Puisi Taufik Ismail tentang Pahlawan Bius Penonton

Puisi berjudul 'Teringat Hamba pada Syuhada di Hari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H', dibuat Taufik Ismail 30 tahun lalu saat ia haji.

oleh Arnaz Sofian diperbarui 18 Nov 2016, 07:21 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2016, 07:21 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Budayawan Taufik Ismail menghadiri peringatan Hari Pahlawan 2016 di Gedung Konvensi Utama Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis 17 November 2016. 

Dalam acara ini, pria kelahiran Bukittinggi 25 Juni 1935 ini membacakan puisinya yang berjudul "Teringat Hamba pada Syuhada di Hari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H". Tak ayal, suasana hening pun menyelimuti ratusan peserta yang hadir.

Puisi ini ia tulis 30 tahun lalu usai menunaikan ibadah haji. Dalam pergumulannya di Tanah Suci, ia tersadar atas besarnya jasa para pahlawan dalam kemerdekaan Tanah Air.

Puisi karangan Taufik Ismail ini sekaligus bentuk kekagumannya terhadap sosok Teuku Cik Pante Kulu, ulama Aceh yang hidup di masa penjajahan Portugis dan Belanda.

Lewat karangannya yang berjudul Hikayat Perang Sabil, Teuku Cik Pante Kulu berhasil membakar semangat juang rakyat Aceh. Itulah sebabnya, puisi tersebut selalu dibawakan sebelum para pejuang berangkat ke medan pertempuran.

Jadi, tak aneh bila Teuku Cik Pante Kulu jadi sosok pahlawan yang spesial di hati Taufik Ismail.

Lalu seperti apa puisi karya Taufik Ismail tersebut? Berikut petikannya:

Teringat Hamba pada Syuhada di Hari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H

Lihat,
seorang penyair abad sembilan belas, Teuku Cik Pante Kulu
Dalam umur matang 45 tahun sedang menuliskan puisi panjangnya Hikayat Perang Sabil

Terdengarkah olehmu?
Gurasan kalamnya berdesir di atas sebuah kapal layar
Menampakkan namanya digoyang anging Samudera Hindia
Seberkas puisi besar dalam empat bagian yang tidak ada tandingannya sedang dituliskan dalam membangkitkan nyali mempertahankan kemerdekaan

Tampakkah olehmu?
Puisi itu diserahkannya kepada Teuku Cik Ditiro di sebuah desa dekat Sigli
Dan puisi itu berubah menjadi sejuta rencong melawan penjajahan Belanda

Terdengarkah olehmu?
Merdunya Al Furqan dinyanyikan
Kemudian puisi Hikayat Perang Sabil dibacakan
Yang mendidihkan darah, memanggang udara

Menjelang setiap pasukan terlibat pertempuran
Mengibarkan panji fii sabilillah
Puisi itu dibacakan setiap mereka akan pergi bertempur

Allah,
Berilah barokah kelada penyair besar ini
Beri dia Firdaus sebesar langit dan bumi di alam yang dimensi waktunya tak dapat dikira
Dia telah menulis puisi yang berfaedah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya