‎Alasan Menhan Ryamizard Ingin Beli Pesawat Sukhoi Baru

Rencana pembelian pesawat Sukhoi tidak terganggu dengan permasalah ekonomi global saat ini.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 03 Sep 2015, 04:26 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2015, 04:26 WIB
20150902-Ryamizard Ryacudu-Jakarta
Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu saat melakukan sidak di Markas Komando Pasukan Khusus di Cijantung Jakarta, Rabu (2/9/2015). Sidak terkait inventarisir kelengkapan alutsista yang dimiliki TNI. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan menambahkan inventaris alat utama sistem persenjataan (Alutsista) untuk TNI. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35. Dalam waktu dekat, pembelian jet tempur buatan Rusia itu akan segera terealisasi.

Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal Purnawirawan TNI Ryamizard Ryacudu mengatakan, ‎pihaknya akan membeli pesawat Sukhoi untuk satu skuadron. Namun Ryamizard belum memastikan berapa banyak pesawat yang akan dibeli.

"‎Kita sudah sepakat dengan KASAU dan Panglima TNI beli Sukhoi untuk satu Skuadron dulu," Ujar Ryamizard usai menginspeksi alutsista di Mako Yonif 201/JY, Jalan Raya Bogor, Gandaria, Jakarta Timur‎, Rabu (2/9/2015).

Rencana pembelian alutsista itu, kata Ryamizard, tidak terganggu dengan permasalah ekonomi global saat ini. ‎Belanja pesawat tempur itu tetap berjalan kendati bertahap sesuai kemampuan yang dimiliki pemerintah Indonesia.

‎"Sudah ada pagunya tinggal dilaksanakan saja. Kalau rencana sudah oke. Kalau resapan berjalan semua pasti ekonomi akan berjalan dengan bagus.‎ Ekonomi itu kan semua babak belur ya. Baik Rusia, China, Malaysia juga. Jadi jangan terlalu menyalahkan pemerintah," ucap Ryamizard.

"‎Kita beli tidak sekaligus. Misalnya kalau kita pesan satu skuadron itu 16, ya kita beli 8 dulu atau 6. Nanti pasti 5 tahun lagi kan ada yang baru lagi, kita beli yang baru lagi," imbuh dia.

Pertimbangan Beli Sukhoi

‎Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) era Presiden Megawati ini menjelaskan pertimbangan pembelian pesawat buatan Rusia itu. Pembelian pesawat Sukhoi juga untuk menjalin kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Rusia dalam pengembangan alutsista.

"Yang jelas kita sudah ada Sukhoi jadi nyambung.‎ Kita beli dulu baru bisa buat. Kayak kita sekarang punya Sukhoi, kita sudah bisa buat bomnya. Itu (Pindad) saya suruh buat banyak-banyak aja biar kita latihan pakai bom bener," ucap Ryamizard.

Lebih jauh, dia menegaskan pembelian tersebut bukan berarti Indonesia berpihak kepada Rusia. Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan negara manapun. Indonesia juga membeli alutsista dari negara-negara lain.

‎"Kita juga beli Boeing, beli helikopter, pesawat angkut berat, Hercules juga. Jadi balance. Dengan Amerika kita kawan, Rusia kawan, China juga kita kawan semua. ‎Kita negara nggak blok-blokan. Semua kawan, nggak ada musuh. Saya bilang Dubes dan Menhan negara lain, kita sama-sama, tidak memihak," tandas dia.

Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemenhan Marsekal Muda TNI M Syaugi menjelaskan pertimbangan lain pembelian pesawat Sukhoi. Menurut dia, pembelian itu merupakan bentuk kerja sama antara Indonesia dan Rusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

"Karena ada transfer of technology (TOT), ada offset industri, dan ada imbal data. Itu ada semua. Undang-undang Industri Pertahanan kan gitu. UU Nomor 16 Tahun 2012," ucap Syaugi.

Offset pada pembelian pesawat Sukhoi, kata Syaugi, yakni harus ada komponen tertentu yang dibuat Indonesia. ‎"Itu artinya apa yang dibikin di kita‎. Maksudnya, apa yang dibeli itu ada barang yang kita bikin. Kan kita mempunyai kemampuan di industri pertahanan. Kalau imbal data itu artinya memakai komoditi kita,"‎ katanya.

"Semua itu disesuaikan dengan kemampuan kita. Jadi berapa kemampuan anggaran, kan tidak mungkin kita beli satu biji (pesawat) terus minta TOT bikinnya gimana. Jadi disesuaikan," tandas Syaugi. (Ali/Nda)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya