Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) maju ke podium malam itu, siap memberikan pengumuman penting. Sementara di samping kanan-kirinya berjajar deretan menteri terkait. Tak ketinggalan Wapres Jusuf Kalla atau JK.
Pada Senin 17 November 2014 atau malam ke-29 menjadi Presiden itu, Jokowi memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pengumuman kenaikan harga BBM selama ini memang selalu membuat rakyat ketar-ketir.
Namun menurut perhitungannya, itulah yang terbaik bagi kesejahteraan negeri ini ke depannya.
Keputusan Jokowi menaikkan harga BBM itu pun membawa kembali ingatan pada momen-momen pemerintahan sebelumnya, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beda individu beda gaya, begitu juga SBY dan Jokowi saat mengumumkan kenaikan harga BBM.
Berikut catatan Liputan6.com yang dihimpun, Selasa (18/11/2014):
Baca Juga
Selanjutnya: Pemberi Pengumuman...
Advertisement
Pemberi Pengumuman
1. Pemberi Pengumuman
Jokowi
Presiden Jokowi menyampaikan sendiri pengumuman kenaikan harga BBM yang diputuskan pemerintahannya. Sementara Wapres JK dan para menteri berdiri di samping kanan-kirinya.
Langkah Jokowi ini terbilang baru. Lantaran biasanya pengumuman kenaikan harga BBM diumumkan oleh menteri terkait. Apa alasan Jokowi?
Wapres JK menjawab, "Kenapa semalam yang umumkan itu presiden? Biasanya kan menteri. Presiden yang umumkan itu keputusannya jam-jam akhir. Ini untuk memberikan sebuah message (pesan) pada bangsa. Dia (Presiden Jokowi) terima risiko untuk maju."
Menurut JK, ini merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah atas risiko menaikkan harga BBM yang diambil. Kenaikan harga BBM bakal diumumkan Presiden. Sementara untuk turunnya harga BBM diumumkan oleh menteri.
"Kalau naik BBM, presiden yang umumkan, kalau turun menteri umumkan. Kita siap tanggung risiko, dan siap tak populer," tandas JK.
SBY
Selama 10 tahun diperintah Presiden SBY sejak 2004 hingga 2014, tercatat ada 4 kenaikan harga BBM bersubsidi. Sepanjang itu pula ada 3 kali harga BBM mengalami penurunan.
Keempat pengumuman kenaikan harga BBM kala itu diumumkan oleh menteri terkait. Kenaikan harga BBM pertama diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro pada 28 Februari 2005. Yang kedua diumumkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie atau Ical pada 30 September 2005.
Lalu pada 24 Mei 2008 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro kembali mengumumkan kenaikan harga BBM. Dan terakhir, Menteri ESDM Jero Wacik mengabarkan harga BBM naik pada 21 Juni 2013.
Sementara itu, 2 dari 3 pengumuman turunnya harga BBM dilakukan oleh Presiden SBY.
Selanjutnya: Lokasi...
Advertisement
Lokasi
2. Lokasi
Jokowi
Pengumuman kenaikan harga BBM pada 17 November 2014 malam dilakukan sendiri oleh Presiden Jokowi di kantornya, Istana Negara, Jakarta. Di tengah-tengah para menteri, Jokowi berdiri di podium. Selama beberapa menit dia membacakan keputusan berikut pertimbangan yang diambil jajarannya hingga akhirnya harga BBM bersubsidi diputuskan naik.
SBY
Pada 28 Februari 2005, pengumuman kenaikan harga BBM pertama era pemerintahan SBY dilakukan di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Lalu pengumuman kedua pada 30 September 2005 digelar di Graha Sawala Departemen Keuangan, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Kemudian pada 24 Mei 2008, BBM diumumkan di Gedung Sekretariat Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Sementara pengumuman terakhir dilakukan di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta pada 21 Juni 2013.
Selanjutnya: Alasan...
Alasan
3. Alasan
Jokowi
Jokowi menilai, selama ini subsidi BBM tidak tepat sasaran. Hal itulah yang menjadi alasan hingga dia dan jajarannya memutuskan untuk menaikkan harga BBM.
Menurut ayah 3 anak itu, dengan kenaikan harga BBM, subsidi tidak dihilangkan tetapi hanya dialihkan ke hal yang produktif, seperti pembangunan infrastruktur berupa jalan, bandara, dan juga pelabuhan.
"Selama ini negara membutuhkan anggaran untuk membangun infrastruktur untuk membangun pendidikan dan kesehatan. Namun anggaran ini tidak tersedia karena dihamburkan untuk subsidi BBM," ucap Jokowi saat menyampaikan pengumuman kenaikan harga BBM.
Selain itu, kata dia, pemerintah juga akan mengalihkan subsidi tersebut langsung kepada masyarakat yang membutuhkan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
SBY
Sementara itu, dalam kurun waktu 10 tahun pemerintahan SBY, ada berbagai alasan yang melandasi kenaikan harga BBM. Dari mulai lonjakan harga minyak dunia pada 2005, kemudian krisis ekonomi global pada 2008. Dan pada 2013, kenaikan harga BBM dimaksudkan untuk menekan subsidi dari Rp 297 triliun menjadi sekitar Rp 200 triliun.
Sebagai kompensasi, pemerintah menggelontorkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sekitar Rp 9,3 triliun untuk 15,5 juta keluarga miskin. Dari dana itu, setiap keluarga diberikan Rp 150 ribu per bulan selama empat bulan.
Selanjutnya: Dukungan Parpol...
Advertisement
Dukungan Parpol
4. Dukungan Parpol
Jokowi
Keputusan Jokowi untuk menaikkan harga BBM bersubsidi banyak mendapatkan kritik. Terutama dari para oposisi di Koalisi Merah Putih (KMP) yang beranggotakan Partai Gerindra, Golkar, PKS, PAN, dan Demokrat. Bahkan ada yang mendesak agar kebijakan tersebut dicabut.
Sementara partai pengusung Jokowi, PDIP -- yang sebelumnya tampil keras menentang keputusan kenaikan harga BBM -- kini mendukung kebijakan tersebut.
SBY
Sementara, pada akhir pemerintahan SBY, rencana kenaikan harga BBM 2013 sempat ditolak beberapa parpol, seperti PKS, PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Hanura.
Selanjutnya: Gelombang Penolakan...
Gelombang Penolakan
5. Gelombang Penolakan
Jokowi
Seperti biasa, keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bakal disambut gelombang protes dari masyarakat. Tak terkecuali pada pemerintahan Presiden Jokowi.
Massa di tiap daerah turun ke jalan. Warga Sleman, Makassar, Malang, dan Sidoarjo beraksi menolak keputusan Jokowi. Tak terkecuali warga Jakarta.
Baru-baru ini, mahasiswa Universitas Jayabaya yang tengah beraksi di Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur dibubarkan paksa oleh aparat. 2 Kali tembakan gas air mata, namun mahasiswa tetap bertahan. Mereka malah membalas dengan lemparan batu.
SBY
Demo secara masif pernah terjadi jelang pengumuman kenaikan harga BBM oleh pemerintahan mantan Presiden SBY. Saat itu rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang digulirkan pada Maret 2012 menuai protes besar.
Aksi demonstrasi besar-besaran pun terjadi di sejumlah daerah, termasuk DKI Jakarta pada 27 Maret 2012. Dari buruh hingga mahasiswa turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan mereka atas naiknya harga BBM. Bundaran HI, Gedung DPR, dan Monas memanas.
Saat itu kepolisian harus berhadap-hadapan dengan massa. Bahkan di Gambir, Jakarta, massa yang tergabung dalam Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (KONAMI) terpaksa ditembaki peluru karet oleh aparat Brimob. Akibatnya sekitar 6 mahasiswa terkapar.
Sementara gas air mata terus ditembakkan untuk membubarkan massa. Namun massa tetap berusaha melawan dengan melemparkan bom molotov serta batu.
Ketika itu Presiden SBY sedang melakukan serangkaian lawatan kenegaraan ke luar negeri, yakni China, Hong Kong, dan Korea Selatan (Korsel). Namun, harga BBM baru naik pada 22 Juni 2013, dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500. (Ndy/Ans)
Advertisement