 dengan gelar Bahasa dan Sastra Inggris.
Universitas tersebut kini menjadi puing-puing akibat serangan Israel. Jurnalis foto ini adalah satu dari ribuan lulusan di Gaza yang berjuang mencari inspirasi setelah lulus, karena tingginya angka pengangguran di Gaza.
Namun, ia menyukai fotografi sehingga dia memulai membuat akun media sosial Instagram, terutama memotret kehidupan sehari-hari di Gaza. Lambat laun, akunnya mulai mendapat perhatian, namun di Gaza, ancaman perang tetap ada.
Ia terpaksa meliput agresi Israel pada 2014 dan 2021. Namun, meski ia berusaha menunjukkan kondisi Gaza kepada dunia, foto-fotonya relatif luput dari perhatian.
Advertisement
Mengungkap Kondisi Gaza
Kecintaan pada fotografi membawanya terus mengasah keahlian dalam menangkap keindahan dan kondisi terkini Gaza. Namun perang di Gaza mengubahnya menjadi koresponden perang di era media sosial.
Kini, ia memiliki lebih dari 15,2 juta pengikut di Instagram. Ia mengabadikan dampak dari pemboman Israel dengan cara yang khas pada generasinya, yakni raw footage yang direkam dengan gaya selfie, diunggah sebagai cerita.
Narasi bahasa Inggrisnya membuat jangkauannya mendunia. "Saya hanya mengunggah cerita saya seperti orang lain," katanya. "Saya mengunggah video dari kehidupan sehari-hari saya seperti yang dilakukan selebritas."
Pada 9 Oktober 2023, Azaiza merekam dirinya menangis setelah selamat dari ledakan. "Itu hanya menggerakkan sesuatu dalam diri saya," katanya. "Saya trauma, jadi saya menangis selama dua menit."
Pada 11 Oktober 2023, ia mengatakan kehilangan teman-teman terbaiknya akibat serangan di rumah mereka. Kemudian, anggota keluarga besarnya tewas.
Pada 22 Oktober 2023, dia berdiri di dekat mayat bayi. Pada 23 Oktober 2023, dia berjalan melewati reruntuhan dan mengungkapkan, "Kami masih hidup."
Update Gencatan Senjata di Gaza
Dikutip dari Global Liputan6.com, Israel mulai membebaskan 39 tahanan Palestina pada Minggu, 26 November 2023, setelah Hamas membebaskan 13 warga Israel dan empat warga asing --total 17 sandera-- dalam pertukaran putaran kedua berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, kata militer Israel, setelah kelompok militan tersebut awalnya menunda pertukaran selama beberapa jam dan mengklaim bahwa Israel telah melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Sebuah bus yang membawa hampir tiga lusin tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel telah tiba di Tepi Barat. Ratusan orang menyambut bus Komite Internasional Palang Merah saat tiba di Al Bireh. Massa meneriakkan "Tuhan Maha Besar" ketika bus tiba, dan beberapa pemuda berdiri di atap kendaraan. Banyak di antara massa yang mengibarkan bendera Hamas dan meneriakkan slogan-slogan pro-Hamas.
Pembebasan ini merupakan gelombang kedua tahanan yang dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata empat hari antara Israel dan Hamas. Mengutip Associated Press, Minggu (26/11/2023), militer Israel diketahui mengatakan para sandera yang dibebaskan, termasuk empat warga Thailand, telah dipindahkan ke Israel. Mereka dibawa ke rumah sakit untuk observasi dan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.
Hamas kemudian diketahui merilis sebuah video yang menunjukkan para sandera tampak terguncang namun sebagian besar dalam kondisi fisik yang baik ketika militan bertopeng membawa mereka ke kendaraan Palang Merah menuju keluar Gaza. Beberapa sandera melambaikan tangan kepada para militan saat mereka keluar dari daerah kantong yang terkepung.
Advertisement