Liputan6.com, Jakarta - ‎Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung Widodo membantah anggapan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi mulai gerah dengan pemberitaan media massa yang mengkritisi kebijakan pemerintahan. ‎Pramono menegaskan, Presiden Jokowi adalah orang yang sangat terbuka dengan kritik dari pihak manapun.
‎
Pramono mengungkap, dalam pertemuan dengan para Pimpinan Redaksi (Pimred) sejumlah media massa, Jokowi mengklarifikasi pernyataannya dalam pidato kenegaraan di MPR pada 14 Agustus 2015 yang menyebut banyak media menyampaikan berita tidak berimbang, terutama yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah demi mengejar rating. ‎
"Ada pengertian yang mendalam, bahwa Presiden meminta media itu silakan mengkritik dengan keras ataupun menampilkan hal yang dalam bahasa beliau untuk keperluan rating atau sensasi, tetapi tidak menghilangkan tugas media bagaimana membangun, membawa publik pada persepsi yang positif terhadap keinginan maju ke depan, karena siapapun presidennya tentunya kan harapannya bisa membawa bangsa ini ke arah lebih baik," jelas Pramono, Jumat (21/8/2015). ‎
Menurut dia, dalam pertemuan itu para Pimred yang hadir telah memberikan masukan yang cukup baik. Terutama bagaimana hal yang berkaitan dengan media, dan juga masukan yang diberikan kepada dirinya selaku Sekretaris Kabinet. ‎
"Saya akan memfasilitasi para menteri-menteri untuk setiap waktu bisa bertemu dengan presiden, dan setelah nanti usai bertemu dengan presiden, mereka akan menyampaikan program-program itu secara langsung kepada media," kata Pramono.
Cara tersebut, lanjut dia, dilakukan karena dengan memberi keterangan secara langsung maka informasi yang perlu diketahui publik dapat tersampaikan secara utuh. "Kalau menteri menyampaikan dalam pers release di kementeriannya, dianggap enggak nendang. K‎alau di Istana apalagi ada marwahnya, itu lebih nendang," ucap Pramono.‎
Sebelumnya saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI, di depan sidang bersama DPR RI dan DPD RI, 14 Agustus 2015 lalu, Presiden Jokowi mengkritik sejumlah media yang disebutnya hanya mengejar rating ‎dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif.
Menurut Jokowi, saat ini ada kecenderungan semua orang merasa bebas, sebebas-bebasnya, dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingan. Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif.
"Masyarakat mudah terjebak pada 'histeria publik' dalam merespons suatu persoalan, khususnya menyangkut isu-isu yang berdimensi sensasional," kata Presiden Jokowi.‎ (Mut)
Maksud Jokowi Sebut Media Hanya Kejar Rating
Jokowi mengklarifikasi pernyataannya yang menyebut banyak media menyampaikan berita tidak berimbang dan hanya mengejar rating.
diperbarui 21 Agu 2015, 10:49 WIBDiterbitkan 21 Agu 2015, 10:49 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Harga Bitcoin Berpotensi ke USD 145.000, Simak Momentumnya
7 Jenis Rasa Malas yang Menarik Diketahui, Mana yang Paling Sering Anda Rasakan?
Lapor SPT Tahunan Pajak 2024 Tetap Pakai e-Filing, Ini Panduan Pelaporannya
Mengenal Apa Itu Secure Attachment, Tingkatkan Kualitas Hubungan Menjadi Lebih Sehat
300+ Caption Happy Birthday Ideas to Make Your Post Stand Out
350 Caption Lucu untuk Story yang Bikin Ngakak
Profil Dadan Hindayana, Kepala BGN yang Usulkan Makan Bergizi Gratis Bisa Pakai Lauk Serangga
350 Caption Family Keren untuk Foto Keluarga di Media Sosial
5 Masalah Ini Dapat Timbulkan Kecemasan dalam Hubungan, Apa Saja?
Menko Airlangga: 71.000 UMKM Dapat Fasilitas Hapus Kredit
Perguruan Tinggi Kelola Tambang, Puan: RUU Minerba Harus Bermanfaat Untuk Masyarakat Bukan Hanya Kampus
Resep Pepes Ikan Kembung: Hidangan Lezat dan Bergizi untuk Keluarga