Saran Akademisi UGM untuk Menghindari Bencana Kekeringan

Cara preventif menampung air hujan dengan sistem penampungan air hujan, yakni memasukkan air hujan ke sumur resapan dan sumur penduduk.

oleh Yanuar H diperbarui 04 Agu 2015, 17:35 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2015, 17:35 WIB
20150729-Sawah-Kekeringan
Sawah Kekeringan (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Yogyakarta - Memasuki musim kemarau pertengahan tahun ini, kekeringan mulai melanda sejumlah daerah di Indonesia. Tapi bencana kekeringan, kata pengajar di jurusan teknik sipil Universitas Gadjah Mada Agus Maryono, bisa diminimalisir dengan beberapa langkah.

Misalnya, terang dia, dengan memanen atau menyimpan air saat musim hujan. Sehingga saat kemarau, kebutuhan air dapat tercukupi.

Agus menjelaskan, untuk mewujudkan panen air, harus ada upaya yang jelas dan keras. Perlu langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk memanen air hujan sebanyak-banyaknya, agar terhindar dari bencana kekeringan pada musim kemarau berikutnya.

"Ketidaksiapan masyarakat menghadapi kekeringan di antaranya karena masyarakat sudah terbiasa dengan menerima bantuan dropping air atau membeli air dari daerah lain yang kadang jauh jaraknya," kata Agus di Kampus UGM, Yogyakarta, Selasa (4/8/2015).

Selama ini, ujar Agus, saat kekeringan melanda, warga hanya mengandalkan air dari PDAM. Padahal PDAM jelas tidak mampu memenuhi kebutuhan air 100 persen warga sepanjang tahun. Kondisi ini juga dinilai berbahaya jika kekeringan panjang terjadi. Pada tahun ini musim kemarau diprediksi lebih panjang dari biasanya.

"Tiap-tiap keluarga di masyarakat harus berpikir dan berupaya keras memanen air hujan agar terhindar dari kekeringan," ucap Agus.

Menurut Agus, cara preventif menampung air hujan dengan sistem penampungan air hujan (PAH), yakni memasukkan air hujan ke sumur resapan dan sumur-sumur penduduk. Sementara langkah kuratif yang dapat dilakukan yakni mencari sumber air yang masih tersisa, memeriksa kembali sumur-sumur penduduk, hingga menyaring air untuk air minum bersih.

Emilia Nurjani dari Laboratorium Hidrometeorologi dan Kualitas Udara Fakultas Geografi UGM mengatakan, pola kemarau di beberapa daerah berbeda-beda. Ditambah banyak faktor yang turut memengaruhi turunnya hujan, termasuk El Nino dan La Nina.

"Kekeringan jangan disamaratakan, karena pola musimnya berbeda tiap daerah," kata Emilia. Dia melanjutkan, perlu langkah menghadapi musim kering dengan membuat sumur-sumur resapan.

"Selain itu, para petani diberikan pengetahuan tentang pola musim hujan, serta jenis padi yang cocok ditanam di musim kemarau," demikian Emilia. (Sun/Sss)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya