Kunjungi Beberapa Negara, SBY Sebut Lawatannya Dibatasi

Menurut SBY, dia hanya menghadiri sepertiga dari undangan dan KTT yang ada.

oleh Anri Syaiful diperbarui 28 Sep 2014, 14:51 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2014, 14:51 WIB
Kunjungan Kenegaraan Terakhir dan Terpanjang SBY ke 3 Negara
Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. (setkab.go.id)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolak tudingan telah memboroskan anggaran dalam kunjungan-kunjungannya ke luar negeri. Bantahan ini disampaikan SBY menjawab pertanyaan mengenai kunjungan kenegaraannya  di saat negara tengah melakukan upaya penghematan.

Menurut SBY, dia malah sangat membatasi untuk menghadiri forum-forum internasional. Kunjungannya ke luar negeri selama ini hanya sepertiga dari banyaknya undangan yang meminta Presiden hadir.

"Saya sangat membatasi. Kalau saya harus ikuti summit (konferensi tingkat tinggi) dan undangan-undangan, itu akan sangat banyak. Yang saya datangi hanya sepertiganya," papar SBY saat konferensi pers di Hotel Willard Intercontinental, Washington DC, Sabtu 27 September 2014 pagi waktu setempat atau Sabtu malam WIB menjelang lawatan ke Osaka, Jepang. SBY berada di Amerika Serikat (AS) selama sepekan.

Seperti dimuat di laman setkab.go.id, Minggu (28/9/2014) yang dikutip Liputan6.com, Presiden SBY menegaskan, ia tidak mungkin tidak hadir di KTT ASEAN, begitu juga di KTT East Asia Summmit. Presiden juga mengaku tidak mungkin absen di KTT APEC dan KTT G20, karena Indonesia memang dari awal ikut menggagasnya.

"Saya juga tidak mungkin untuk tidak hadir di KTT OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan Sidang Majelis Umum PBB," tukas SBY.

SBY kembali menekankan, selama ini kehadiran Indonesia dalam forum-forum Internasional itu sangat efektif. Sebagai contoh, pada 2007 saat Retreat COP Copenhagen yang nyaris gagal, dengan keterlibatan Indonesia, maka target yang diharapkan juga tercapai.

"Saat saya hadiri KTT G-20, saat itu ada usulan agar ada serangan ke Suriah, tapi kita berpendapat bahwa cara yang paling tepat menyelesaikan masalah adalah gencatan senjata yang diawasi PBB. Alhamdulillah akhirnya tak dilakukan serangan militer ke Suriah," ungkap SBY.

Lebih lanjut SBY menjelaskan, boleh saja urusan luar negeri diletakkan setelah tugas-tugas nasional atau dalam negeri. Tapi foreign policy (kebijakan luar negeri) merupakan kelanjutan dari urusan dalam negeri karena ini merupakan amanat konstitusi.

"Jadi, kami sangat-sangat selektif. Untuk masa yang akan datang, terserah dengan Presiden yang akan datang, mana forum-forum internasional yang akan dihadiri. Tapi secara pribadi saya sampaikan, sebaiknya Presiden hadir di forum-forum tersebut," imbuh SBY yang akan mengakhiri jabatan presiden pada 20 Oktober mendatang. SBY akan digantikan Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi.

Hemat Anggaran, Manajemen Bukan Pencitraan

Presiden SBY meminta agar hati-hati memakai kata penghematan anggaran karena ini menyangkut manajemen bukan pencitraan. Terlebih, ia sudah melakukannya pada periode kepemimpinannya.

"Dalam tugas ini ada tujuan yang harus dicapai. Jadi, saya mengutamakan efektif dan efisien. Jangan sampai membabi buta, tapi tujuan tidak tercapai. Saya sangat mendukung penghematan," ujar SBY.

Tampak hadir mendampingi Presiden SBY saat memberikan keterangan pers itu antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan Wakil Menlu Dino Patti Djalal.

SBY diperkirakan tiba di Bandara Internasional Kansai, Osaka, Jepang, pada Minggu (28/9/2014) pukul 19.00 waktu setempat atau pukul 17.00 WIB. Waktu di Osaka sama seperti Waktu Indonesia Timur (WIT).

Di Jepang, SBY akan menerima penganugerahan Honoris Causa dari Universitas Ritsmeikan, Kyoto. Acara ini akan berlangsung pada Senin pagi 29 September. Rencananya, SBY juga akan bertemu mahasiswa Indonesia di sana. Malamnya, SBY kembali ke Tanah Air dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Senin pagi pukul 06.00 WIB. (Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya