Tren Gen Z Pakai Balsam Payudara Sapi Jadi Krim Malam, Apa Khasiatnya?

Tidak hanya dibicarakan skinfluencer TikTok, balsam payudara sapi yang dipakai sebagai krim malam bahkan disebutkan di Vogue.

oleh Asnida Riani diperbarui 02 Jun 2024, 22:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2024, 22:00 WIB
Ilustrasi Krim Wajah
Ilustrasi krim malam. (unsplash.com/Alexandra tran)

Liputan6.com, Jakarta - Di antara produk skincare trendi, Anda mungkin tidak pernah menyangka balsam payudara sapi bisa masuk dalam daftar tersebut. Setidaknya, itulah rutinitas perawatan kulit yang tengah digandrungi gen Z.

Produk bernama Bag Balm, menurut NY Post, dikutip Minggu (2/6/2024), awalnya diformulasikan untuk melembutkan dan menenangkan ambing sapi. Namun, item itu tiba-tiba jadi produk perawatan kulit terpanas di antara skinfluencer TikTok, seperti Alix Earle, bahkan disebutkan di Vogue.

Madison Bailey, ahli strategi media sosial industri kecantikan yang berbasis di Boston, adalah pemakai setia produk tersebut. Ia mengoleskan produk seharga kurang dari 12 dolar AS (sekitar Rp195 ribu) itu ke seluruh wajahnya sebagai krim malam.

"Saya telah mengajak banyak teman untuk melakukan hal ini," katanya pada New York Times. Ia menambahkan bahwa ibunya menginspirasinya untuk selalu menstok produk tersebut dalam ukuran delapan ons di rumah dan kaleng berukuran satu ons di dompetnya.

Bag Balm, yang merayakan hari jadi ke-125 tahun ini, awalnya ditujukan pada "hewan saja." Namun, lebih dari satu abad kemudian, produk ini telah berkembang jadi sesuatu yang "cocok untuk kulit kering, bibir pecah-pecah, luka bakar, perawatan tato, lecet, perawatan kutikula, cakaran hewan peliharaan, dan perawatan kulit."

"Seluruh etos merek kami adalah kesederhanaan dan keserbagunaan," Libby Parent, presiden merek Vermont, yang sekarang disebut Original Bag Balm, mengatakan pada The Times.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perkembangan Produk

Ilustrasi lip balm
Ilustrasi krim malam. (Photo by Brittney Weng on Unsplash)

Perusahaan ini didirikan pada 1899 ketika John Norris, yang mengelola Dairy Association Co. dan memasarkan Kow Kure, sebuah tonik dan kondisioner untuk ternak saat itu, membeli hak atas salep ambing dari apoteker setempat. Baru pada tahun 60-an para peternak menyadari bahwa balsam itu dapat digunakan pada kulit mereka.

Dua dekade kemudian, produk tersebut menarik perhatian media nasional di AS, sehingga mendorong perusahaan tersebut mengubah formula khas mereka pada 1988. Perusahaan itu memasarkan produk tersebut untuk bisa dipakai manusia.

Namun, ketika keluarga Norris menjual Bag Balm pada investor ekuitas swasta sekitar satu dekade lalu, pemasaran produk tersebut beralih dari hewan, menurut Parent. Produk khusus hewani dihentikan produksinya dan kata-kata tentang pengobatan "puting yang sakit" telah dihapus dari label.

Pasalnya, semakin banyak produk, seperti lip balm dan sabun, yang ditambahkan ke koleksi merek tersebut. "Pengguna lama kami diperkenalkan pada kami di peternakan," kata Parent. "Jadi untuk tampil di Vogue, mereka bisa saja berpikir, 'Ini bukan Bag Balm saya.'"

 


Berakar pada Pedesaan

Krim Malam
Bag Balm, pelembap puting sapi yang berubah jadi krim malam trendi di kalangan gen Z. (dok. situs web Bag Balm)

Meski deskripsinya semakin luas, Bag Balm tetap setia pada akar pedesaannya. Sebagian besar formulanya tidak berubah dan masih diproduksi di jalan yang sama di kota kecil Lyndonville, Vermont.

Pabrik tersebut, berbeda dengan pabrik aslinya, menghasilkan sembilan ribu kaleng Bag Balm berukuran delapan ons setiap hari dengan bantuan hanya tujuh karyawan. Salah satunya adalah manajer produksi Mark Perkins (47) yang telah bekerja untuk perusahaan tersebut sejak 1997.

"Kami memiliki sesuatu yang unik. Mengapa harus diganggu?" Parent menambahkan.

Walau beberapa penggemar lama menyebut balsam warisan sebagai "jus," berdasarkan satu surat yang dikirimkan ke perusahaan, konsumen lain tidak dapat menghilangkan kaitan Bag Balm dengan hewan. "Beberapa orang berkata, 'Saya menggunakannya pada anjing saya, saya tidak akan menaruhnya di wajah saya,'" kata Faith Allison yang berusia 23 tahun pada The Times.

Ungkapannya merujuk pada reaksi publik setelah ia mengaku menggunakan produk tersebut. Bailey juga menggunakan balsam untuk "slugging," yaitu rangkaian perawatan kulit malam hari yang melibatkan penyegelan produk ke dalam kulit dengan Vaseline, atau dalam hal ini, Bag Balm.

 


Testimoni dari Selebritas

Retin-A, retinol, dan retinyl palmitate
Ilustrasi krim malam. Credit: unsplash.com/Sisy

"Anda tidak perlu banyak-banyak jika mengaplikasikannya ke wajah," katanya. Para skinfluencers ini bukanlah orang pertama yang memuji produk balsam sederhana tersebut.

Artis country Shania Twain pernah mengungkap dalam sebuah wawancara tahun 1999 bahwa ia menggunakan balsam tersebut dalam jumlah besar di seluruh wajah dan rambutnya, sehingga menghasilkan penjualan yang melonjak. Hal ini juga disebarkan mendiang aktris Raquel Welch, yang mengaitkan kilau mudanya dengan Bag Balm.

"Bag Balm adalah hal yang konyol," Welch, yang meninggal tahun lalu, sebelumnya mengatakan dalam sebuah wawancara pada 2017. "Ini digunakan saat mereka memerah susu sapi. Ini adalah sesuatu yang bisa Anda pakai semalaman dan ketika Anda bangun, mulut Anda tidak akan kering dan pecah-pecah."

Kegilaan "slugging" online terbukti jadi keuntungan bagi bisnis di Bag Balm. Itu menginspirasi merek tersebut untuk membuat akun TikTok, yang kini memiliki lebih dari 41 ribu pengikut. Namun, diperkirakan 10 persen penjualannya masih berasal dari sektor pertanian.

Infografis Skincare Lokal
Infografis Skincare Lokal. (Liputan6.com/Triyasni)  
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya