Dugaan 8 WNI Merompak di Malaysia, Ini Komentar Menteri Tedjo

Namun Menko Polhukam belum dapat laporan resmi dari Kemlu mengenai kepastian kabar 8 WNI diduga merompak kapal Malaysia.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 20 Jun 2015, 08:43 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2015, 08:43 WIB
Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno
Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdjiatno buka suara atas ‎terkait dugaan 8 WNI menjadi perompak di kapal Orkim Harmony, perairan Malaysia. Ia mengaku telah mendengar kabar tersebut, namun belum dapat laporan resmi dari Kementerian Luar Negeri mengenai kepastiannya.

"Kalau laporan secara khusus belum, tapi akan juga laporan itu," ucap Menteri Tedjo di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (19/6/2015) malam.

Bila benar para perompak tersebut merupakan WNI, Tedjo menilai tentu hal tersebut tidak bisa ditoleransi. Pemerintah akan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku bila terbukti melakukan tindakan tersebut.

"Tentu ada aturan hukum yang berlaku, itu dari kepolisian yang akan menyidik masalah ini. Tentu sanksi dan hukuman akan jelas dan tegas terhadap perompak," ujar Tedjo.

Guna mencegah aksi perompakan, menurut Tedjo, aparat penegak hukum di laut perlu diperkuat. Seperti TNI AL, Polairud dan Badan Keamanan Laut.

Tedjo menambahkan, pemerintah Indonesia siap bekerja sama dengan pemerintah Malaysia mengejar perompak itu. Walaupun hubungan antara Indonesia dan Malaysia kerap mengalami pasang surut.

"Masalah kejahatan kita bisa kejar bekerja sama dengan negara lain. Pengejaran tidak terputus. Ini kita bisa kerja sama dengan Malaysia untuk kejar perompak. Itu ada di perjanjian antarnegara, kalau itu masalah kejahatan akan kita bantu atasi. Kita tidak tolerir upaya kejahatan di mana pun," tukas Tedjo.

Kapal Orkim Harmony ditemukan di perairan Malaysia atau posisi 9,21 Lintang Utara dan 102,44 Bujur Timur. Namun, 8 orang perompak tersebut kabur menggunakan sekoci.

Orkim yang membawa 22 ABK warga negara ‎Malaysia, Indonesia, dan Myanmar dinyatakan hilang kontak pada Kamis 11 Juni pekan lalu. Unit yang terakhir berada di titik koordinat 2,089 Lintang Utara dan 104,273 Bujur Timur di perairan Pulau Aur, lepas pantai timur Johor, Malaysia, itu diketahui mengangkut 6 ribu ton minyak Ron 95.

Sejauh ini didapati informasi bahwa 16 orang ABK merupakan warga Malaysia, 5 dari Indonesia dan seorang warga Myanmar.

Dan, bukan pertama kali perompakan berlangsung di perairan tersebut. Pada 2015, pihak berwenang setempat mencatat kejahatan serupa terjadi 5 kali.‎

(Luq/Ans/Rjp)
‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya