Liputan6.com, Jakarta - Fenomena kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok yang terjadi sepanjang tahun 2015 menunjukkan anomali. Sebab, kenaikan tak hanya menjelang hari besar agama, seperti menjelang Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal. Pasca hari hari besar tersebut, harga kebutuhan pokok justru semakin liar.
Hal ini terjadi pada komoditas daging sapi di sejumlah daerah, seperti Jabodetabek, Banten dan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Harga daging sapi masih bertengger di atas 100 ribu rupiah per kilogram, bahkan di sejumlah tempat sempat menyentuh harga ke level tertinggi Rp 130 ribu per kilogram.
Baca Juga
Menyikapi hal itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, pun mengeluarkan jurus untuk mencanangkan program pendirian lumbung pangan desa yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menurutnya, hal itu bisa menjadi pedagang pengumpul dari petani dan sebagai pemasok kebutuhan pokok langsung ke pasar.
Advertisement
"Pendirian lumbung desa melalui BUMDes ini tidak hanya sebagai buffer stock terhadap kebutuhan pangan, tetapi juga bisa menjadi stabilisasi harga. Karena, lumbung pangan ini menjaga kebutuhan akan pasokan dari pihak luar," ungkap Menteri Marwan, di Jakarta yang dikutip Selasa (9/2/2016).
Baca Juga
Selain itu, lanjut Marwan, BUMDes juga bisa melakukan aktivitas pengolahan hasil pertanian, terutama pangan, sehingga bisa dijual tidak dalam bentuk bahan mentah. Dengan demikian, para petani diharapkan mendapat nilai lebih dari pengolahan tersebut. Sehingga pada saat panen raya, kelebihan panen bisa diolah dalam bentuk barang jadi lainnya, sehingga pasokan tetap terkontrol.
"Adanya program produksi dan pasokan pasar untuk masing-masing komoditi yang berdasarakan kebutuhan pasar, kami sangat yakin ke depan kita bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok. Sehingga tidak ada lagi keluhan masyarakat karena harus mengalami kenaikan harga,” ujarnya.
Ia menjelaskan, untuk menjadikan petani peternak sebagai pemasok daging, memang perlu sebuah manajemen ditingkat petani produsen. Karena itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tengah menjajaki kerjasama dengan Bulog.
"Kita kan ada Bulog yang selama ini berperan sebagai penyangga komoditi, Bulog sudah pengalaman mengelola cadangan pangan dan stabilisasi harga beras. Jadi, kita akan menjalin kerjasama dengan Bulog untuk melatih para aparat desa dan masyarakat desa dalam manajemen dan pengelolaan BUMDes," terang Marwan.