Pelajar di Malang Olah Sampah Plastik Jadi BBM Alternatif

Siswa SMK Negeri 1 Singosari Malang berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif.

oleh Zainul Arifin diperbarui 21 Nov 2014, 05:19 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2014, 05:19 WIB
Bahan Bakar Alternatif
Siswa SMK Negeri 1 Singosari Malang berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Sampah non organik seperti plastik selalu menjadi permasalahan. Namun siswa SMK Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang, Jawa Timur berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif.

"Kita daur ulang sampah plastik dengan alat pembakar melalui proses destilasi. Pembakaran sampah itu menghasilkan minyak yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif," kata Nico Abdian Gusti, siswa kelas XII Jurusan Otomasi Industri SMK Negeri I Singosari kepada Liputan6.com, Jumat (21/11/2014).

Nico yang dibantu siswa kelas XI, Alif Firman Hakim terlebih dahulu membuat beberapa alat pembakar sampah plastik, yang terdiri dari rangkaian tungku pembakar, pompa alat bakar mandiri serta tabung penampung cairan minyak. Mereka membuat alat tersebut dalam waktu empat bulan dengan biaya Rp 3 juta yang didanai oleh sekolah.

Setelah membuat alat, mereka kemudian melakukan proses pengolahan yang diawali dengan memilih sampah, terutama bekas kantong plastik. Sampah kantong plastik yang kotor harus dibersihkan, tujuannya agar menghasilkan minyak dengan kualitas bagus.

"Sampah plastik harus dibersihkan agar menghasilkan kualitas yang bagus. Karena kalau kotor akan ada endapan di minyak hasil pembakaran, kualitasnya kurang bagus," ucap Nico.

Sampah yang sudah dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam tungku berkapasitas 600 gram. Sampah lalu dibakar dengan api yang tersambung dengan elpiji 3 kilogram. Dalam waktu sekitar 45 menit sampai 60 menit, pembakaran sampah plastik menghasilkan cairan dari proses destilasinya.

Cairan tersebut akan ditampung di tabung penampungnya. Jika cairan sudah mencapai seperempat kapasitas tabung, maka elpiji bisa dimatikan karena pompa pembakaran mandiri bisa dinyalakan untuk menyedot cairan minyak sebagai bahan bakar di tabung pembakaran.

"Dari 600 gram sampah plastik sesuai kapasitas tungku pembakaran itu, bisa menghasilkan 63 mililiter cairan minyak. Tapi kalau kapasitasnya lebih besar, misalnya 1 kilogram sampah, bisa didapat seperempat liter minyak," urai Nico.

Cairan minyak hasil pembakaran sampah plastik itu sudah dipakai untuk bahan bakar mesin pemotong rumput milik SMK Negeri 1 Singosari. Hasilnya, tidak kalah dengan bahan bakar jenis premium.

"Tapi belum kami coba untuk dijadikan bahan bakar motor, karena kandungannya masih harus diujicoba di laboratorium," tutur Nico.

Sri Mulyati, salah satu guru pembimbing para siswa, mengatakan pihaknya belum melakukan uji coba di laboratorium terhadap kadar oktan minyak tersebut. "Tapi berdasarkan kalkulasinya, persentase kandungannya ada sekitar 12% kadar minyaknya," ucap Sri Mulyati.

Ide awal pembuatan bahan bakar berbahan limbah plastik ini bermula dari kesadaran para siswa akan banyaknya sampah di lingkungan sekolah. Setiap Jumat, mereka melakukan gerakan bersih–bersih di sekolah. Hasilnya, terkumpul sebanyak 5 kilogram sampah non organik setiap dilakukan bersih-bersih.

Sebagian sampah yang masih memiliki nilai jual didaur ulang menjadi kerajinan dan sebagainya. Sebagian lagi diolah melalui proses destilasi dan menghasilkan bahan bakar minyak tersebut.

Menurutnya, peralatan bakar sampah plastik itu membutuhkan pengembangan terus menerus. Mulai dari membesarkan kapasitas tungku bakar hingga menambah talam di bawah tungku tersebut. "Masih banyak bagian–bagian yang harus disempurnakan lagi," tandas Sri. (Riz/Nan)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya