Liputan6.com, Jakarta - Selama Ramadhan, banyak masjid memberikan takjil maupun makanan gratis untuk berbuka puasa kepada para jemaahnya. Tidak sedikit masjid yang mendistribusikan takjil, namun masih menggunakan kotak maupun air minum dengan botol plastik sekali pakai. Bahkan, satu masjid saja bisa mendistribusikan takjil sampai ratusan porsi hingga ribuan porsi per hari.
Situasi itu membuat banyak sampah menumpuk hanya dari satu masjid saja. Di sisi lain, beberapa masjid berupaya mengurangi produksi sampah dengan menerapkan program takjil yang llebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah Masjid Sudja di komplek RS PKU Muhammadiyah Gamping , Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Advertisement
Baca Juga
Dalam beberapa unggahan di akun Instagram @masjidsudja dan @pkugamping. Masjid Sudja menerapkan program ‘less waste’ di Ramadhan 2025 ini. Masjid ini bisa membagikan takjil hingga 500 porsi per harinya.
Advertisement
Takmir Masjid Sudja, Yogi Fikri mengatakan, less waste yang diterapkan yakni dengan memberikan takjil maupun makanan kepada jemaah dengan tidak menggunakan wadah sekali pakai atau nasi kotak. Masjid ini justru menyediakan takjil menggunakan piring dan mangkok kepada jamaahnya.
Bukan hanya untuk takjil, mereka juga tidak menyediakan minuman dengan wadah plastik sekali pakai. Masjid Sudja justru menyediakan puluhan galon untuk memfasilitasi jemaah yang ingin berbuka ataupun minum di masjid.
Namun para jemaah diimbau untuk membawa botol minum sendiri agar bisa mengisi air minum di Masjid Sudja. Beberapa hari sebelum Ramadhan, mereka sudah mensosialisasikan ke jemaah agar membawa botol minumnya sendiri. Pihaknya menyediakan setidaknya 20 galon per harinya untuk para jemaah.
Â
Jemaah Masjid Bawa Botol Minum
Bagi yang tidak membawa botol minuman sendiri tak perlu jhawatir, karena pihak masjid sudah menyediakan botol minum bagi jemaah yang tidak membawa botol minum sendiri. Jamaah bisa membawa botol minum yang disediakan pihak masjid dengan berinfak seikhlasnya.
"Namun kalau ada orang tua, sepuh, mbah-mbah, dan sebagainya, mereka ke sini memang minta makan buka puasa karena enggak ada uang, kita beri botol minum secara sukarela. Jadi sebenarnya botol ini gratis, kalau mau infak silakan, berapa pun," terang Yogi dalam unggahan di akun Instagram @masjidsudja pada 6 Maret 2025.
Melalui less waste yang diterapkan di Masjid Sudja ini diharapkan bisa memberikan perubahan terhadap persoalan sampah di DIY, khususnya di Sleman. Dari masjid, upaya mengurangi sampah ini diharapkan juga meluas ke masyarakat.
Selain berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik, melalui kegiatan di masjid ini juga diharapkan dapat mengedukasi masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan mengimbau jemaah untuk membawa botol minuman sendiri dan juga menggunakan wadah reuseable untuk tempat makan, Masjid Sudja’ bisa menjadi contoh bagi masjid lain untuk mulai mengurangi penggunaan sampah plastik.
Advertisement
Takjil yang Lebih Ramah Lingkungan
Prinsip serupa juga dijalankan di masjid lainnya di Yogyakarta, Masjid Jogokariyan yang sempat viral di awal bulan puasa ini. Mereka membagikan 3.500 porsi makanan buka puasa gratis pada bulan puasa tahun ini.
"Hari pertama buka puasa di Masjid Jogokariyan, 3500 lebih takjil terbagikan. Ada yang kebagian?" tulis keterangan unggahan di akun Instagram @masjidjogokariyan, Sabtu,1 Maret 2025.
Dengan jumlah yang mencapai ribuan ini, menu yang ditawarkan tidak main-main, mulai chicken katsu, tongseng sapi, sampai soto sulung. Kalaupun tak kebagian, pengunjung tetap bisa membeli aneka jajanan enak yang banyak dijual di Kampoeng Ramadan Jogokariyan. Ada berbagai hidangan tradisional sampai kekinian.
Uniknya, takjil gratis yang dibagikan itu tidak menggunakan kemasan sekali pakai sehingga lebih ramah lingkungan. Mereka menyediakan alat makan tradisional berupa piring dan gelas keramik seperti biasa kita gunakan sehari-hari untuk menempatkan makanan.
Penggunaan piring dalam membagikan takjil, pada dasarnya bertujuan untuk menyempurnakan puasa dengan berbuka dan melanjutkan ibadah salat berjamaah di masjid. Selain itu juga untuk mengurangi produksi sampah kemasan sekali pakai.Â
Menekan Produksi Sampah Anorganik
"Kalau dikasih nasi bungkus nanti ada kemungkinan mereka akan bawa pulang, dan nggak salat berjemaah di masjid. Tapi kalau dengan piring kan otomatis dimakan di masjid, dan mereka juga ikut salat berjemaah di masjid seperti itu. Jadi tujuannya ya agar jemaah menyempurnakan buka puasanya," jelas Takmir Masjid Jogokariyan Enggar Haryo Panggalih, dikutip dari laman Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta, 31 Maret 2023.
Menurut Enggar, pemanfaatan piring dalam menyajikan takjil, juga menekan produksi sampah anorganik. "Kami sempat koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tentang pengelolaan sampah, kalau anorganik kami tidak ada ya karena takjil itu dibagikan pakai piring dan gelas dari sini. Untuk sampah organik sisa makanan, sudah ada pengelolanya, ya warga sekitar sini nanti ada yang menjadikan sebagai kompos dan pakan ternak, untuk residu ya ke TPS," tuturnya.
Penggunaan alas piring dalam penyajian takjil Ramadan, sejalan dengan Gerakan Zero Sampah Angorganik Kota Jogja yang diterapkan sejak awal 2023. Pemerintah Kota Yogyakarta, melalui Dinas Lingkungan Hidup, mendorong agar masjid-masjid di wilayah juga menerapkah hal serupa.
Sosok yang tak kalah berjasa di balik layar pemberian takjil 3.500 porsi yaitu para bapak dan ibu relawan. Mereka ini selalu mencuci piring usai buka puasa di Masjid Jogokariyan. Berkat para relawan, setiap harinya berlangsung lancar pemberian takjil 3.500 porsi.
Â
Advertisement
