Liputan6.com, Jakarta - Jemaah Salat Subuh pada sabtu, hari ini tak seperti biasanya. Ratusan ribu orang telah memadati seluruh shaf (barisan) di masjid terbesar di Asia tenggara itu. Massa yang datang mempunyai satu tujuan yaitu mengikuti seruan aksi 11 Februari atau biasa disebut aksi 112.
Tak hanya warga Jakarta, massa yang datang juga banyak dari berbagai daerah lain. Sebagian mereka berdatangan dari sejumlah kota di Pulau Jawa dan Sumatera.
Massa aksi 112 memang sengaja tiba lebih cepat. Kebanyakan mereka datang mengisi waktu untuk berdoa, membaca Alquran, dan salat malam hingga salat subuh. Para peserta baik tua dan muda menyatakan siap melakukan zikir dan doa.
Advertisement
Tak hanya, dihadiri warga biasa, aksi tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh. Tampak paslon nomor urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno hadir dengan mengenakan baju koko berwarna putih.
Tak ketinggalan, cagub DKI nomor urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono juga hadir di acara zikir dan doa bersama ini. Ketiganya bahkan duduk berdampingan di barisan depan.
Tampak juga beberapa tokoh yang duduk berjejeran dengan tiga kandidat tersebut. Di antaranya mantan Menteri Perekonomian Hatta Radjasa dan mantan Menteri Pendidikan M. Nuh.
Terlihat pula mentalis, Master Limbad, mengikuti aksi 112 ini. Limbad mengenakan baju hitam, tampak kontras di antara massa yang mayoritas mengenakan baju putih.
Mereka langsung melakukan salat sunah begitu tiba di masjid. Para tokoh ini sudah datang sejak pagi buta dan mengikuti salat Subuh berjemaah bersama ribuan peserta aksi 112.
Tausyiah Sejuk Arifin Ilham
Usai melaksanakan subuh berjamaah, acara diiisi dengan zikir yang dipimpin Ustad kondang Arifin Ilham. Pada kesempatan tersebut, Arifin memimpin jemaah berzikir dan berdoa usai menyampaikan nasihat keagamaannya.
Dia mengatakan zikir yang dilantunkan akan didengar Allah. "Malaikat senang Subuh ini dan sungguh akan berdoa kepada Allah agar mengampuni dosa kalian. Allah akan mengganti keadaan kalian menjadi lebih baik," kata dia.
Setelah Arifin menyampaikan pesan keagamaan, aksi 112 di Istiqlal dilanjutkan dengan tausiah dari Wakil Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia Zaitun Rasmin, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Arifin memimpin jemaah berzikir dan berdoa usai menyampaikan nasihat keagamaannya. Dia mengatakan zikir yang dilantunkan akan didengar Yang Kuasa.
"Malaikat senang Subuh ini dan sungguh akan berdoa kepada Allah agar mengampuni dosa kalian. Allah akan mengganti keadaan kalian menjadi lebih baik," kata dia.
Setelah Arifin menyampaikan pesan keagamaan, aksi 112 di Istiqlal dilanjutkan dengan tausiah dari Wakil Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia Zaitun Rasmin, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan lainnya.
Magnet Rizieq Shihab
Pimpinan FPI Rizieq Shihab menjadi salah satu tokoh yang ditunggu oleh sebagian massa dalam aksi 112. Kendati acsra berlangsung sejak Subuh, namun Rizieq baru tiba pada pukul 08.40 WIB. Rizieq masuk melalui pintu VIP dekat Stasiun Juanda. Kedatangan Rizieq langsung disambut ratusan massa.
Meski disambut hujan yang cukup deras, massa aksi 112 tetap antusias dan saling berdesak-desakan untuk melihat kehadiran Rizieq. ‎Massa langsung meneriakkan takbir dan mengumandangkan salawat.
Tak ada kata apa pun yang keluar dari mulut Rizieq. Dia yang datang dengan dipayungi santrinya langsung masuk ke dalam masjid untuk ikut aksi 112.
Dalam sambutannya, Rizieq mengingatkan bahwa aksi 112 ini digelar untuk meningkatkan persatuan dam kesatuan umat Islam. Termasuk, kata dia, Aksi Bela Islam I 14 Oktober 2016, Aksi Bela Islam II 4 November 2016 (411), dan Aksi Bela Islam III 2 Desember 2016 (212).
"Ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Kalau Aksi Bela Islam dari 411, Aksi Bela Islam 212, termasuk aksi kita hari ini 11 Februari yang bisa kita sebut aksi 112, tidak lain tidak bukan kita gelar hanya untuk mencari ridho Allah. Apapun resiko akan kita hadapi, semoga Allah meridhoi kita," ucap Rizieq memulai sambutannya.
Dia menegaskan, aksi 112 ini bukanlah merupakan upaya makar ataupun anti-Pancasila.
"Saya pesan, jangan sekali-kali dimaknai aksi kami makar, antiNKRI, antiPancasila. Demi Allah kami cinta NKRI yang berdasarkan pada UUD 1945 dan pancasila. Demi Allah kami junjung bhineka tunggal ika, kami cinta keragaman, kami bukan musuh bagi bangsa ini," ujar Rizieq.
Siap Pehuni Panggilan Polda
Dalam kesempatan itu, Rizieq memastikan akan menghadiri panggilan Polda Jawa Barat (Jabar) sebagai tersangka penodaan Pancasila.
"Saya diminta baik-baik untuk ke Polda Jabar juga pasti datang. Diminta besok pagi juga saya datang. Enggak usah khawatir kalau saya harus ke Polda Jabar, usai acara ini saya akan datang kalau diperlukan," ucap Rizieq
Ia pun meminta agar semua pihak tidak usah khawatir. Terutama, aparat kepolisian. Rizieq menjamin dirinya tidak akan kabur atau lari.
"Enggak usah khawatir saya akan lari. Kami tidak akan melarikan diri. Kami siap diproses hukum secara benar, tidak ada rekayasa, tidak ada yang dibuat-buat," ucap dia.
Rizieq menjelaskan, alasan ketidakhadirannya ketika dipanggil Jumat 10 Februari kemarin oleh Polda Jabar. "Kenapa kemarin enggak hadir (panggilan Polda Jabar)? Karena saya ada kewajiban jaga umat, jaga agar aksi 112 berlangsung damai," kata dia.
Advertisement
Menikah di Katedral
Aksi 112 yang dipusatkan di Masjid Istiqlal membuat suasana jalan di sekitar Lapangan Banteng yang mengarah ke Pasar Baru dipadati oleh massa.
Kondisi tersebut membuat arus lalu lintas tersendat. Hanya satu jalur yang dibuka untuk pengendara yang melintas. Â
Di tengah padatnya kerumunan massa, dari arah Lapangan Banteng, sepasang pengantin beserta rombongannya terlihat berjalan menuju ke Gereja Katedral yang letaknya berhadap-hadapan dengan Masjid Istiqlal, tempat massa berkumpul.
Karena kondisi jalan di depan Katedral telah dipadati massa, kendaraan yang mengantar pengantin itu hanya bisa melintas hingga Lapangan Banteng. Mereka pun akhirnya berjalan kaki hingga Katedral.
Melihat pasangan pengantin dan rombongannya, sebagian massa aksi 112 berinisiatif memberi jalan dan mengawal rombongan pengantin menembus kerumanan massa yang telah memadati jalan.
"Ayo Pak, tenang kami akan kawal sampai ke depan gereja. Ayo, minggir dulu, kita beri jalan untuk saudara kita umat Nasrani yang akan melangsungkan pernikahan," ucap salah seorang massa aksi 112.
Pengawalan dari massa aksi 112 ini mendapat respons positif dari pengantin dan rombongan. "Terima kasih ya, Pak," ucap pengantin pria yang terlihat mengenakan jas berwarna abu-abu itu.
Tak hanya memberi jalan bagi pengantin. Karena kondisi hujan, beberapa pemuda dari Front Pembela Islam (FPI) juga memayungkan pengantin dan rombongannya hingga ke depan pintu Gereja Katedral. "Ayo buka jalan, kita tunjukkan umat Islam menjunjung toleransi," ucap salah seorang anggota FPI yang memayungi rombongan pengantin.
Sampai di halaman gereja, massa kemudian kembali ke jalan. Pengantin dan rombongannya langsung masuk ke dalam gereja untuk melangsungkan ritual pernikahan. "Terima kasih bapak-bapak," ucap salah seorang rombongan pengantin," kata dia.
Terkesan massa Aksi 112
Aksi 112 ini pun membuat Asido, sang mempelai pria terkesan. Ia mengaku kagum dengan toleransi dan penghargaan yang diberikan kepada massa aksi 112.
"Saya merasa excited dengan aksi ini, sangat toleransi. Dan saya dikawal dengan massa sampai sini (Gereja Katedral)," ucap Asido usai menjalani pemberkatan di Gereja Katedral.
Ia mengaku baru mengetahui adanya aksi 112 pada Jumat 10 Februari kemarin. Mengetahui lokasi di sekitar Gereja Katedral akan dipenuhi massa, Asido dan pasangannya, Filicia, sempat khawatir. Namun ia pasrah dan tetap akan melangsungkan acara yang telah direncakan sejak cukup lama
"Ya ini jalan Tuhan, kita sudah dijadwalkan di sini, hari ini ya bagaimana," ujar Asido.
Tak hanya itu, pihak keluarganya juga tidak merasa terganggu dengan aksi ini.
"Keluarga juga tidak merasa terganggu. Tapi tadi kita parkir lumayan jauh, ada 200 meter dari sini," tutur dia.
Asido pun mengucapkan terima kasih atas bantuan massa aksi 112 yang turut mengawal rombongan menuju Gererja Katedral yang sudah di padati massa. "Mereka sangat menghargai, terima kasih," tutup Asido.
Jurnalis Dipukul
Aksi menjunjung toleraasi dan keberagaman yang dilakukan massa aksi 112 di depan Gereja Katedral ini, sayangnya harus dicemari dengan tindakan kekerasan terhadap wartawan.
Kali ini, sejumlah wartawan televisi dari Metro TV dan Global TV mengalami hal itu saat meliput aksi 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Reporter senior Metro TV Desi Bo mengaku dipukul beberapa peserta aksi 112 saat tengah meliput di sekitar Masjid Istiqlal.
Akibatnya, Desi merasa pusing dan terluka di bagian kepala.
"Mereka (massa) mukul pakai bambu dari atas, samping, lalu kita juga dilempar pakai gelas air mineral. Saya kena di kepala pakai bambu," ujar Desi di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2/2017).
Hal serupa juga dialami kameramen Metro TV bernama Ucha Fernandes. Selain dipukul, dia juga mendapatkan intimidasi dari segelintir massa yang ada di luar masjid itu.
"Perut sama pundak diludahin. Mereka pukul pakai tangan, ada juga yang nendang di bagian kaki," kata Ucha.
Kameramen Global TV bernama Dino juga mendapat intimidasi secara lisan oleh sebagian massa aksi. Mereka memaki-maki Dino lantaran selama ini media tak pernah menyematkan gelar habib kepada pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
"Gue ditanyain dikerubungi, mereka (massa aksi 112) bilang, semua TV harus ngomong itu Habib Rizieq, jangan cuma Rizieq doang, yang sopan. Sambil ngotot ngomongnya," ucap Dino.
Ketiga wartawan itu langsung diamankan beberapa petugas di sekitar lokasi untuk menghindari kericuhan yang semakin besar. Mereka dievakuasi sementara di Gereja Katedral yang berada persis di depan Masjid Istiqlal.
Usut Penyerang Jurnalis di Aksi 112
Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Jakarta mengecam kekerasan wartawan baik fisik maupun verbal yang dilakukan massa aksi 112, di Istiqlal, Jakarta Pusat. AJI mendesak kepolisian mengusut kasus yang menimpa sejumlah wartawan ini.
"Kepolisian harus mengusut kasus ini agar tidak jadi preseden bagi jurnalis ke depannya," kata Koordinator Divisi Advokasi AJI Jakarta, Erick Tanjung, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (11/2/2017).
Menurut Erick, bukan kali ini saja kekerasan terhadap wartawan terjadi di tengah tekanan massa aksi. Beberapa kasus juga pernah menimpa sejumlah wartawan saat menjalankan tugasnya. Namun, tidak pernah dituntaskan sampai ke meja hijau. "Tindakan massa ini menunjukan tidak menghormati, menghargai profesi jurnalis," ujar Erick.
Setiap jurnalis, Erick menambahkan, dilindungi Undang-undang 40 Tahun 1999 tentang Pers dalam kegiatan peliputan. "Jurnalis dalam menghimpun berita tidak boleh dihalang-halangi. Jika sampai itu terjadi maka sama dengan mengekang kebebasan pers atau menghalangi publik dalam mendapatkan informasi," tegas Erick.
"Kami imbau kepada publik massa dari aksi 112 agar menghormati kerja-kerja jurnalis dalam menghimpun berita," dia menambahkan.
Selain itu, kata Erick, perusahaan tempat para wartawan yang diduga menjadi korban penganiayaan tidak boleh tinggal diam.
"Harus mendampingi karyawannya dan memproses secara hukum. Perusahaan harus bertanggungjawab terhadap karyawannya di lapangan. Perusahaan tidak bisa lepas tanggujjawab ketika jurnalisnya mengalami kekerasan di lapangan," Erick Menandaskan.
Advertisement