Liputan6.com, Jakarta - Louis Vuitton terlibat dalam perdebatan pendukung Palestina dan Israel gara-gara kaus semangka seharga 820 dolar AS (sekitar Rp12,8 juta). Item dari koleksi Spring/Summer 2024 rumah mode Prancis itu merupakan kaus katun putih sederhana dengan hiasan tempelan gambar inisial LV dalam warna merah muda, hijau, dan hitam, yang oleh sebagian pengguna disamakan dengan irisan semangka.
Melansir Middle East Eye, Kamis, 21 Maret 2024, semangka telah lama digunakan sebagai simbol perlawanan oleh warga Palestina dan popularitasnya meningkat dalam beberapa bulan terakhir dengan pengguna media sosial memakai emoji semangka untuk menunjukkan dukungan mereka. Beberapa pengguna menuduh merek fesyen terkemuka itu memanfaatkan sentimen online pro-Palestina untuk keuntungan komersial.
Baca Juga
Ada Kotak Louis Vuitton di Daftar Barang Mewah yang Diambil Warga dari Istana Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad
Keluarga Kaya Pemilik Louis Vuitton Akuisisi Klub Sepak Bola Paris FC, Bakal Jadi Saingan PSG?
Felix Stray Kids Pose Berbalut Gaun di Sampul Majalah Fesyen Korea, Bangga dengan Gaya Uniseks
"Bagi saya, ini adalah Louis Vuitton, yang memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari gerakan massa untuk mendukung Palestina," tulis salah satu pengguna di X, sebelumnya Twitter. "Namun, yang tidak mereka lakukan adalah mendukung perjuangan Palestina."
Advertisement
"LV ada dalam daftar boikot karena dukungan mereka (pada Israel)," kata pengguna lain, merujuk pada seruan luas untuk memboikot merek tersebut karena CEO dari perusahaan induknya, LVMH, telah banyak berinvestasi di perusahaan-perusahaan Israel termasuk perusahaan keamanan siber Wiz. "Sekarang mereka memainkan permainan ganda untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan."
Meski beberapa orang di media sosial telah menolak gagasan adanya makna tersembunyi, yang lain juga menuduh raksasa barang mewah itu antisemitisme dan bias anti-Israel. "Apakah @LouisVuitton membuat kaus seharga 820 dolar As sebagai pujian untuk Hamas?" tanya organisasi Stop Antisemitism di X. "Perhatikan semangka, warna, dan segitiga terbalik."
Semangka Sebagai Simbol Perlawanan
Hamas menggunakan segitiga merah untuk menunjukkan sasaran Israel dalam video yang dirilisnya mengenai serangan yang dilakukan pejuangnya di Gaza. "Jangan sampai kita lupa: Perusahaan LV berkolaborasi dengan rezim Vichy selama Perang Dunia Kedua dan mengambil keuntungan dari transaksi bisnis mereka dengan N*zi Jerman," tulis pengguna lain.
Dalam laporan online yang telah dihapus, saluran berita Israel i24news mengatakan bahwa kontroversi tersebut mendorong CEO LVMH Sidney Toledano mengklarifikasi bahwa desain tersebut adalah suatu kebetulan dan langkah-langkah sedang diambil untuk menghapusnya dari situs web. Hingga berita ini ditulis, kaus tersebut masih ada di laman LV dan tidak jelas mengapa artikel tersebut ditarik i24news.
Semangka, yang berwarna sama dengan bendera Palestina, dipopulerkan sebagai simbol perlawanan setelah perang Timur Tengah tahun 1967 ketika Israel menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. Saat itu, pemerintah Israel melarang pengibaran bendera Palestina di depan umum.
Advertisement
Simbol Perlawanan yang Tetap Ada
Meski larangan tersebut dicabut pada 1993 sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, simbologinya tetap ada. Baru-baru ini, orang-orang menggunakan emoji semangka untuk merujuk pada Palestina sebagai cara untuk menghindari "shadow banned" di media sosial ketika mengunggah tentang perang Israel di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 32 ribu warga Palestina dan melukai lebih dari 70 ribu orang.
Ini bukan pertama kali Louis Vuitton menghadapi reaksi keras terkait simbol-simbol Palestina. Pada 2021, rumah mode tersebut mendapat kecaman karena memasarkan syal seharga 700 dolar AS (sekitar Rp11 juta) yang sangat dipengaruhi keffiyeh tradisional Palestina. Keffiyeh bermonogram dikritik karena mengambil budaya Palestina demi keuntungan finansial dan menghilangkan simbolisme di baliknya dalam deskripsi produk.
Dalam sentimen berbeda, pesan kuat digemakan lini mode GmbH inisiasi Serhat Işık dan Benjamin Huseby di akhir penyelenggaraan Paris Fashion Week, akhir Januari 2024. Tidak sekadar memamerkan koleksi Fall/Winter 2024, mereka mendesak gencatan senjata di Gaza, yang kini masih dibombardir milter Israel.
Melansir GQ Middle East, 23 Januari 2024, label fesyen yang berbasis di Berlin ini juga menyerukan perdamaian. Saat tirai show ditutup, GmbH "membuka pintu" dengan pidato berkesan. Di kesempatan itu, Işık dan Huseby menceritakan latar belakang imigran dan agama mereka.
Desakan Gencatan Senjata
"Kami menyerukan gencatan senjata, pembebasan semua sandera, kemerdekaan Palestina, dan diakhirinya pendudukan," kata para desainer. "Semua tuntutan ini kami anggap tidak boleh kontroversial."
Visual koleksi mereka pun selaras dengan tuntutan yang disuarakan. Logo PBB berwarna gelap menghiasi hoodies GmbH, sementara syal keffiyeh Palestina dikreasikan jadi atasan busana pria, melambangkan komitmen para desainer terhadap advokasi mereka.
Koleksinya dibuka dengan menampilkan mantel berbahu kuat dan irisan semangka, yang dilukis secara artistik pada kaus berukuran besar. Keffiyeh berwarna putih, hitam, hijau, dan merah menambahkan lapisan simbol dukungan pada Palestina.
Desakan gencatan senjata permanen di Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki Israel sebenarnya tidak hanya datang dari sektor fesyen. Sebelum ini, merek es krim Ben & Jerry's juga menyerukan "gencatan senjata permanen sesegara mungkin di wilayah kantong yang sekarat," lapor BBC.
Langkah ini sejalan dengan insiasi Ben & Jerry's yang sebelumnya mencoba menghentikan penjualan produk mereka di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sehingga memicu perselisihan dengan pemilik Unilever.
Advertisement