Liputan6.com, Jakarta - Maraknya penggunaan gadget atau gawai oleh anak-anak menjadi perhatian banyak pihak. Begitu pula dengan kreator konten yang juga seorang gamer, Jess No Limit. Ia mengungkapkan pandangannya tentang penggunaan gadget di kalangan anak-anak.
Dalam sebuah wawancara, suami Sisca Kohl ini menyatakan bahwa ia memilih untuk tidak mengenalkan anaknya yang masih balita pada perangkat elektronik. Meski pemilik nama asli Tobias Justin ini dikenal melalui konten gaming dan teknologi, ia ingin anaknya tumbuh dengan menikmati dunia nyata tanpa terlalu bergantung pada perangkat digital.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, terlalu dini mengenalkan gawai bisa menghambat perkembangan komunikasi, interaksi sosial, dan kemampuan motorik anak. Ia menambahkan bahwa fokus utama dalam mendidik anak saat ini adalah memberikan lingkungan yang mendukung eksplorasi secara alami.
Advertisement
Jess mengaku punya alasan kuat untuk tidak mengenalkan anaknya yang masih bayi pada gawai Dia tak mau anaknya mengalami speech delay. Speech delay merupakan kondisi ketika anak mengalami keterlambatan berbicara yang ditandai ketika anak mampu menyampaikan isi pikirannya, tapi ucapannya masih sulit dipahami.
"Anak saya jujur gaak saya kasih gadget, soalnya menurut dokter itu sampai umur 3 tahun jangan dikasih lihat layar dahulu karena nanti jadinya ngomongnya lambat," ucapnya dalam wawancara dengan dokter Hermanto Tanoko di akun Youtube @Hermanto Tanoko, Jumat,10 Januari 2025.
"Untuk anak saya, walaupun saya main game, saya masih belajar jadi saya belum tahu sampai usia berapa akan saya kasih, cuman yang pasti sampai usia 3 tahun tidak akan saya kasih dulu," sambungnya.
Secara umum ada dua faktor penyebab seorang anak mengalami speech delay atau keterlambatan bicara dan bahasa yakni faktor intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini disampaikan pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Fitri Hartanto.
Penyebab Speech Delay
"Faktor intrinsik menyebabkan speech delay tipe sekunder. Hal ini seperti kelainan organ, gangguan saraf, gangguan perilaku, gangguan kognitif, termasuk di dalamnya juga keterlambatan perkembangan (maturation delay)," terang Fitri, dikutip dari Antara, 16 Oktober 2024.
Sementara itu, faktor ekstrinsik menjadi penyebab speech delay tipe primer, di mana keterlambatan terjadi pada aspek bahasa. Umumnya, faktor ekstrinsik disebabkan oleh stimulasi yang kurang dan pembelajaran yang salah sehingga anak mengalami keterlambatan bicara.
Berbicara soal stimulasi yang kurang, Fitri mengatakan soal pola asuh anak yang permisif misalnya menuruti kemauan anak tanpa menggunakan bahasa ucapan, tetapi hanya melalui gestur.Makin parah dengan pola asuh yang overprotektif, kala anak dilayani kemauannya agar tidak menangis.
"Kalau hanya meraih tangan atau menunjuk saja sudah diberikan keinginannya dengan harapan agar anak tidak menangis, ini tidak memberi kesempatan anak belajar dengan benar. Harus diperbaiki dengan bahasa ucap," kata Fitri. Pembelajaran yang salah biasanya terjadi karena anak dipaksa untuk bilingual atau belajar banyak bahasa di usia awal, alih-alih fokus belajar satu bahasa untuk berkomunikasi.
Faktor lain adalah anak-anak disuruh belajar bahasa secara mandiri tanpa pendampingan orang tua. Hal ini rentan membuat anak mengalami kesalahan dalam kosakata maupun menterjemahkan bahasa. Maka dari itu, anak-anak perlu perlu distimulasi untuk berbicara tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan.
Advertisement
Speech Delay pada Anak
"Tidak bisa anak setelah melalui tahapan pengenalan, anak langsung disuruh mengucap tanpa memahami apa yang diucapkan," katanya. Speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak.
Fitri mengatakan sekitar 6 persen dari populasi anak diperkirakan mengalami kesulitan bicara dan bahasa. Menurut data dari kunjungan pasien speech delay di Poli Klinik Terpadu Tumbuh Kembang Anak RS Kariadi Semarang tahun 2022, dari total sebanyak 3.711 kunjungan, 51 persen di antaranya adalah anak berusia 1–3 tahun. Lalu, diikuti kelompok anak 3–5 tahun dengan persentase sebesar 26 persen.
Sisanya adalah kelompok anak di atas 7 tahun sebanyak 13 persen dan kelompok anak 5-7 tahun sebanyak 10 persen. Fitri mengingatkan penting untuk mendteksi dini anak bila mengalami speech delay sehingga bisa dintervensi secepatnya.
Sementara itu, seorang psikolog lulusan Universitas Indonesia, Saskhya Aulia Prima mengatakan, waktu yang tepat untuk mengenalkan gadget pada anak adalah saat bayi berusia 18 bulan, atau pada saat memasuki fase usia dua tahun.
Usia Kenalkan Gawai pada Anak
"Pastikan untuk mengenalkan gadget kepada anak melalui interaksi langsung. Karena pada usia tersebut anak sangat membutuhkan interaksi," kata Saskhya. Seperti dilansir dari kanal Regional Liputan6.com yang mengutip dari dari voi.id, Sabtu (12/2/2022).
Alasan utama gawai bisa diperkenalkan kepada anak sejak usia 18 bulan atau dua tahun adalah karena pada saat itu fungsi otak anak baru mulai aktif bekerja. Pertumbuhannya sangat lambat sehingga saat mengenalkan perangkat lunak pada anak, akan membutuhkan interaksi agar anak mampu mencernanya
Cara paling mudah mengenalkan gadget atau ruang digital kepada anak-anak adalah melalui video call karena bisa interasi. Anak-anak juga bisa melihat bentuk komunikasi langsung melalui video call tersebut,” kata Saskhya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pastikan Anda memilih konten yang mengandung interaksi. Contohnya beberapa video dengan ritme lambat dan bahasa yang mudah dipahami, hal ini bisa membantu anak untuk berkonsentrasi dan memahami interaksi dari gambar dan suara yang ditampilkan.
"Kalau bisa temukan konten yang ritme lambat dari satu adegan ke adegan lainnya, jadi dia bisa berkonsentrasi memahami interaksi, jadi anak-anak juga bisa perlahan memahaminya,” ucap Saskhya.
Advertisement