Pasca-Santoso Tewas, TNI Akan Gelar Operasi Teritorial di Poso

Menurut Panglima TNI, operasi teritorial di Poso tersebut demi meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

oleh Dio Pratama diperbarui 21 Jul 2016, 02:39 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 02:39 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan keterangan terkait lanjutan Operasi Tinombala dan teritorial di Poso, Sulteng. (Liputan6.com/Dio Pratama)

Liputan6.com, Palu - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, selain terus melanjutkan Operasi Tinombala secara gabungan, TNI juga akan menggelar operasi teritorial di Poso. Hal tersebut demi meningkatkan taraf hidup masyarakat di Poso.

Menurut Panglima TNI, operasi teritorial di Poso itu bakal melibatkan seluruh instansi yang ada. Mulai dari pemerintah provinsi hingga pemerintah kabupaten.

"Semoga kita bisa bersama-sama membangun daerah Poso ke arah yang lebih baik. Dan pastinya dalam operasi itu yang dominan pergerakannya adalah gubernur dan bupati setempat," ucap Gatot di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu 20 Juli 2016.

Secara umum, imbuh Gatot, hasil yang diperoleh dalam Operasi Tinombala dengan berhasil menewaskan gembong teroris paling dicari di negara ini adalah sukses bersama antara seluruh pihak keamanan di Indonesia. Baik TNI, Polri, intelijen, dan pihak keamanan lainnya.

Aparat keamanan berjaga-jaga di RS Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah. (Liputan6.com/Dio Pratama)

"Saya sangat mengapresiasi atas keberhasilan bersama ini," Gatot menjelaskan.

Panglima TNI bersama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian berkunjung ke Palu untuk melihat secara langsung jenazah Santoso dan Muhtar. Selain itu, kedatangan kedua pejabat tinggi negara tersebut juga untuk memotivasi seluruh personel yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala 2016.

Berdasarkan data dan ciri yang dimiliki, Polri membenarkan kedua jenazah adalah Santoso dan Muhtar. Pun demikian, Polri masih menunggu hasil DNA.

Operasi Penumpasan Berlanjut

Panglima TNI mengatakan pula, operasi perburuan dan penangkapan terhadap pengikut kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang masih tersisa di Poso, Sulawesi Tengah, masih terus dilakukan. Bahkan operasi dengan Sandi Tinombala 2016 tersebut akan semakin diintensifkan.

"Operasi terus berlangsung. TNI bersama Polri akan terus bekerja sama," ujar Gatot usai melihat jenazah Santoso dan Muhtar bersama Kapolri di ruangan Instalasi Forensik RS Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, Rabu 20 Juli 2016.

Penyerahan jenazah Santoso menunggu hasil pemeriksaan DNA (Dio Pratama/Liputan6.com)

Meski tak ada penambahan personel, menurut Gatot, TNI dan Polri akan memanfaatkan momentum tewasnya Santoso dengan melanjutkan operasi dari kekuatan personel yang sudah ada di Poso.

"Apalagi kekuatan MIT yang tersisa di Poso semakin melemah. Jadi ini benar-benar harus dimanfaatkan agar seluruh pengikut MIT yang tersisa bisa tertangkap dengan segera," kata Gatot.

Karena itu, imbuh Gatot, TNI dan Polri mengimbau kepada seluruh pengikut Santoso yang masih ada di Poso agar turun gunung untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi agar bisa bersama-sama lagi kembali ke masyarakat.

"Proses hukum akan diberikan sesuai dengan hukum yang ada. Kalau turun gunung sudah pasti bisa bertemu dengan keluarga masing-masing. Karena saat ditahan nanti otomatis bisa untuk bertemu dengan keluarga," Gatot menandaskan.

Sidik Jari Santoso

Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memastikan jenazah kedua teroris Poso atau kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang tewas dalam baku tembak pada Senin 18 Juli lalu, 100 persen Santoso alias Abu Wardah dan pengikutnya, Muhtar alias Kahar.

Menurut Tito, dari tanda primer sidik jari yang dimiliki jenazah Santoso sama dengan sidik jari saat Santoso ditahan di Polda Sulteng usai ditangkap karena terlibat kasus perampokan mobil boks di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong pada 2004 silam.

"Dulu Santoso ditahan di Polda Sulteng karena perampokan, sidik jarinya masih ada dan dicocokkan dengan sidik jari jenazah ternyata sama. Itu membuktikan adalah jenazah Santoso," Tito menegaskan usai melihat jenazah Santoso dan Muhtar di Ruang Instalasi Forensik RS Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, Rabu 20 Juli 2016.

Sedangkan tanda sekunder di paha jenazah Santoso masih terlihat tanda bekas luka tembakan. Di mana sewaktu hidup Santoso pernah ditembak di bagian paha saat disergap oleh aparat di Kecamatan Malino, Kabupaten Tojo Unauna, namun saat itu Santoso bisa melarikan diri.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian jenazah yang tertembak adalah Santoso.

"Tanda bekas luka itu juga terlihat di paha Santoso. Selain itu pembenaran kalau itu adalah jenazah Santoso berdasarkan pengakuan istri Santoso yang sudah melihat langsung jenazah Santoso," Tito menjelaskan.

Sementara, jenazah Muhtar dipastikan dari tanda primer. Yaitu, jenazah memilki salah satu gigi yang patah dan sama persis dengan data yang dimiliki Polri. "Selain itu jenazah itu adalah Muhtar juga dibenarkan oleh pihak keluarganya," Tito menandaskan.

Meskipun sudah dipastikan kedua jenazah adalah Santoso dan Muhtar, Polri masih akan menunggu hasil pencocokan DNA keluarga dan kedua jenazah pada Jumat 22 Juli mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya