Ketua MPR: Intoleransi Muncul Karena Abaikan Nilai Kepatutan

Kepatutan itu bersikap jangan terlalu mencolok. Karena jika dibiarkan hal itu hanya akan memunculkan sikap intoleransi

oleh Fajar Abrori diperbarui 16 Okt 2015, 14:52 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2015, 14:52 WIB
20150902-PAN Nyatakan Gabung ke Koalisi Pro Pemerintah-Jakarta
Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan melambaikan tangan kepada wartawan saat berada di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/9/2015). PAN menyatakan resmi bergabung dengan koalisi partai pendukung pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua MPR, Zulkifli Hasan menyatakan, salah satu alasan berkembangnya sikap intoleransi adalah perilaku masyarakat yang sudah meninggalkan nilai kepatutan. Hal ini, menurut dia, dapat dilihat dalam persoalan pembangunan tempat ibadah tertentu di daerah yang memiliki umat mayoritas pemeluk agama lain.

Zulkifli menilai, seharusnya persoalan intoleransi itu tidak pernah terjadi bila Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika tidak dijadikan sebagai retorika saja.

"Kita sudah sepakat bahwa meski berbeda-beda tetapi tetap satu. Meski beda suku agama dan ras, kita tetap satu," ungkap Zulkifli usai mengisi orasi kebangsaan di Milad ke-57 Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (16/10/2015).

Dia memaparkan bahwa kondisi masyarakat Indonesia yang plural harusnya bisa tetap menjaga nilai-nilai toleransi. Karena itu Zulkifli mengimbau, agar masyarakat tidak meninggalkan nilai kepatutan. Seperti halnya dalam pembangunan rumah ibadah.

"Kepatutan itu misalnya bersikap jangan terlalu mencolok. Misalnya di Papua yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen, kalau membangun masjid yang biasa saja. Kemudian di Aceh yang warganya mayoritas muslim, kalau membangun gereja ya jangan yang megah," ujar Zulkifli.

Dia pun meminta kepada masyarakat untuk tidak memperdebatkan perbedaan. Karena menurut dirinya, dengan umur NKRI yang sudah 70 tahun ini, maka tidak seharusnya mempermasalahkan perbedaan agama, suku dan ras.

"Kalau kita memperdebatkan masalah itu kita mundur lagi ke belakang. Kalau kita memperdebatkan perbedaan, berarti kita primitif," pungkas Zulkifli. (Dms/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya