Mantan KSAU: Sejak 1946 Wilayah Udara Indonesia Dikuasai Asing

Dalam sambutannya, Chappy mengatakan, dimensi udara di Tanah Air adalah unsur paling strategis, sekaligus paling lemah.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 29 Jul 2015, 17:47 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 17:47 WIB
Elite KMP-KIH Hadiri Peluncuran Buku Mantan KSAU
Dalam sambutannya, Chappy mengatakan, dimensi udara di Tanah Air adalah unsur paling strategis, sekaligus paling lemah.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Purn TNI Chappy Hakim meluncurkan buku berjudul "Tanah Air & Udaraku Indonesia". Dalam acara ini, hadir sejumlah tokoh Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH), serta sejumlah pejabat negara.

‎Di antaranya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang didampingi Sekjen Hasto Kristiyanto. Hadir pula Ketua DPR RI Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono juga terlihat hadir.

Dalam sambutannya, Chappy mengatakan, dimensi udara di Tanah Air adalah unsur paling strategis, sekaligus paling lemah. Tanpa regulasi yang jelas, kedaulatan negara akan menjadi ringkih.

"Di wilayah Malaka yang merupakan kawasan perbatasan yang sangat rawan, ternyata sudah sejak 1946 wilayah udara Indonesia berada di bawah kekuasaan pihak asing," ujar Chappy di Gedung Gramedia, Matraman, Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Pengelolaan yang memprihatinkan itu, kata Chappy, tercermin dari banyaknya permasalahan yang muncul belakangan ini. Dia menilai, semua persoalan disebabkan pertumbuhan pesat jumlah penumpang jasa angkutan udara, tanpa disikapi upaya memadai dalam mempersiapkan infrastruktur penerbangan yang mendukung.

Selain elite KIH-KMP, jajaran menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK juga turut hadir dalam peluncuran buku milik purnawirawan TNI bintang 4 itu. Di antaranya, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno dan Menkumham Yasonna H Laoly. (Rmn/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya