Cerita Romi PPP 'Berguru' pada Adi Sasono

Romi menuturkan pertemuan terakhirnya dengan almarhum saat buka bersama Ramadan lalu, bertiga dengan seorang teman.

oleh Andrie Harianto diperbarui 14 Agu 2016, 04:59 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2016, 04:59 WIB
PPP Kubu Romy Datangi Kantor KPU
Romahurmuziy menjawab pertanyaan wartawan saat mengunjungi kantor KPU. Romi menjelaskan perihal kedatangannya untuk membahas legalistas kepengurusan partai, Jakarta, Selasa (27/1/2015). (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya mantan Menteri Koperasi dan UKM Adi Sasono. Dia terkejut mendengar kabar duka ini.

"Untuk beberapa saat saya tersentak mendapat kabar wafatnya mas Adi Sasono dari menantunya, Tomi Wardhana, yang kebetulan ketua departemen koperasi di partai yang saya pimpin," kata pria yang akrab disapa Romi itu dalam keterangan tertulisnya, Sabtu malam 13 Agustus 2016.

Romi menuturkan pertemuan terakhirnya dengan almarhum saat buka bersama Ramadan lalu, bertiga dengan seorang teman. "Pertemuan yang rutin saya minta untuk menimba ilmu atas pengalaman peran dan keluasan jaringan almarhum."

"Mas Adi, begitu saya biasa menyebut meski usia kami berbeda jauh, adalah seorang idealis dan praktisi. Matang dalam teori dan paripurna dalam praktik," sambung dia.

Romi pun berkisah semasa almarhum mendatangi kampus ITB, saat dirinya masih menimba ilmu. Saat itu almarhum memberikan pencerahan dan membakar semangatnya.

"Masih ingat di benak saya 22 tahun silam mas Adi ke pojok kompleks masjid Salman ITB, almamater saya. Membakar semangat kami-kami: apa saudara mau suatu saat nanti pemimpin-pemimpin Indonesia didikte oleh satu dua konglomerat yang ingin memaksakan sebuah kebijakan, meski itu bertentangan dengan hajat hidup rakyat banyak," kenang lulusan ITB angkatan 1993 itu.

Di mata Romi, almarhum adalah sosok yang sangat santun dalam berucap, bersih dalam mengemban amanah, namun tegas dalam berprinsip. Bahkan, dia mensejajarkan dengan Bung Hatta dalam beberapa hal.

"Beliau adalah Hatta dalam praktik, pejuang ekonomi kerakyatan sejati. Bagaimana beliau membela petani-petani kita yang dihadapkan pada kemungkinan pidana, karena Kredit Usaha Tani (KUT) sepanjang krisis ekonomi 1998-1999," kata dia.

"Dikatakannya: bangsa ini diam ketika hanya puluhan konglomerat membebani APBN hingga Rp 650 triliun sampai satu generasi 30 tahun sesudah krisis. Tapi bangsa ini ribut ketika KUT yang hanya Rp 9 triliun dibagikan untuk 45 juta petani selama dua tahun krisis," sambung Romi.

Menurut Romi, Adi Sasono yang dia kenal, sosok yang tak mudah lelah membagi ilmu dan meladeni pertanyaan orang-orang yang jauh lebih muda. Idealismenya terus menyala dengan nada berapi-api ketika disinggung soal buruh dan petani.

"Mas Adi seorang aktivis LSM, pemikir dan praktisi kerakyatan, dan pembela hak mayoritas yang terpinggirkan. Masih terngiang nasihat terakhirnya Ramadan lalu: 'dik Rommy di partai harus tetap teguh membela kaum miskin; mereka tertindas, mereka pribumi, mereka muslim, dan mereka penghimpun suara partaimu'," ungkap dia.

"Terima kasih atas nasihatnya, mas Adi. Selamat jalan Bapak Ekonomi Kerakyatan. Yakin, sorga adalah ganjaranmu," imbuh Romi.

Menteri Koperasi dan UKM era Presiden BJ Habibie, Adi Sasono meninggal dunia Sabtu sore pada usia 73 tahun, diduga akibat penyakit kanker usus dan lever sejak lama. Berita duka ini datang dari sejumlah tokoh melalui media sosial.

Adi Sasono meninggalkan seorang istri bernama Mala Maria Adi Sasono dan lima anak yakni Arya Wibisono, Aji Erlangga, Dewi Saraswati, Aditya Krisnamurty, dan Gita Aryanti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya