Ketika Buwas Akui Kehebatan Freddy Budiman

Buwas meminta Kementerian Keuangan agar anggaran pemberantasan narkoba tidak turut dihemat.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 11 Sep 2016, 05:35 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2016, 05:35 WIB
Buwas
Buwas meminta Kementerian Keuangan agar anggaran pemberantasan narkoba tidak turut dihemat. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso menilai testimoni Freddy Budiman sebagai bentuk pelemahan terhadap BNN dalam memberantas narkoba.

Pria yang akrab disapa Buwas ini pun heran Freddy dianggap sebagai pahlawan, bahkan ada yang menganggapnya sebagai korban. Padahal, sangat jelas akibat ulahnya banyak generasi di Tanah Air meregang nyawa.

"Katanya dia begitu karena ada oknumnya, bahkan katanya menyuap ke BNN Rp 457 miliar. Polri ada yang membekengi. Padahal, fakta-faktanya tidak ada. Tapi opini sudah terbentuk," kata Buwas di Wisma Kinasih, Tapos Kota Depok, Sabtu 10 September 2016.

Buwas mengakui Freddy Budiman sangat hebat. Bayangkan, sejak menjadi Kabareskrim dirinya sudah dua kali menangkap gembong narkoba asal Surabaya itu.

Sekarang, lanjut Buwas, walaupun telah telah dieksekusi mati, Freddy Budiman ingin tetap eksis dengan meninggalkan testimoni yang kini masih misterius.

"Paling tidak dia bikin gara-garalah di negara ini. Ini suatu wujud luar biasanya masalah narkotika," ujar mantan Kabareskrim itu.

"Ini adalah cara dia untuk memperlemah kami dalam menangani narkoba. Dan ini merupakan cara jaringan narkoba memperkuat operasinya," imbuh Buwas.

Buwas mengungkapkan, dari hasil penelusuran BNN dalam satu tahun, satu jaringan yang berkaitan dengan Freddy Budiman bisa menghasilkan Rp 3,6 triliun dari transaksi narkoba dan Rp 2,8 triliun dalam satu tahun yang sudah dibekukan PPATK.

"Bayangan kalau satu jaringan dalam satu tahun menghasilkan Rp 1 triliun saja. Berarti belanja negara masyarakat Indonesia untuk narkotika Rp 1,72 triliun. Itu belanja yang tidak ada manfaatnya, merusak generasi, bahkan membunuh. Inilah yang harus diwaspadai bersama," papar dia.

Tambah Kekuatan

Buwas meminta Kementerian Keuangan agar anggaran pemberantasan narkoba tidak turut dihemat. Apalagi, sarana dan prasarana yang dimiliki lembaganya saat ini kurang memadai.

Buwas mengatakan, sampai hari ini BNN tidak memiliki kantor. Di daerah pun, kantor BNN masih menumpang di kantor-kantor lain. Belum lagi keterbatasan jumlah personel di seluruh daerah yang hanya 4.673 orang.

"Hitungan saya personel BNN paling ideal ialah 75 ribu personel. Jumlah itu mutlak untuk mengisi di seluruh wilayah Indonesia," kata dia.

Untuk itu, Buwas berharap agar Kementerian Keuangan tidak memukul rata institusinya dengan kementerian lain. Sebab, tanggung jawab BNN sangatlah besar, yakni menyelamatkan jiwa, raga, dan generasi bangsa.

"Kalau dipukul rata, kami akan mengalami ancaman yang luar biasa. Bandar bakal memanfaatkan kesempatan ini," ujar dia.

Buwas mengungkapkan, berdasarkan hasil evaluasi pada 2015, BNN menyita narkoba jenis sabu sebanyak enam ton. Jumlah tersebut bisa dikonsumsi 37 juta jiwa pengguna narkoba.

"Faktanya, 40 sampai 50 orang meninggal dunia (per hari) karena narkoba. Ini Betul-betul ancaman. Soal pembangunan bisa ditunda. Tapi masalah narkoba tidak bisa," tandas Buwas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya