Cerita Tulisan Tangan dalam Undangan Penobatan Paku Alam X

Saat menerima tawaran dari ketua panitia jumenengan, tanpa berpikir panjang Iskandar langsung menerimanya.

oleh Yanuar H diperbarui 06 Jan 2016, 20:57 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2016, 20:57 WIB
Fathi Mahmud/Liputan6.com
Iskandar (Fathi Mahmud/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Jumenengan atau penobatan Paku Alam X akan digelar dalam beberapa jam ke depan. Ribuan tamu undangan dijadwalkan hadir saat prosesi jumenengan PA X.

Hadirnya ribuan tamu prosesi jumenengan tidak lepas dari campur tangan Iskandar (59). Guru seni lukis yang mengajar di SMA Negeri 1 Yogyakarta inilah yang menulis nama-nama tamu undangan dengan tulisan tangan.

Iskandar mengatakan sudah menuliskan sekitar 1.200 nama di undangan sejak 25 Desember lalu. Warga Pakualaman RT 42, RW 9, Pujowinatan, PA I 686 Yogyakarta ini mengaku sudah biasa menulis indah dengan tangan.

Saat menerima tawaran dari ketua panitia jumenengan tanpa berpikir panjang Iskandar langsung menerimanya.

"Sekitar sebulan lalu, setelah panitia Jumenengan terbentuk langsung dikontak untuk menulis undangan, lalu saya menanyakan kenapa tidak ditulis menggunakan komputer, namun pihak Pakualaman meminta untuk ditulis menggunakan tangan," kata Iskandar Rabu (6/1/2015).

Bapak 2 anak ini mengatakan, jenis tulisannya termasuk dalam font kaligrafi. Awalnya ia sudah memberikan 5 contoh tulisan di antaranya menggunakan font tulisan huruf besar, kecil, biasa, besar miring dan tegak. dan kaligrafi.

Namun ternyata pihak Pakualaman meminta dengan tulisan kaligrafi. Hal ini menurut panitia memperlihatkan ciri khas tulisan tangan. Selain warna tulisan juga harus menggunakan warna biru.


"Harus biru ada filosofinya. Dan hurufnya kaligrafi yang tebal dan tipis biar kesan tulisan tangannya ada," ujar dia.

Ia menuliskan nama-nama tamu undangan mulai dari presiden hingga raja-raja Nusantara. Iskandar mengaku hanya membutuhkan kurang lebih 25 detik hingga 1 menit untuk menyelesaikan satu undangan.

"Tidak sampai menit, cukup 25 detik saja,"ujar pria asli Gunungkidul itu.

Iskandar mengaku memerlukan mood bagus sehingga tulisan yang ditorehkan dalam undangannya itu menjadi bagus.

Sebab jika menuliskan nama undangan dalam keadaan kacau maka akan membuat tulisan kacau juga.

"Saya tidak tentu menulisnya, kadang setelah salat Subuh karena masih fresh. Kalau saya ndak fresh, ya tidak nulis. Moodnya harus baik," kata Iskandar.

Pria kelahiran 6 Juni 1956 mengaku senang karena hasil karyanya dapat dinikmati banyak orang apalagi tamu penting dari PA X.

"Ya ini pengalaman indah dalam hidup saya. Karya saya bisa dinikmati banyak orang," ujar pria lulusan Seni Kriya tahun 1980 ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya