Usai Lempar Jumrah, Jemaah Haji Indonesia Lakukan Tahalul

Usai melakukan prosesi melempar jumrah aqabah, para jemaah haji asal Indonesia melakukan ritual tahalul atau mencukur sebagian rambut.

oleh Wawan Isab Rubiyanto diperbarui 25 Sep 2015, 19:07 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2015, 19:07 WIB
Jemaah Haji Indonesia
Tenda-tenda jemaah haji di Mina, sebelah timur Kota Mekah, Arab Saudi. (Liputan6.com/Anri Syaiful)

Liputan6.com, Mekah - Usai melakukan prosesi melempar jumrah aqabah, yaitu melempar dengan 7 buah batu ke arah tiang jumrah aqabah, para jemaah haji asal Indonesia melakukan ritual terakhir haji, yaitu tahalul atau mencukur rambut.

Rampung prosesi itu, para jemaah sudah dapat melepas ihram yang mereka kenakan sejak berangkat ke Padang Arafah. Berdasarkan kewajiban, tahalul adalah memotong sebagian rambut. Kendati begitu, banyak jemaah yang bercukur hingga botak. Biasanya, mereka mencukur sendiri atau menggunakan jasa pemotong rambut.

Meski kampanye gencar dilakukan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi sejak 2013, kemungkinan penyebaran penyakit bisa saja terjadi. Jemaah haji Indonesia diminta untuk waspada.

"Penularan penyakit tersebut bisa diakibatkan pisau cukur yang digunakan berganti-gantian saat tahalul, pasien seperti itu tidak merasakan gejala apapun," ujar Kepala Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara, Purwokaning Purnomo Agung kepada Liputan6.com di Mekkah, Arab Saudi, Jumat (25/9/2015).

Kini, para jemaah tak diwajibkan lagi mengenakan pakaian ihram saat melontar jumroh hari kedua, jumrotul ula, wustho, dan aqobah sekaligus. Saat pelemparan jumroh, banyak jemaah yang kelelahan. Sebab mereka harus berdesak-desakan dengan jemaah lainnya.

Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin yang juga sebagai Amirul Hajj mengatakan, korban insiden jemaah berdesak-desakan di Jalan Arab 204 terjadi di luar jadwal melontar jumrah jemaah haji Tanah Air.

Insiden maut yang menewaskan ratusan jemaah itu juga berada di luar jalur yang seharusnya dilalui jemaah haji Indonesia ke lokasi melempar jumrah (jamarat).

"Saya selaku Amirul Hajj mengimbau jemaah menaati jadwal (melontar jumrah), yaitu pada pagi setelah Subuh atau sore mendekati Maghrib," kata Menag di Mina, Kamis 24 September malam.

Selain bertujuan untuk pengaturan arus, waktu-waktu melempar jumrah yang disediakan juga sudah mempertimbangkan aspek suhu panas udara di Mina. Dengan demikian, jemaah terhindar dari desak-desakan dan ketidaknyamanan di jamarat.

Adanya insiden maut di jalur jemaah haji Mesir, India, Pakistan, Turki dan negara-negara Afrika lainnya, kata Menag, hendaknya memberikan pelajaran agar jemaah tidak tergesa-gesa menjalani salah satu ritual wajib haji tersebut. Apalagi, jalur 204 bukanlah jalur resmi jemaah haji Indonesia.

"Jadi mungkin saja mereka tersesat atau terbawa arus kuat ke satu titik, sehingga tidak tahu arah dan masuk ke jalur yang bukan semestinya," ujar Lukman.

Usai melakukan prosesi melempar jumrah para jemaah sudah dapat kembali ke Mekah untuk tawaf wada (perpisahan) dan bersiap-siap kembali ke Tanah Air. (Ali/Mut)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya