Liputan6.com, Jakarta - Ahli patologi forensik, Djaja Surya Atmadja, dalam persidangan ke-19 kasus kopi sianida memaparkan analisisnya mengenai tujuh temuan barang bukti yang dia simpulkan negatif sianida. Sementara di kursi terdakwa, Jessica Wongso tampak tertawa saat mendengarkan keterangan saksi.
Tujuh barang bukti tersebut adalah gelas minuman es kopi Vietnam Mirna sebanyak 150 ml, gelas minuman es kopi Vietnam Mirna kedua sebanyak 200 ml, botol minuman es kopi Vietnam pembanding dari Kafe Olivier sebanyak 300 ml, 1 pipet, 0,1 mg/liter sampel lambung Mirna, 1 toples berisi sampel lambung, 1 toples sampel empedu dan hati, serta 2 buah spuit berisi urine.
Dari ketujuh barang bukti tersebut, pada barang bukti 1 ditemukan kandungan sianida sebanyak 7400 mg/liter dan pada barang bukti 2 sebanyak 7900 mg/liter. Sedangkan pada barang bukti 5 hanya ditemukan 0,2 mg/liter sianida dari lambung Mirna Salihin.
Advertisement
Menurut Jaya, dari jumlah tersebut mustahil dapat menyebabkan kematian. Karena kadar mematikan sianida hanya berkisar pada angka 150-250 mg. Dengan temuan pada gelas minuman Mirna yang jika dikombinasi mencapai angka 150 mg/liter, orang yang berada di sekitar gelas akan pingsan karena aromanya yang menyengat.
"Kadar sianida yang mematikan itu 150-250 mg. Anggap saja jumlah asam lambung isinya 100 cc paling banyak 1 liter. Berarti kandungannya 150 mg/liter. Kalau kadar segitu pasti teler. Paling sedikit kolaps," Jaya menerangkan.
Mempertegas pernyataan Jaya, kuasa hukum Jessica Wongso, Otto Hasibuan, kemudian menanyakan apakah jika memang Jessica yang menaruh sianida pada saat itu juga akan pingsan dengan kadar sianida dalam gelas sebesar itu?
"Iya jelas. Kecuali kalau Jessica enggak napas. Saya enggak tahu kan ada orang yang bisa tahan napas lama-lama mungkin," Jaya menjawab.
Seketika, suasana persidangan dipenuhi dengan tepuk tangan dan tawa. Begitu pula dengan Jessica yang tertawa lepas saat ahli menjawab pertanyaan pengacaranya.
Jaya melanjutkan, jangankan kadar 7000 mg/liter, 15 mg sianida saja sudah mampu memberikan efek pusing hinga pingsan pada seseorang.
"Kalau memang ada sianidanya pasti tercium. Lima mg (sianida) masih bisa ditolerir, 10 mg sudah ada muncul gejala-gejala, 15 mg udah pingsan itu. Radius 500 meter orang di sekitarnya udah pingsan semua," ujar Jaya.
Jaya Suryaatmaja merupakan ahli patologi yang mengajarkan mata kuliah toksikologi, terutama sianida, sejak tahun 1990 di Universitas Indonesia. Ia juga adalah satu dari 84 persen orang di Indonesia yang dapat mencium bau sianida dalam kadar 1 mg dan juga merupakan dokter spesialis DNA pertama di Indonesia. (Winda Prisilia)