Liputan6.com, Jakarta - Daftar insiden turbulensi terus bertambah. Terbaru menimpa pesawat maskapai EasyJet bernomor 8210 yang terbang dari Corfu ke London Gatwick yang harus dialihkan ke Roma pada 19 Agustus 2024 ketika turbulensi melanda ruang udara Italia.
Akibat insiden tersebut, dua awak kabin terluka. Beruntung, tidak ada penumpang yang terluka karena diyakini tanda sabuk pengaman dinyalakan saat pesawat mengalami turbulensi.
Baca Juga
"Pesawat EZY8120 dari Corfu ke London Gatwick pada 19 Agustus mengalami tubulensi yang disayangkan mengakibatkan dua awak kabin terluka. Karena itu, Kapten memutuskan mengalihkannya ke Roma yang awak kabin mendapatkan layanan medis," kata juru bicara EasyJet dalam pernyataan, dikutip dari CNN, Kamis (22/8/2024).
Advertisement
Pihak maskapai kemudian menerbangkan kembali para penumpang dengan pesawat lain. Mereka pun tiba di Inggris pada hari yang sama.
"Keselamatan dan kesejahteraan pelanggan dan kru kami adalah prioritas tertinggi EasyJet dan pilot kami dilatih untuk menangani insiden turbulensi," sambung juru bicara tersebut.
Mereka menyatakan pesawat Airbus A320 baru terbang 75 menit dengan kecepatan 500 knots (575 mph) dan berada di ketinggian 31ribu kaki saat turbulensi terjadi. Pesawat tersebut akhirnya mendarat normal di Roma. Para penumpang juga dilayani di terminal bandara sembari menunggu penerbangan pengganti menuju London Gatwick. Meski begitu, juru bicara maskapai menolak memberitahukan kondisi terakhir awak kabin yang terluka.
Badan keselamatan penerbangan nasional Italia, Agenzia Nazionale per la Sicurezza del Volo, mengonfirmasi bahwa pesawat mengalami turbulensi saat memasuki ruang udara Italia. "Mengingat jenis dan tingkat keparahan cedera yang diderita… ANSV telah memerintahkan pembukaan penyelidikan keselamatan yang mengklasifikasikan kejadian tersebut sebagai kecelakaan," kata mereka.
Kerugian Maskapai Akibat Turbulensi
Italia Selatan dilanda cuaca badai minggu ini. Beberapa jam sebelum pesawat melakukan pengalihan, kapal pesiar Bayesian tenggelam di Sisilia, setelah diperkirakan terjadi puting beliung – sejenis tornado – yang menghantamnya. Dua penumpang di antaranya adalah taipan Inggris bernama Mike Lynch dan putrinya yang baru saja ditemukan jenazahnya.
Berdasarkan data dari situs pelacak penerbangan Flight Radar 24, pesawat tersebut masih berada di bandara Fiumicino Roma dan belum dioperasikan kembali. Sementara, dalam kecelakaan yang tidak fatal, turbulensi adalah penyebab utama cederanya pramugari dan penumpang, menurut Federal Aviation Administration, dan merupakan salah satu jenis kecelakaan penerbangan yang paling umum saat ini, menurut Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS.
Hal itu merugikan maskapai penerbangan AS, karena cedera, penundaan, dan kerusakan hingga USD500 juta per tahun, menurut Pusat Penelitian Atmosfer Nasional. Para ahli memperingatkan bahwa turbulensi akan menjadi lebih buruk seiring dengan berlanjutnya krisis iklim.
Baru-baru ini, pesawat Eva Air rute Jakarta - Taipei juga mengalami insiden serupa. Enam pramugari yang sedang menyajikan makanan terluka.
Advertisement
Turbulensi Parah Saat Makanan Disajikan
Dilansir dari Dimsum Daily Hong Kong, Senin, 12 Agustus 2024, maskapai EVA Air membenarkan bahwa penerbangan rute Jakarta-Taipei mengalami turbulensi parah sekitar dua jam setelah lepas landas dari Jakarta pada Minggu sore, 11 Agustus 2024. Turbulensi disebut terjadi saat pesawat mengudara pada ketinggian 37.000 kaki atau sekitar 11.277 meter. Momen itu terjadi ketika para pramugari sedang menyajikan makanan, sehingga menyebabkan kekacauan di dalam kabin.
Penerbangan berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan pada pukul 21.16 waktu setempat. Maskapai penerbangan Taiwan itu menyampaikan, para pramugari yang terluka telah mendapatkan perawatan medis dan telah dipulangkan untuk beristirahat dan memulihkan diri di rumah.
Beberapa barang seperti piring, gelas kertas dan makanan berserakan, bahkan ada cipratan air di bagian penutup bagasi kabin. Salah seorang penumpang menuturkan dirinya selamat dari menghantam langit-langit kabin berkat seorang penumpang lainnya yang memegangi lengannya.
Beberapa penumpang lainnya dilaporkan basah karena terkena cipratan minuman yang tumpah saat turbulensi terjadi. Maskapai EVA Air mengatakan bahwa para pramugari yang luka-luka telah mendapatkan perawatan medis dan kini dalam masa pemulihan di rumah masing-masing.
Korean Air Hapus Menu Mi Instan Gratis dalam Penerbangan
Sementara, Korean Air mengambil langkah tidak populer mengantisipasi insiden turbulensi parah yang kerap terjadi. Mereka tidak lagi menyajikan mi instan untuk penumpang kelas ekonomi mulai 15 Agustus 2024.
Mengutip The Sun, Jumat, 2 Agustus 2024, soal kebijakan penghapusan mi instan dalam daftar camilan penumpang kelas ekonomi, maskapai itu mengaku mempertimbangkan aspek keselamatan. Ini mengarah pada risiko luka bakar yang meningkat seiring tingginya kemungkinan turbulensi.
Lorong sempit dan jarak penumpang yang dekat membuat mi instan, yang dimasak dengan air panas, dinilai tidak aman disajikan. Korean Air mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa turbulensi telah terjadi dua kali lebih banyak pada penerbangannya sejak 2019.
Risiko luka bakar lebih besar jika penumpang berdesakan, lanjutnya, seraya menambahkan bahwa beberapa mangkuk mi disediakan sekaligus di kelas ekonomi. Kendati demikian, pelancong kelas satu dan bisnis tetap dapat menikmati camilan tersebut.
Maskapai penerbangan tersebut telah terkenal akan camilan mi instan. Fakta bahwa sajian tersebut gratis telah dipuji secara luas hingga mereka menyabet penghargaan sebagai "Best Airline Cuisine" dalam penghargaan survei pembaca Global Traveler 2023. Maskapai asal Korea Selatan itu juga menempati posisi kedua untuk makanan dalam pesawat pada penghargaan 2023 USA Today 10 Best Readers’ Choice Awards.
Advertisement