Liputan6.com, Jakarta - Masjid Menara Kudus merupakan masjid kuno yang dibangun Sunan Kudus sejak 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi masjid saat ini berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Mengutip dari laman Dunia Masjid, Kamis (28/3/2024), bukan hanya sebagai tempat ibadah, sehari-hari banyak orang mendatangi masjid ini untuk berziarah. Mereka mengunjungi makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat kompleks masjid.
Baca Juga
Tak hanya itu, masjid ini menjadi pusat keramaian pada Festival Dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan suci Ramadan. Masih banyak hal mengenai Masjid Menara Kudus, selain lokasi maupun sejarahnya. Berikut enam fakta menarik Masjid Menara Kudus yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Keunikan Masjid Sunan Kudus
Masjid ini memiliki keunikan yang membuatnya bereda dari masjid lain lantaran memiliki menara yang serupa bangunan candi. Hal ini diikuti dengan pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddha sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.
2. Peninggalan Wali Songo
Masjid ini merupakan peninggalan Wali Songo, di mana terjadi pada masa penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan para pedagang. Saai itu dipelopori Maulana Maghribi, yang lebih dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim.
Beliau menyebarkan Islam tidak hanya sendiri, melainkan bersama-sama dengan yang lain atau biasa disebut dengan Wali Songo. Wali-wali tersebut menyampaikan risalah Islam dengan cara yang berbeda, salah diantaranya adalah yang kita kenal dengan Ja’far Shodiq atau biasa disebut dengan Kanjeng Sunan Kudus.
3. Saksi Sejarah Penyebaran Islam di Kudus
Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq ialah putera dari R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, meski ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora. Sunan Kudus menikah dengan Dewi Rukhil, puteri dari R. Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonan di Tuban.
R.Makdum Ibrahim merupakan putera R.Rachmad (Sunan Ampel) putera Maulana Ibrahim. Dengan demikian Sunan Kudus adalah menantunya Kanjeng Sunan Bonang. Sunan Kudus selain dikenal seorang ahli agama juga dikenal sebagai ahli ilmu tauhid, ilmu hadist serta ilmu fiqh. Oleh karena itu, di antara kesembilan wali, hanya beliau yang terkenal sebagai “Waliyil Ilmi”.
Sunan Kudus menyebarkan agama Islam dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu dengan tidak menyembelih sapi. Mereka akhirnya banyak yang memeluk Islam, daerah Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.
Advertisement
4. Batu Pertamnyaa dari Baitul Maqdis di Palestina
Masjid ini mulai didirikan pada 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid.
Peletakan batu pertama menggunakan batu dari Baitul Maqdis di Palestina, oleh karena itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha. Itu sebabnya, nama resmi masjid ini sebenarnya adalah Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus.
5. Terdapat Makam Sunan Kudus
Tampak dari depan sekilas memang masjid Menara Kudus ini kelihatan kecil, tapi setelah masuk ke dalam luas sekali. Selain masjid, di area belakang terdapat komplek makam Kanjeng Sunan Kudus dan para keluarganya.
Pintu masuk makam terletak disebelah kanan masjid, lalu setelah melalui jalan kecil kita akan melalui pintu kedua memasuki komplek yang didalamnya ada pondokan-pondokan. Ditengah-tengah pondokan tersebut ada sebuah bangunan paling besar.
Konon kabarnya bangunan tersebut adalah tempat pertemuan para Walisongo sekaligus tempat Sunan Kudus memberikan wejangan kepada para muridnya. Dis ebelah utara terdapat sebuah komplek ini ada sebuah pintu kecil menuju ke komplek pemakaman Kanjeng Sunan.
6. Arsitektur Masjid
Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah.
Tapi masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada 1918an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk "padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan sebagai tempat wudu.
Masih jadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat dua buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah.
Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai “Lawang kembar”, konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion.
Advertisement