Liputan6.com, Jombang - Ketua Panitia Daerah Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menargetkan, muktamar selesai paling lambat pada 6 Agustus pagi.
Dia mengatakan, sidang pleno 1 yang membahas masalah tata tertib Muktamar ke-33 NU yang sempat berkali-kali diskors, berhasil mengambil keputusan. Jika tidak, bisa saja muktamar akan berlangsung melebihi hari yang ditentukan.
"Jika itu terjadi, panitia bisa kewalahan mengatasi biaya tambahan, dan itu tidak mungkin. Apalagi masalah sekolahan yang kita jadikan sebagai media center, konsumsi dan lainnya, izinnya hanya 5 hari saja," tutur dia saat menggelar konferensi pers di Media Center, Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8/2015).
Wakil Gubernur Jawa Timur yang akrab disapa Gus Ipul ini menambahkan, perkiraan bakal bertambahnya hari pelaksanaan muktamar sempat mengemuka di kalangan peserta. Sebab, hingga hari ke-2 muktamar, sidang pleno 1 pembahasan tata tertib belum juga selesai.
Padahal sesuai jadwal, lanjut Gus Ipul, seharusnya hari kedua muktamar diisi sidang pleno II, yakni laporan pertanggungjawaban Rais Am-Ketua Umum PBNU periode 2010-2015.
Penyebab alotnya sidang pleno 1, kata Gus Ipul, ialah bahasan soal sistem pemilihan Rais Am model ahlul hallo wal aqdli (Ahwa). Ada yang mendukung, dan ada yang menolak.
Keributan Ahwa teratasi, ketika Rais Am PBNU KH Musthofa Bisri mengambil alih jalannya sidang, usai rapat tertutup bersama Syuriah PBNU dan seluruh PWNU. Diputuskan, Rais Am dipilih Syuriah, bukan modal Ahwa. Muktamirin setuju.
Untuk mengebut waktu agar muktamar selesai sesuai waktu, agenda pun dipercepat. Sore kemarin juga, sidang komisi-komisi dilaksanakan di empat pesantren dilaksanakan. Malamnya, baru sidang pleno II tentang LPJ PBNU periode 2010-2009. Seharusnya, pleno II digelar di hari kedua, Minggu 2 Agustus 2015.
"Jadi tetap diusahakan agar selesai sesuai waktu ditentukan, 5 hari. Minimal 5 (Agustus) malam," imbuh Gus Ipul
Gus Ipul mengakui dirinya tidak bisa membayangkan jika seandainya kegaduhan masalah Ahwa tidak juga selesai. Jika itu benar-benar terjadi, sama dengan pikiran peserta.
"Saya juga mengira muktamar akan molor dan selesai lebih dari 5 hari. Tapi saya tetap menentukan muktamar 5 hari saja," lanjut Gus Ipul
Andai itu benar-benar terjadi, panitia akan kewalahan soal biaya muktamar. Sebab, dana yang dianggarkan 5 hari. Pemerintah setempat juga tidak mungkin membantu, karena tidak mungkin pemerintah mengeluarkan bantuan dana secara mendadak. Jika pun molor, panitia hanya bisa menyediakan logistik tambahan untuk 1 hari.
"Kalau lebih dari itu, saya ampun-ampun, saya kembalikan ke peserta untuk dibahas di rumahnya masing-masing," pungkas Gus Ipul sambil tersenyum. (Rmn/Def)
Izin Hanya 5 Hari, Muktamar NU Diharapkan Selesai 6 Agustus Pagi
Jika pun molor, panitia hanya bisa menyediakan logistik tambahan untuk satu hari saja.
diperbarui 04 Agu 2015, 02:44 WIBDiterbitkan 04 Agu 2015, 02:44 WIB
Muktamirin NU dihibur oleh penyanyi religius Opick sebelum acara dimulai. (muktamarnu.com)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Kamis 6 Februari 2025
Kisah Memilukan Suripah, Sendirian Melawan Penyakit Lupus di Tengah Lilitan Kemiskinan
Link Live Streaming Carabao Cup Liverpool vs Tottenham Hotspur, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Ini 5 Gunung di Dunia yang Dihormati dan Dianggap Tempat Suci
Baca Al-Qur’an Berpahala, tapi jika Seperti Ini Tergolong Maksiat Kata Buya Yahya
Banjir Rob Terjang Pesisir Tablolong NTT, Ribuan Warga Mengungsi
Baru Sadar setelah Salam Ternyata Jumlah Rakaat Sholat Kurang, Bagaimana Buya Yahya?
Asal-usul Reog Ponorogo yang Awalnya Sindiran untuk Raja Majapahit
Polisi Gandeng KNKT dan ATPM Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi 2
Cara Planet Saturnus Menyelamatkan Bumi dan Tata Surya
Ketua DPR dan Parlemen Italia Sepakat untuk Tingkatkan Hubungan Diplomatik
Jika Ketemu Orang Tidak Sholat Jangan Disuruh Sholat, tapi Begini Caranya Kata Buya Yahya