Apa yang Harus Dilakukan Kita Jika Bertemu Harimau dan Macan di Gunung?

Beberapa waktu lalu, kamera trap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menangkap dua sosok macan berkeliaran di hutan.

oleh Rusmia Nely diperbarui 29 Mei 2024, 09:01 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2024, 09:01 WIB
Ilustrasi harimau Sumatera
Ilustrasi harimau Sumatera (dok.pixabay/Jolenka)

Liputan6.com, Jakarta - Di antara jajaran Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera, tinggal ras terakhir kucing besar Asia Tenggara, Panthera tigris sumatrae alias harimau sumatera. Kucing belang yang bisa berlari hingga kecepatan 65 km/jam ini merupakan pemburu ulung yang bisa menyergap dari balik semak-semak. Tak jarang, pendaki atau masyarakat setempat bertemu muka dengan sang inyiak balang dan sisa-sisa terakhir spesiesnya.

Dalam kesempatan berbeda, kamera trap Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menangkap pergerakan dua macan di wilayah tersebut. Kedua macan tampak akrab meski bulu mereka berbeda, satu totol-totol, satu lagi hitam. Keduanya sempat diisukan melewati jalur pendakian yang biasa dilewati pendaki.

Bagaimana jadinya jika kita tak sengaja bertemu dengan harimau dan macan ketika sedang mendaki gunung

Wild Tiger Health Center mengeluarkan arahan resmi yang bisa menyelamatkan nyawa jika bertemu dengan harimau, terutama ketika berada di tengah-tengah hutan belantara. Dikutip dari arahan yang dibagikan, imbauan terpenting yang selalu harus diingat ketika bertemu harimau di rumahnya adalah jangan sekali-sekali mencoba untuk berbalik dan berlari berlawan arah dari sang raja hutan.

Harimau adalah predator penyergap, memperlihatkan bagian belakang tubuh yang merupakan titik terlemah bisa diartikan kita meminta untuk dimangsa. Wild Tiger Helath Center mengelompokkan empat jenis keadaan ketika kita bertemu dengan harimau. Keempatnya punya level bahaya yang berbeda-beda dan cara penanganan yang berbeda pula.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bila Bersilang Jalan atau Berpapasan dengan Harimau

Kawasan TNKS di Jambi
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan kawasan paling banyak dihuni kawanan harimau di Sumatera. (Liputan6.com/B Santoso)

Pertama, bersilang jalur. Ketika mendaki gunung atau bahkan sedang berkemah di kawasan yang sering dilalui harimau, tak jarang kita akan bersilang jalur dengannya. Pertemuannya macam ini biasanya sangat singkat, harimau bisa saja berhenti dan menyadari kehadiranmu. Jika ini terjadi, pendaki dianjurkan untuk berdiam diri dan menjaga kontak mata dengan harimau.

Pastikan kamu berada di rute yang berbeda dengan mereka dan jangan ikuti rute perjalanan harimau untuk mencegah potensi diikuti dari belakang. Jika ada agresi yang ditunjukkan oleh harimau, terutama harimau betina, jaga tatap kontak dan segera cari jalur alternatif lain.

Ikuti petunjuk dari penjaga wilayah. Jika mereka memperingatkan jalur pendakian kemungkinan bersilangan dengan rute perjalanan harimau, sebaiknya langsung cari jalur lain.  

Pertemuan jenis kedua adalah ketika harimau menunjukkan beberapa gerakan yang non-agresif ketika bertemu. Hal ini dapat terlihat dari langkah mereka yang berusaha mendekat. Harimau termasuk hewan yang tenang bahkan sering penasaran dengan hal baru. Dalam situasi ini, harimau tidak berusaha bersembunyi, menguntit, atau mengikuti pendaki. Mereka akan mendekat perlahan dengan telinga menghadap atas. 

Jika memungkinkan, pendaki menjaga kontak mata dan berdiri tegak atau mundur perlahan. Sekali lagi, jangan tunjukkan punggung dan berlari melawan arah. 


Harimau Menunjukkan Perilaku Defensif

Dua Harimau di Ragunan Terpapar COVID-19
Salah satu Harimau Sumatera yang terpapar COVID-19 di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Minggu (1/8/2021). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pihaknya akan memastikan kondisi kedua Harimau, Hari dan Tino yang positif COVID-19 pada 15 Juli lalu. (merdeka.com/Herman Zakharia)

Pendaki juga bisa mengalihkan perhatian harimau dengan meninggalkan barang seperti jaket atau ransel. Jika harimau tidak tertarik terhadap barang dan ternyata tertarik kepada si pendaki, keluarkan suara kencang dan berteriaklah. Buat diri terlihat besar untuk menakut-nakuti. Jika ada, bisa gunakan senter untuk mengusir harimau pergi atau pengeras suara untuk membuat suara yang bisa membuat harimau takut dan pergi.

Ketiga, perilaku defensif. Pada jenis pertemuan ini, harimau akan terlihat sangat tertekan, telinga mereka mungkin akan tertarik ke belakang atau menempel erat pada kepala. Harimau juga bisa mengaum dan membuat ancang-ancang untuk menyerang. Jenis perilaku ini biasanya dipicu ketika ada orang yang mengejutkan seekor harimau dari jarak dekat, khususnya jika harimau tersebut sedang menjaga anaknya atau ketika harimau melihat temannya terbunuh.

Dalam kasus yang seperti ini, pendaki lebih baik tidak menunjukkan agresi. Sebaliknya, pendaki bisa mundur perlahan dan ambil postur menunduk dengan lengan di samping, bahu rileks, kepala sedikit turun, dan menghindari kontak mata langsung. Tujuannya untuk meyakinkan harimau bahwa manusia di depannya bukanlah ancaman.

Jika harimau sudah merasa tenang dan berhenti melakukan perilaku ini, pendaki harus melanjutkan diri untuk mundur perlahan. Jika jenis pertemuan ini terjadi, segara laporkan ke pihak berwajib dan masyarakat setempat agar daerah tersebut bisa ditandai selama beberapa hari untuk mencegah pertemuan dengan harimau yang lebih agresif lagi.


Harimau Menunjukkan Upaya Pemangsaan

Jejak kaki harimau
Jejak kaki diduga milik harimau sumatera (Istimewa)

Ini adalah jenis pertemuan yang paling mematikan bagi siapa pun. Meski begitu, upaya pemangsaan oleh harimau sebenarnya jarang terjadi. Dalam hal ini, harimau biasanya akan mendekat dari belakang dan pendaki mungkin tidak akan menyadari kehadirannya sampai mereka di serang. Begitu harimau menyerang, pendaki harus menggunakan segala cara apa pun untuk membela diri dan menakuti si harimau.

Cara-cara tersebut mencakup, teriakan, melawan harimau secara fisik, serta mengerahkan semua alat yang ada sebagai senjata. Jika ada indikasi sedang diintai harimau, segera tunjukkan diri dengan berdiri setinggi mungkin dan selebar mungkin dan berteriak untuk menakuti si harimau.

Jika tersedia, tongkat dan batu bisa digunakan untuk mempersenjatai diri. Namun, hindari untuk membungkuk atau berjongkok untuk mengambil benda-benda di tanah karena dapat memicu serangan.

Pendaki boleh saja mundur untuk menciptakan jarak, namun hal ini harus dilakukan secara perlahan dan terkendali. Jika ada lebih dari satu pendaki, bergeraklah perlahan ke arah satu sama lain untuk membuat lingkaran kelompok dan menakuti harimau.

Jika segala upaya telah dicoba namun ada korban jiwa, segera mencari otoritas dan laporkan lokasi janazah. Disarankan pula untuk memakai topi terbalik untuk mengelabui harimau agar tidak diserang dari belakang. Pendaki juga bisa membawa alat-alat pelindung diri jika mendaki ke gunung-gunung di Sumatera

Infografis Tradisi Makan Bersama dari Berbagai Daerah di Indonesia
Infografis Tradisi Makan Bersama dari Berbagai Daerah di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya