Liputan6.com, Jakarta FSL, 1 dari 177 orang yang sempat ditahan selama 17 hari karena menjadi korban penipuan travel haji melalui jalur Filipina akhirnya bisa bernafas lega. Meski mengaku kecewa berat karena gagal ke tanah suci, namun dia bersyukur dapat kembali ke tanah air bersama ratusan WNI lainnya pada Minggu, 4 September 2016.
"Sampai rumah pukul 18.30 WIB. Alhamdulillah bertemu anak-anak lagi," tutur perempuan berusia 35 tahun itu kepada Liputan6.com, di kediamannya, di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (5/9/2016).
FSL mengatakan, selama menjalani proses pemeriksaan di Filipina, dia dan WNI lainnya terpaksa hidup dibalik jeruji besi. Bersama ratusan calon haji lainnya, dia hanya makan satu kali sehari. Itu pun satu piring nasi diperuntukkan untuk 10 orang.
Advertisement
"Bapak-bapak semua 10 hari di penjara. Kalau ibu-ibu dikumpukan di aula kecil di sekitaran penjara, 10 hari juga. Kini ya letih ya. Apalagi mengingat pernah dipenjara. Punya niat baik tiba-tiba malah merasakan itu begitu. Ujian ya," ujar dia.
Sementara, kini ibu dari tiga orang anak itu masih menanti kepulangan sang suami. Sebab, suaminya, AD (37) merupakan bagian dari sembilan orang yang kini bertahan di Filipina untuk menjadi saksi bantuan dalam pengungkapan kasus penipuan travel haji di sana.
"Sembilan orang ini diminta kesaksian bantuan untuk mengungkap sindikat di Filipina. Di antara sembilan orang ini ada Pak Anton yang melaporkan ke KBRI saat kita ditahan.Dan suami saya termasuk juga (jadi saksi). Karena cuma dia yang berani berbahasa Inggris saat penangkapan," jelas dia.
Ia berharap sang suami dapat segera kembali ke tanah air dan kembali berkumpul bersama keluarganya.
"Belum tau kapan dipulangkan. Maunya seminggu ini pulang," FSL menandaskan.