300 Peluru Ditemukan di Lokasi Jatuhnya Hercules C-130

Peluru yang dikumpulkan personel TNI AD kemudian diserahkan ke Pangkalan Udara TNI AU Soewondo, Medan.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Jul 2015, 10:45 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2015, 10:45 WIB
20150702-Pesawat-Hercules-C130-Jatuh-Medan4
Anggota Kopaskhas TNI AU melakukan penyisiran pencarian amunisi dan potongan tubuh pesawat hercules C-130 yang jatuh di Medan, Kamis (2/7/2015). Pencarian lanjutan ini untuk melengkapi temuan yang sudah di evakuasi kemarin. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Medan - TNI terus melakukan penyisiran di lokasi jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Jalan Letjen Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara. 300 Butir peluru aktif pun ditemukan di lokasi tersebut.

Komandan Kodim 0201/BS Letnan Kolonel Infantri M Ridwan mengatakan, benda yang terbuat dari timah itu ditemukan Jumat 3 Juli 2015 kemarin, sekitar pukul 11.00 WIB, oleh tim evakuasi personel TNI AD yang sedang membersihkan material berupa tanah dan kawat bangunan rumah yang hancur ditimpa Hercules C-130.

"Amunisi itu ditemukan di antara rongsokan bangunan rumah yang sudah rata," ujar Ridwan seperti dikutip Sabtu (4/7/2015). Dia menambahkan, setelah peluru itu dikumpulkan personel TNI AD, kemudian diserahkan ke Pangkalan Udara TNI AU Soewondo, Medan.

"Jadi, seluruh peluru yang didapat tim evakuasi tersebut telah diserahkan," kata Ridwan.

Data yang diperoleh melalui Tim Identifikasi Korban Bencana Kepolisian Indonesia, di RSUP Adam Malik Medan, hingga pukul 13.00 WIB Jumat 3 Juli 2015, tercatat 143 kantong mayat telah dibawa ke rumah sakit tersebut. Sedangkan jenazah yang telah terindifikasi 99 orang, yang belum teridentifikasi 43 orang.

Berdasarkan data manifes, jumlah penumpang Hercules 122 orang, terdiri dari 33 TNI AU, 6 TNI AD, dan 83 orang keluarga TNI.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor ekor A-1310 jatuh dengan posisi terbalik di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa 30 Juni 2015 sekitar pukul 11.50 WIB. Pesawat tersebut lepas landas dari Pangkalan Udara Suwondo, Medan sekitar pukul 11.48 WIB.

Pesawat buatan tahun 1960-an itu hendak menuju Kepulauan Natuna untuk menjalankan misi Penerbangan Angkutan Udara Militer (PAUM), yakni pengiriman logistik.

Burung besi yang dipiloti Kapten Penerbang Sandy Permana itu sempat menghubungi menara Air Traffic Control (ATC) 2 menit usai take off dan menginformasikan telah terjadi kerusakan. Saat itu, pilot juga meminta untuk return to base (RTB) ke Lanud Suwondo. Belum sempat dibalas, ATC sudah kehilangan kontak. Pesawat kemudian diketahui jatuh di pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting. (Ant/Mvi/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya