Hasyim Muzadi, Sosok Kiai NU Moderat dan Nasionalis

Hasyim Muzadi dikenal sebagai sosok yang memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin.

oleh Muhammad Ali diperbarui 16 Mar 2017, 07:29 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 07:29 WIB
hasyim-muzadi-kpk-130606b.jpg

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari keluarga Nadlatul Ulama. Salah satu kiai sepuhnya, Hasyim Muzadi wafat Kamis (16/3/2017) pagi di Malang, Jawa Timur.

KH Hasyim Muzadi pertama kali dilarikan ke rumah sakit pada 6 Januari 2017 lalu. Ia dibawa ke rumah sakit karena kelelahan.

"Hanya butuh istirahat, bisa mungkin karena lelah. Karena beliau juga sudah sepuh, usia 73 sekarang," ujar putra sulung Hasyim, Abdul Hakim Hidayat, Jumat 6 Januari 2017.

Setelah dirawat sepekan lebih, Hasyim Muzadi akhirnya pulang, meski tetap menjalani rawat jalan di rumah. Dokter tetap mengontrol kondisi kesehatan Hasyim Muzadi di rumahnya. Setelah itu, kondisi Hasyim Muzadi kian menurun hingga hari ini, Kamis 16 Maret 2017, meninggal dunia dalam usia 73 tahun.

Kiai Hasyim Muzadi yang lahir di Bangilan, Tuban, pada 8 Agustus 1944, merupakan tokoh Islam Indonesia. Ia pernah menjabat ketua umum Nahdlatul Ulama periode 1999–2010 menggantikan posisi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Hasyim dikenal sebagai sosok kiai yang memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin. Selain sebagai ulama, Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis.

Itu sebabnya, ketika tragedi 9/11 di Amerika Serikat, yang menempatkan umat Islam sebagai pelaku teroris, Hasyim tampil memberikan penjelasan kepada dunia internasional. Ia menekankan bahwa umat Islam Indonesia adalah moderat, kultural, dan tidak memiliki jaringan dengan organisasi kekerasan internasional.

Kiai yang dikaruniai enam putra ini adalah satu dari beberapa tokoh umat di Indonesia yang dijadikan referensi oleh dunia Barat dalam menjelaskan karakteristik umat Islam di Indonesia.

Integritas Hasyim yang lintas sektoral kini diuji. Ijtihad politik pria yang kala itu berusia 60 tahun ini menerima lamaran PDI Perjuangan untuk menjadi cawapres, merupakan bagian dari sosok dirinya yang moderat.

"Saya ingin menyatukan antara kaum nasionalis dan agama," ujar Hasyim ketika berorasi dalam deklarasi pasangan capres dan cawapres Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam di Malang, Jawa Timur.

Hasyim muda menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada 1950. Ia sempat mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren Modern Darussalam gontor pada 1956-1962. Kemudian menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri Malang, Jawa Timur, pada 1969.

Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika tahun 1992 terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Dalam kepemimpinannya, ia terbukti mampu menjadi batu loncatan untuk menjadi Ketua PBNU pada 1999.

Tercatat, suami dari Hj Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan.

Jabatan terakhir yang dipegang Hasyim Muzadi, adalah sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya