Liputan6.com, Jakarta - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengakui, banyak anggotanya yang stres. Hal inilah yang memicu anggota kepolisian melakukan bunuh diri.
"Ada satu penelitian, polisi lalu lintas dan anggota reserse, hasilnya mencengangkan, 80 persen mereka stres karena beban tugas," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Ia melanjutkan, tekanan pekerjaan yang cukup berat, ditambah urusan pribadi menjadi faktor dominan yang menyebabkan anggotanya stres.
"Masalah tugas di kepolisian salah satu yang mengundang stres. Ini memang salah satunya. Sudah beban tugas berat, ada lagi masalah pribadi," kata Anton.
Untuk itu, Anton menjelaskan, sebelum masuk kepolisian setiap calon wajib ikut psikotes. Setelah di dalam, kata dia, Propam maupun divisi psikologi juga terus berupaya mempelajari dan melakukan antisipasi agar peristiwa yang tidak diinginkan tidak terulang. Hal ini terkait banyaknya anggota Polri yang melakukan aksi bunuh diri.
Baca Juga
Peristiwa teranyar yaitu Kanit Lantas Polsek Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, Iptu Budi Riyono, bunuh diri di rumah teman wanitanya yang berinisial H di Perumahan Griya Kenangan, Cipondoh, Sabtu 31 Oktober 2015.
Untuk itu, Anton meminta pimpinan wilayah memperhatikan anak buahnya. Menurut Anton, pimpinan harus lebih peka permasalahan yang dihadapi anak buahnya. Jangan hanya sibuk dengan urusan masing-masing.
"Orang lain (masyarakat) saja dilayani, masa anak buah sendiri tidak?" ujar dia.
Menurut Anton, banyak cara yang dapat dilakukan pimpinan jika anak buahnya tertutup dan enggan mengutarakan masalahnya. Pimpinan bisa melakukan pendekatan secara tertutup atau pribadi. Namun demikian, ia juga menyatakan bahwa kadang ada anak buah yang tidak mau mengeluarkan unek-uneknya ke pimpinan.
"Kembali lagi ke sifat dan sikap masing-masing anak buah," kata dia.
Untuk mencegah agar aksi bunuh diri tidak terulang, Anton mengungkapkan, Polri akan memperketat pinjam pakai senjata api di internal Polri. Sebab, kebanyakan anggota Polri bunuh diri menggunakan senjata api. Dia juga berharap ada pihak atau masyarakat yang bersedia memberi masukan agar anggotanya tidak lagi bunuh diri.
"Sekarang sudah lebih ketat dari dulu untuk pemakaian senjata api. Misalnya, lihat pangkat, beban tugas, kemudian harus berkelakukan baik. Saringan yang ketat juga masih bisa kecolongan. Kami berusaha untuk memperbaiki sistem yang ada," ujar Anton. (Nil/Sun)