Perpustakaan Universitas Malahayati Diperkaya Miniatur Rumah Adat

Terletak di lantai tujuh bangunan induk, perpustakaan unik ini memberikan pengalaman membaca buku yang berbeda dari biasanya

oleh Liputan6 diperbarui 11 Mar 2015, 20:33 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2015, 20:33 WIB
Perpustakaan Kampus Ini Punya Ruang Belajar Berbentuk Rumah Adat
Terletak di lantai tujuh bangunan induk, perpustakaan unik ini memberikan pengalaman membaca buku yang berbeda dari biasanya

Liputan6.com, Bandar Lampung - Tidak hanya bagi yang hobi membaca, Anda yang bukan seorang kutu buku saja pasti akan merasa betah berlama-lama di perpustakaan Universitas Malahayati, Bandar Lampung.

Di dalam perpustakaan univesitas swasta tersebut ada sungai buatan berisi ikan mas yang berenang ke sana-ke sini, pohon-pohon buatan nan rindang dan berbagai jenis rumah adat dari seluruh provinsi di Indonesia. Selain dipenuhi puluhan ribu buku, perpustakaan Universitas Malahayati juga dilengkapi komputer guna mengakses perpustakaan digital.  

Sebelumnya, fasilitas perpustakaan Universitas Malahayati sempat berpindah tempat beberapa kali. Adalah Rusli Bintang, pendiri Universitas Malahayati yang memiliki ide brilian untuk mengubah konsep perpustakaan yang kaku menjadi tempat membaca yang menyenangkan. Rusli terinspirasi oleh sebuah universitas yang pernah ia kunjungi di Rotterdam, Belanda.

Terletak di lantai tujuh bangunan induk, perpustakaan unik ini memberikan pengalaman membaca buku yang berbeda dari biasanya. Saat memasuki perpustakaan, Anda akan langsung disambut oleh petugas. Begitu melangkah ke dalamnya, Anda akan melihat empat baris rak buku yang memanjang hingga ke ujung ruangan. Rak-rak buku itu dikelilingi sungai buatan selebar 1,5 meter. Nah, di sela-sela rak, terdapat pohon besar dengan kursi-kursi di bawahnya.

Di kedua sisi ruangan yang menempel ke dinding, ada puluhan miniatur rumah adat dari berbagai provinsi, dari Aceh hingga Papua Barat. Di dalam rumah-rumah adat, tersedia meja panjang, di mana para mahasiswa dapat belajar maupun berdiskusi. Dari sekian banyak miniatur rumah adat, ada sebuah tempat ibadah umat Muslim khas Aceh, yang lebih dikenal dengan nama meunasah.

Sementara itu, di sebelah kanan ruang perpustakaan, ada sebuah ruang baca berbentuk kubus dengan dinding pembatas setinggi orang dewasa. Di dalamnya, tersedia sofa-sofa panjang yang dapat diduduki beramai-ramai.

Perpustakaan ini beroperasi dari pagi hingga malam hari, tepatnya pukul 22.00 waktu setempat. Selain mahasiswa Universitas Malahayati, para pelajar dari kampus lain pun diizinkan untuk mengunjungi dan menggunakan fasilitas yang tersedia.

Meskipun proses pembangunannya memakan waktu hingga dua tahun, Wakil Kepala UPT Perpustakaan Universitas Malahayati, Nowo Hadi Yanto S.Sos. merasa hal itu sepadan dengan hasilnya, yaitu jumlah pengunjung perpustakaan yang meningkat secara signifikan.

Apalagi, dengan kehadiran miniatur rumah adat, pihak Universitas Malahayati dapat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia. "Sekarang para mahasiswa dari berbagai daerah sering menempati rumah adat mereka masing-masing," ujar Nowo.

Nowo menjelaskan perpustakaan Universitas Malahayati memiliki buku sebanyak 32.500 dan jumlah itu dipastikan akan terus bertambah karena mereka selalu meng-up date koleksi bukunya. "Di antaranya ada yang merujuk ke Universitas Harvard dan beberapa perguruan tinggi lain, yang kita yakin cukup layak buat referensi mahasiswa," pungkasnya.

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya