Kapolri: Sulit Deteksi Aliran Dana dari Suriah untuk Terorisme

Polisi tidak bisa mendeteksi si pengirim uang adalah seorang terduga teroris atau tidak.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 16 Feb 2016, 12:26 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2016, 12:26 WIB
20151229-Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti-Jakarta
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti 2015 di Mabes Polri Jakarta, Selasa (29/12/2015) (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Polri mengaku sulit mencegah kiriman dana dari Suriah maupun negara lain untuk aksi teror di Indonesia. Salah satunya dana bagi aksi pengeboman dan penembakan di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang dikirim dari Suriah dan diduga didanai oleh teroris Bahrunnaim.

"Sulit untuk mendeteksi di sana. Kita sendiri misalnya kirim, misalnya si Amin kirim uang ke Suriah, kira-kira nama Amin siapa? Kan tidak ada identitas pelakunya," kata Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti di Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Menurut dia, upaya monitor dan pencegahan aliran dana sudah dilakukan. Namun, Polri tidak bisa menghalangi perusahaan jasa pengiriman uang untuk tidak melayani permintaan konsumen.

Belum lagi, sambung dia, polisi tidak bisa mendeteksi si pengirim uang adalah seorang terduga teroris atau tidak.

"Ya tidak bisa. Bagaimana Western Union dihalangi menyampaikan ini? Kita juga tidak tahu dana dari teroris atau bukan," ucap Badrodin.

Sebelumnya, aksi teror dan penembakan terjadi di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Ada 30 orang yang menjadi tersangka dalam kasus teror ini. Beberapa di antaranya yakni Afif alias Sunakim, Dian Juni Kurniadi, dan Ahmad Muhazin.

Setelah didalami, polisi menyimpulkan dalang dari aksi teror yang terjadi pada 14 Januari 2016 ini adalah Bahrunnaim yang kini berada di Suriah. Diduga Bahrunnaim mengirimkan sejumlah dana kepada 3 terduga teroris tersebut untuk melancarkan aksinya di Jakarta.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya