Warga Rumpin Bogor Bertaruh Nyawa di Jembatan Katalarang

Kondisi jembatan Katalarang itu kini rawan ambruk dan bisa menelan korban sewaktu-waktu.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 04 Apr 2017, 19:36 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 19:36 WIB
Jembatan Katalarang Bogor
Kondisi jembatan Katalarang itu kini rawan ambruk dan bisa menelan korban sewaktu-waktu. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Jembatan gantung di Desa Leuwi Batu, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor masih terus dipakai warga untuk melintas. Padahal, kondisinya rawan ambruk karena pondasi jembatan yang menghubungkan Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin dengan Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang ini tergerus luapan Sungai Cikaniki.

Begitu juga setiap bantalan jembatan sudah rapuh dan kawat yang membentang di sisi kiri dan kanan jembatan sepanjang 60 meter itu mulai aus.

Meskipun sangat membahayakan dan sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan, tetapi warga masih tetap melintasi jembatan yang membentang melintasi Sungai Cikaniki itu.

Hendrik, warga setempat, mengatakan setiap harinya bisa ribuan jiwa yang menyeberang melalui jembatan gantung tersebut menggunakan kendaraan roda dua. Banyaknya warga yang melintas menyebabkan beban Jembatan Katalarang bertambah sehingga risiko jembatan ambruk makin besar.

"Kami tidak punya pilihan selain menggunakan jembatan ini," ujar Hendrik.

Karena jembatan ini merupakan akses terdekat menuju kantor pemerintahan, sekolahan, dan kegiatan ekonomi warga. "Kalau lewat jalur lain harus memutar sangat jauh. Melewati perkebunan di Gunung Pangangkang. Jalannya juga rusak," paparnya.

Warga berharap pemerintah daerah segera membangun jembatan secara permanen agar warga terutama yang menggunakan sepeda motor bisa melintas dengan aman dan nyaman.

Selama ini warga tidak pernah menghiraukan keselamatan mereka meskipun kondisi jembatan rawan ambruk ditambah Sungai Cikaniki kerap meluap. "Kalau Sungai Cikaniki meluap warga harus bertaruh nyawa di jembatan ini," kata Rosyid, warga setempat.

Menurut Sekretaris Desa Leuwibatu, Daen, awalnya jembatan yang dibangun pada 1992 ini hanya terbuat dari bambu. Akibat salah satu tiangnya terbawa arus sungai pada tahun 2007, warga kemudian memperbaikinya secara swadaya.

"Konstruksi jembatan diganti pakai seling. Jadi jembatan gantung," ucap dia.

Saat ini kondisi Jembatan Gantung Katalarang rawan ambruk sehingga perlu segera ada perbaikan. "Kami sudah beberapa kali mengusulkan untuk diperbaiki, tapi belum ada respons dari pemda," papar Daen.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya