Jokowi Beberkan Kesalahan Para Kepala Daerah

Jokowi mengingatkan bahwa anggaran yang dimiliki daerah harus segera dibelanjakan guna memacu pertumbuhan ekonomi.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 11 Mei 2016, 13:23 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2016, 13:23 WIB
20151102-Tiga Agenda Yang Dibahas Pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana
Presiden Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta,(2/11/2015). Sidang membahas APBN 2016, Persiapan Pilkada Serentak, dan Paket Kebijakan Ekonomi VI. (Liputam6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi secara resmi menutup Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2016 di Istana Negara, Jakarta. Musrenbangnas ini sendiri digelar dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

Dalam pengarahannya kepada para menteri dan gubernur seluruh Indonesia, Jokowi mengawali dengan mengingatkan bahwa anggaran yang dimiliki daerah harus segera dibelanjakan guna memacu pertumbuhan ekonomi.

"Saya ingin mengingatkan terlebih dulu, akhir Desember 2015, anggaran daerah yang masih berada di bank daerah ada kurang lebih Rp 90 triliun. Tetapi, pada akhir bulan lalu (April), anggaran yang ada di bank daerah Rp 220 triliun. Ini perlu saya ingatkan, agar anggaran itu segera dibelanjakan, segera direalisasikan," ujar Jokowi, Rabu (11/5/2016).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku telah menginstruksikan Menteri Keuangan agar daerah yang masih menyimpan anggaran dalam jumlah besar, untuk diubah ke dalam bentuk surat utang. Hal tersebut dilakukan sebagai konsekuensi dari peringatan yang sebelumnya sudah disampaikan namun belum dijalankan.

Terkait dengan pembelanjaan tersebut, Jokowi menekankan belanja anggaran haruslah pada hal-hal yang produktif. Pembelanjaan anggaran bukan ditujukan untuk pembangunan gedung yang tidak produktif.

Pembelanjaan anggaran juga bukan ditujukan untuk perjalanan dinas, kunjungan kerja, mobil dinas, dan pembelian mebel. "Ini kesalahan yang harus kita hilangkan," tegas dia.

Kebiasaan Buruk

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan keinginannya menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini terjadi terkait perencanaan anggaran. Yaitu anggaran belanja yang digelontorkan tidak lagi berorientasi pada money follow function, melainkan menjadi money follow program.

"Sebuah provinsi misalnya memiliki anggaran Rp 10 triliun. Di provinsi itu katakanlah ada 30 dinas, akhirnya dibagi ke semuanya. Kalau cara seperti ini diteruskan, uangnya pasti akan hilang tidak berbekas," ujar Jokowi mencontohkan.

Jokowi menjelaskan, perencanaan anggaran seharusnya difokuskan pada program kerja masing-masing daerah, bukan dibagi secara merata. Hal itu mengingat setiap kota, kabupaten, maupun provinsi seharusnya memiliki fokus yang berbeda-beda, yang membutuhkan perencanaan anggaran tersendiri sesuai program prioritasnya.

Kota Super Fokus

Jokowi pun menginstruksikan kepada masing-masing daerah untuk tidak mengerjakan dan memasang target pembangunan terlalu banyak. Menurutnya, selama ini  daerah cenderung mengerjakan banyak hal sehingga tidak mampu untuk berfokus pada satu program atau tujuan.

"Terakhir saya melihat satu kota yang super fokus, seperti Sunnylands di Amerika. Satu kota itu ada 37 padang golf. Itu super fokus. Setiap hari yang namanya jet pribadi ada ratusan yang datang. Hanya ngurusi golf," tutur Jokowi.

Jokowi meyakini bahwa kota yang mampu menunjukkan keunikan dirinya akan mampu bekerja lebih efisien dan meraih kesuksesan. Permasalahan yang ada mampu ditangani dengan lebih baik karena fokus hanya pada satu tujuan.

"Ke depannya, kota yang super fokus itu akan memenangkan kompetisi karena lebih efisien. Percayalah!" pungkas Jokowi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya