Kopi Pagi: Daging Murah Akankah Sekadar Janji?

Setiap jelang Ramadan, tak hanya daging sapi, tapi hampir seluruh kebutuhan pokok harganya melonjak.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Jun 2016, 08:17 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2016, 08:17 WIB
Kopi Pagi: Daging Murah Akankah Sekedar Janji?
Setiap jelang Ramadhan, tak hanya daging sapi, tapi hampir seluruh kebutuhan pokok masyarakat harganya melonjak.

Liputan6.com, Jakarta - Senin 7 Juni mendatang umat muslim akan memasuki Ramadan. Beragam suka cita pun menyambut bulan yang suci ini. Tapi, ada satu hal yang kerap mengganjal jelang bulan puasa. Tak lain adalah selalu meroketnya harga kebutuhan pokok, terutama daging sapi. 

Langkah pemerintah mematok harga daging sapi hingga Rp 80 ribu per kilogram, ternyata belum juga terealisasi dan justru menimbulkan masalah baru.

Janji telah terucap. Pemimpin tertinggi negeri ini memerintahkan jajarannya untuk menekan harga daging sapi. 

Tapi inilah yang kenyataannya terjadi. Rakyat mulai resah. Harga daging sapi tak kunjung turun. Bulan puasa belum dimulai, harga saat ini mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

Melonjaknya harga daging sapi disinyalir karena pasokan daging yang jauh di bawah kebutuhan. Setiap jelang Ramadan, permintaan daging di pasaran selalu meningkat.

Kebutuhan daging sapi di tingkat nasional tercatat 653 ribu ton, sedangkan produksi ternak lokal hanya 406 ribu ton. Masih kurang 247 ribu ton atau setara 1,3 juta ekor sapi. Jumlah yang tidak sedikit.

Ironisnya, setiap jelang Ramadan tak hanya daging sapi, tapi hampir seluruh kebutuhan pokok masyarakat harganya melonjak. Mulai bawang hingga beras.

Di Jakarta, rata-rata beras kualitas pertama berada di harga Rp 14 ribu per kilogram, harga gula pasir menjadi Rp 16 ribu per kilogram, naik dari Rp 12 ribu. Sementara harga bawang merah di kisaran Rp 20 ribu per kilogram.

Pemerintah selalu berdalih. Beragam alasan selalu menyertai kenaikan harga komoditas dan daging sapi yang selalu berulang setiap tahun, setiap menjelang puasa. Tapi tetap saja, tak ada solusi.

Bagai memakan buah simalakama. Tidak mudah memang menetapkan harga daging sapi mencapai Rp 80 ribu. Jika pun tercapai, masih ada masalah yang membayangi.

Saat ini pemerintah memperbanyak impor daging sapi asal Selandia Baru dan India.

Peternak Lokal Merugi

Di satu sisi, masyarakat bisa tersenyum lebar. Tapi di sisi lain ada yang menjerit. Peternak sapi lokal tak mampu bersaing. Pedagang pun kehilangan pembeli.

Pemerintah dinilai tak memikirkan dampak impor daging sapi kepada peternak. Jika harga daging sapi Rp 80 ribu per kilogram, peternak akan mengalami kerugian 4 hingga 5 juta rupiah setiap ekornya.

Alih-alih sekadar impor daging, yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah solusi jangka panjang, yaitu pengadaan sapi bakalan dengan harga murah.

Dengan tenggat yang minim, janji manis Presiden Jokowi seakan sulit terealisasi.

Tapi apapun caranya, yang jelas masyarakat sangat berharap harga daging sapi di kisaran Rp 80 ribu selama puasa dan Lebaran benar-benar terwujud. Namun tentu saja, nasib peternak lokal jangan juga dikorbankan.

Saksikan selengkapnya dalam rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (05/6/2016), berikut ini.



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya