Permukiman Korban Banjir Garut Bakal Jadi Ruang Publik

Berdasarkan Pos Komando, data korban meninggal 34 jiwa dan hilang 19 jiwa. Sedangkan, pengungsi berjumlah 1.326 jiwa.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Sep 2016, 12:49 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2016, 12:49 WIB
20160922- Banjir Bandang Kampung Cimacan Garut-Jawa Barat
Warga mengumpulkan barang yang berhasil diselamatkan dari terjangan banjir bandang di Kampung Cimacan, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Kamis (22/9). Data sementara Basarnas Jabar, 57 rumah hanyut dan 633 rumah terendam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pascabencana banjir bandang dan longsor di Garut, Jawa Barat, pada Senin 20 September 2016, pemerintah daerah setempat terus mengkaji kelayakan lokasi bencana sebagai permukiman warga terdampak.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pemerintah merekomendasikan permukiman warga yang terdampak banjir, menjadi tempat ruang publik.

"Kepala BNPB Willem Rampangilei merekomendasikan, lokasi tersebut dapat digunakan sebagai ruang publik, berupa taman terbuka, usai berdiskusi dengan Bupati Garut kemarin malam (26 September 2016)," ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/9/2016).

Sutopo menjelaskan, alasan keluarnya rekomendasi karena permukiman yang diterjang banjir tersebut sangat berpotensi dilanda banjir.

"Saat kolonial Belanda pada 1921, daerah Garut juga pernah terendam banjir besar. Daerah bantaran sungai atau sempadan (batas) sungai adalah daerah kekuasaan sungai, yang suatu saat pasti banjir," kata dia.

"Untuk itu, peruntukannya nonpermukiman agar saat banjir tidak menimbulkan korban jiwa," sambung Sutopo.

Namun, menurut Sutopo, permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah setempat sekarang ini, mencari lokasi yang tersedia dan aman untuk relokasi warga.

Korban banjir bandang yang kehilangan tempat tinggal, kata Sutopo, telah ditampung sementara di rumah susun yang disediakan Pemerintah Kabupaten Garut. Rusun tersebut berkapasitas 98 KK.

"Pak Willem menyampaikan juga sebaiknya pemanfaatan kantor-kantor pemerintah yang tidak dipergunakan, sebagai tempat pengungsian sementara. Tidak menggunakan tenda sebagai tempat pengungsian dalam jangka panjang," ujar Sutopo.

Pendataan Korban

Sutopo mengatakan, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir Garut masih mendata jumlah pengungsi berdasarkan nama dan alamat, serta memvalidasi kerusakan infrastruktur.

"Sementara itu, berdasarkan Pos Komando, data korban meninggal berjumlah 34 jiwa dan hilang 19 jiwa. Pengungsi berjumlah 1.326 jiwa. Jumlah pengungsi fluktuatif karena pengungsi ada yang pulang ke rumah, namun juga kembali ke pengungsian. Pendataan masih dilakukan petugas," ungkap dia.

Sutopo menambahkan, rumah warga yang terdampak banjir Garut berjumlah 2.511 unit, dengan rincian 858 rumah rusak berat, 207 rusak sedang, dan 1.446 rusak ringan. "Pendataan dan verifikasi masih dilakukan," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya