Liputan6.com, Jakarta Manisnya gula membuat Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)Â Irman Gusman tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kediamannya pada Sabtu 17 September 2016 dinihari.
Penangkapan oleh penyidik lembaga antirasuah itu terkait dugaan suap Rp 100 juta dari seorang pengusaha kepada Irman, dalam perkara kuota impor gula.
"KPK menetapkan IG sebagai tersangka," kata Ketua KPK Agus Rahardjo di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (17/9/2016).
Advertisement
KPK menyita barang bukti berupa uang Rp 100 juta, yang diduga sebagai uang suap yang diberikan tiga orang kepada Irman.
Uang itu diambil KPK dari tangan Irman tak lama setelah tiga orang yang diduga sebagai penyuap, meninggalkan kediaman Irman. Tiga penyuap yakni Direktur Utama PT CVSB yakni XSS, MMI istri dari XSS, dan WS yang merupakan adik dari XSS.
Ketua DPD Tiga Periode
Lahir di Padang Panjang 11 Februari 1962, Irman memulai kariernya di dunia bisnis sebagai pengusaha pada 1988. Saat itu ia mengelola bisnis milik keluarga PT Khage Lestari Timber. Dia ditugasi mengembalikan keadaan perusahaan yang terlilit utang.
Berkat kemampuannya, Irman berhasil mengembalikan posisi keuangan perusahaan kayu itu. Perusahaan itu bisa mengekspor produk-produknya ke luar negeri.
Di samping mengelola perusahaan kayu, Irman juga mendirikan Padang Industrial Park, sebuah kawasan industri yang didirikan di atas lahan seluas 200 hektare. Di sini ia sempat menjadi komisaris utama perusahaan.
Pada 1999, karier Irman merambah ke dunia politik dengan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), mewakili Sumatera Barat.
Pada Pemilu 2004, Irman terpilih sebagai anggota DPD RI mewakili Sumatera Barat dan menjadi Wakil Ketua DPD RI bersama Ginandjar Kartasasmita sebagai Ketua DPD RI periode pertama.
Pada periode kedua DPD, Irman terpilih sebagai ketua, menyisihkan saingannya anggota DPD asal Sulawesi Tenggara, Laode Ida, pada pemungutan suara dalam rapat paripurna DPD di Gedung Nusantara V Jakarta, Jumat dini hari 2 Oktober 2009.
Sementara, pada pemilihan periode ketiga, Irman kembali terpilih sebagai ketua. Pemilihan yang digelar Kamis 2 Oktober 2014 berlangsung alot. Namun, Irman akhirnya menang melawan saingan ketatnya senator asal Nusa Tenggara Barat, Farouk Muhammad.
Dengan demikian, Irman tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya pimpinan parlemen yang terpilih hingga tiga periode berturut-turut.
Pejuang Daerah
Irman yang merupakan tokoh pasca-reformasi secara konsisten memperjuangkan perlunya rekognisi dan akomodasi kepentingan daerah, dalam berbagai proses kenegaraan dan pemerintahan.
Hal itu dilandasi pemikiran mengenai karakter asli Bangsa Indonesia yang multikultural. Bagi Irman, sistem politik dan pemerintahan harus mencerminkan karakter Bangsa Indonesia.
Dalam perjalanan karier politiknya, Irman mencurahkan perhatiannya untuk membangun DPD RI dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan daerah-daerah.
Irman pun dikenal sebagai pejuang daerah yang konsisten pada pemikiran dan cita-citanya, yaitu membangun negeri dari daerah. Dia juga dikenal sebagai penggagas sistem politik dua kamar (bikameral) pada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pada saat reformasi bergulir, Irman berperan sebagai salah satu penggagas amendemen UUD 1945 yang saat itu menjadi anggota MPR RI utusan Sumatera Barat pada 1999.
Berkat perjuangannya itu, terjadi perubahan mendasar sistem ketatanegaraan Bangsa Indonesia. Di mana presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, pembatasan masa jabatan presiden hanya dua periode, lahirnya Mahkamah Konstitusi (MK), serta lahirnya DPD RI.
Di luar aktifitas sebagai pejabat negara, Irman juga aktif di berbagai organisasi. Di antaranya pernah menjabat sebagai Bendahara Umum dan Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI, Penasihat Majelis Ekonomi Pimpinan Wilayah Muhamaddiyah Provinsi Sumatera Barat, dan Dewan Penyantun Universitas Andalas Padang.
Penerima penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana itu juga pernah menjabat sebagai komisaris utama di sejumlah perusahaan. Sebelum terjun ke dunia bisnis, Irman menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Putra pengusaha emas sekaligus mantan rektor universitas di Sumatera Barat itu, kemudian menamatkan gelar Master of Business Administration (MBA) dari University of Bridgeport Amerika Serikat.