Peserta Aksi Semen Kaki di Depan Istana Merdeka Meninggal Dunia

Jenazah Patmi dipulangkan ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan.

oleh Muslim AR diperbarui 21 Mar 2017, 12:34 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 12:34 WIB
Petani Kendeng
Petani saat berada di kantor LBH Jakarta, Jakarta, Sabtu (18/3). Aksi mencor kaki mereka lakukan hingga izin lingkungan baru bagi PT Semen Indonesia yang telah diteken Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dicabut kembali. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Satu peserta aksi semen kaki di depan Istana meningggal dunia. Patmi (48), perempuan asal Pati yang ikut menyemen kaki dinyatakan dokter meninggal dunia.

"Menurut dokter, penyebabnya kematian mendadak, dugaannya jantung," ujar Ketua Bidang Advokasi, YLBHI, Muhammad Isnur, kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (21/3/2017).

Sebelumnya, sejak Senin 13 Maret 2017, warga Kendeng melakukan protes dan aksi mengecor kaki mereka. Pasalnya pemerintah tetap mendirikan pabrik semen meski putusan Mahkamah Agung sudah membatalkan izin pendiriannya.

Mereka menyemen kedua kakinya dalam aksi penolakan rencana pendirian dan pengoperasian pabrik Semen milik PT Semen Indonesia di Rembang dan semen lainnya di pegunungan Kendeng.

Patmi merupakan salah satu peserta aksi yang menyemen kedua kakinya.

Aksi protes berlangsung setiap hari, sejak Senin (13/3/2017) lalu. Mereka yang disemen kakinya mulai duduk dan berdiri di luar pagar Monas dari siang sampai sore, dengan fasilitas sanitasi lapangan dan peneduh. Pada sore hari, peserta aksi pulang ke tempat beristirahat dan menginap di YLBHI Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Seorang anak berjalan di antara kotak aksi protes memasung kaki dengan semen di depan Istana Merdeka, Kamis (16/3). Para petani juga meminta untuk menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen.(Liputan6.com/Fery Pradolo)

Isnur menerangkan, pada Senin 20 Maret 2017 malam hari, diputuskan untuk meneruskan aksi tetapi dengan mengubah cara.

Sebagian besar warga akan pulang ke kampung halaman, sementara aksi akan terus dilakukan oleh sembilan orang.

"Bu Patmi salah satu yang akan pulang, dan cor kakinya dibuka semalam, dan akan pulang pagi hari," kata Isnur.

Awalnya, menurut dokter yang mendampingi di YLBHI, Patmi dalam keadaan sehat dan kondisi normal.

Lalu, sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, Selasa 21 Maret 2017, Patmi mengeluh badannya tidak nyaman.

"Ia berteriak kesakitan dan memegangi dada kirinya," kata Isnur.

Setelah itu, Patmi mengalami kejang-kejang dan muntah. Dokter yang sedang mendampingi dan bertugas segera membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba.

"Dokter menyatakan dia meninggal mendadak, penyebab kematiannya dugaan dokter serangan jantung," ucap Isnur.

Saat ini, jenazah Patmi diantarkan puluhan massa aksi ke kampungnya di Pati. "Masih dalam perjalanan ke sana, tadi berangkatnya jam 9 pagi," ucap Isnur.

Jenazah Patmi dipulangkan ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan.

Aksi semen kaki ini awalnya hanya diikuti beberapa orang saja pada unjuk rasa pertama pada Senin (13/3/2017). Lalu, pada Kamis, 16 Maret 2017, datang menyusul sekitar 55 warga dari kabupaten Pati dan Rembang bergabung melakukan aksi pengecoran kaki dengan semen.

Dua puluh orang dari yang datang memulai mengecor kaki di hari Kamis tersebut. Patmi adalah salah satu dari yang mengecor kaki dengan kesadaran tanggung jawab penuh. Ia datang sekeluarga, dengan kakak dan adiknya, dengan seizin suaminya.

Pada Senin 20 Maret 2017 sore, perwakilan warga diundang Kepala Kantor Staf Presiden, Teten Masduki, untuk berdialog di dalam kantor KSP. Pada pokoknya, perwakilan menyatakan menolak skema penyelesaian konflik yang hendak digantungkan pada penerbitan hasil laporan KLHS.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya