Mengenal Turunani, Tradisi Lisan dan Nyanyian Adat Gorontalo yang Melegenda

Turunani mengandalkan pola tabuhan rebana khas yang dimainkan oleh pria dan wanita, tanpa alat musik melodis yang tetap. Liriknya menggunakan bahasa daerah Gorontalo dan bahasa Arab

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 27 Jan 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 12:00 WIB
Seni Bela Diri Langga dan Longgo
Foto: Arfandi Ibrahim/ Liputan6.com... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Tradisi Turunani, sebuah seni lisan dan nyanyian adat yang sarat makna, menjadi salah satu warisan budaya Gorontalo yang masih terjaga hingga kini.

Turunani kerap menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat, seperti aqiqah, khitanan, hingga pernikahan.

Turunani mengandalkan pola tabuhan rebana khas yang dimainkan oleh pria dan wanita, tanpa alat musik melodis yang tetap.

Liriknya menggunakan bahasa daerah Gorontalo dan bahasa Arab, menjadikannya unik sekaligus penuh pesan religius.

“Nada dasar Turunani bersifat fleksibel, disesuaikan dengan kemampuan penyanyi,” ujar Rostin, seorang pemuka agama di Gorontalo.

Syair-syair Turunani mengandung nilai moral, pembentukan akhlak, serta peningkatan keimanan.

“Tradisi ini menggambarkan eratnya hubungan kekeluargaan dalam masyarakat Gorontalo sekaligus menjadi media silaturahmi,” tambah Rostin.

Turunani memiliki peran penting dalam berbagai prosesi adat, salah satunya adalah Molile Huali atau tradisi meninjau kamar pengantin.

Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Selain itu, Turunani juga berfungsi sebagai media komunikasi, representasi simbolis, dan alat untuk memperkuat norma-norma sosial dalam komunitas.

“Dulu, Turunani digunakan sebagai sarana penyebaran Islam di Gorontalo, terutama ketika bahasa Melayu belum dikenal luas di sini,” cerita Rostin.

“Makna harfiahnya adalah ‘suruh nyanyi’, yang kemudian berkembang menjadi tradisi budaya yang lestari hingga sekarang.” ujarnya

Seiring perkembangan zaman, pelaksanaan Turunani mengalami berbagai penyesuaian. Jika dahulu tradisi ini dilangsungkan tanpa menggunakan pengeras suara, kini sound system sering kali digunakan.

Beberapa kelompok bahkan memasukkan alat musik modern untuk memberikan nuansa baru.

Namun, di daerah-daerah terpencil yang masih kental dengan adat istiadat, Turunani tetap dijalankan sesuai tradisi lama.

“Kalau di desa-desa Gorontalo, pasti ada Turunani dalam acara adat,” ujar Rostin.

Rostin berharap generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, mau melestarikan tradisi ini.

“Turunani adalah bagian dari identitas budaya Gorontalo. Anak muda harus bangga belajar dan meneruskan adat ini,” tegasnya.

Dengan keunikan dan pesan-pesan luhur yang terkandung di dalamnya, Turunani tidak hanya menjadi warisan budaya Gorontalo, tetapi juga menjadi simbol kekayaan seni Indonesia yang patut dijaga keberlangsungannya.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya