Mensos Khofifah Minta Ormas Anarkis Dieliminasi

Front Pembela Islam (FPI) keras menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 16 Nov 2014, 11:11 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2014, 11:11 WIB
Serah Terima Jabatan Menteri Sosial
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan serah terima jabatan, Jakarta, Selasa (28/10/2014). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) keras menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, aksi penolakan Ahok yang dilakukan FPI sempat berakhir anarkis.

Menanggapi hal itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan, perbedaan pendapat sesungguhnya menjadi sebuah hal yang lumrah. Hanya saja, cara penyampaiannya tidak boleh dengan cara-cara kekerasan.

"Jadi hal-hal yang berbau kekerasan harus direduksi, harus dieliminasi oleh siapa pun di mana pun," kata Khofifah usai menerima Obor Perdamaian di Kawasan Monas, Jakarta, Minggu (16/11/2014).

Dalam Islam, lanjut Khofifah, perbedaan itu merupakan bagian dari sebuah rahmat. Rahmat inilah yang seharusnya dapat digunakan dengan baik untuk saling mengasihi bukan menimbulkan kekerasan atau keributan.

"Dalam Islam, perbedaan itu adalah rahmat. Rahmat itu artinya kasih sayang. Kita berbeda pun ekspresinya tetap kasih sayang. Jangan menggunakan kekerasan," lanjut mantan cagub Jawa Timur itu.

Karena itu, jelas Khofifah, penyampaian pendapat apa pun bentuknya harus menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang. Sehingga kekerasan akan hilang dengan sendirinya.

"Dan rahmat itu tidak berarti kita mengekspresikan perbedaan dalan bentuk yang ada nuansa kekerasan. Itu yang harus dihilangkan," tutup mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya