Saleh, Polisi Pendiri Sekolah di Bombana Jadi Ikon Prestasi

SDS Anak Saleh sudah berjalan tiga kelas dengan 32 murid. Untuk tenaga pengajar, Saleh meminta bantuan istri.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 21 Agu 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 15:30 WIB
Sekolah Saleh
Saleh dianggap berprestasi dan teladan oleh Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila karena memperjuangkan pembangunan sekolah dasar di Desa Tunas Baru kecamatan Rarowatu Utara kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. (dok. Brigadir Saleh)

Liputan6.com, Jakarta - Nama anggota Badan Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polres Bombana, Brigadir Muhammad Saleh terpilih sebagai salah satu dari 72 ikon keteladanan dan prestasi yang mendapat penghargaan di Festival Prestasi Indonesia.

Saleh dianggap berprestasi dan teladan oleh Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila karena memperjuangkan pembangunan sekolah dasar di Desa Tunas Baru, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.

Tak mudah bagi Saleh untuk membangun satu sekolah dasar di desa tersebut. Banyak kendala yang ia alami. Saleh bercerita ketika 2015 lalu, ia ditugaskan oleh pimpinannya untuk menjalankan program satu desa satu polisi.

Ide untuk membangun sebuah sekolah pun direncanakan. Bukan tanpa sebab, Saleh melihat di desa tersebut belum ada sekolah bagi anak-anak.

"Memang sesuai pengamatan saya, orangtua murid yang menyekolahkan anaknya rata-rata di luar desa. Tetapi jaraknya kurang lebih 5 kilometer sampai 8 kilometer, ditempuh 1 sampai 1,5 jam perjalanan jalan kaki. Karena tidak ada kendaraan dan jalannya tidak bagus," tutur Saleh di sela acara Festival Prestasi Indonesia, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Senin (21/8/2017).

Saleh dianggap berprestasi dan teladan oleh Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila karena memperjuangkan pembangunan sekolah dasar di Desa Tunas Baru kecamatan Rarowatu Utara kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. (dok. Brigadir Saleh)

Saleh mulai menyusun rencana. Ia bersama warga desa membuat proposal pembangunan sekolah ke Dinas Pendidikan setempat. Bak gayung bersambut, Dinas Pendidikan setempat setuju dan mengizinkan Saleh membangun sekolah dasar.

Nama SD tersebut awalnya diusulkan SD Bhabintamtibmas. Tetapi warga malah memilih sekolah tersebut dengan nama SDS Anak Saleh.

"Mereka menamakannya Sekolah Dasar Anak Saleh. Alasannya kalau saya sudah tidak ada lagi, mereka tetap bisa mengenang saya dengan nama sekolah tadi," ucap Saleh.

Meskipun sudah mengantongi izin dan dan nomor induk sekolah, Saleh kesulitan mencari bangunan untuk aktivitas belajar mengajar. Awalnya, Saleh disarankan menggunakan satu rumah kosong milik warga. Kebetulan pada saat itu, pemilik rumah itu tengah merantau. Alhasil satu kelas dengan murid 11 orang itu mulai berjalan.

Hanya saja, baru 8 bulan beroperasi, si pemilik rumah kembali ke kampung halaman. Terpaksa, Saleh dan murid-muridnya minggat.

"Saya bingung mau cari tempat dimana lagi, pada saat itu, sudah ada 1 kelas," keluh Saleh.

Kepala Desa setempat akhirnya mengusulkan Saleh menempati kantor Kepala Desa. Ia dan murid-muridnya pun pindah ke sana. Tetapi, lagi-lagi kantor Kepala Desa tidak mampu menunjang kegiatan belajar-mengajar. Sebab, sering kali digunakan untuk rapat para warga dan Kepala Desa.

Saleh dianggap berprestasi dan teladan oleh Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila karena memperjuangkan pembangunan sekolah dasar di Desa Tunas Baru kecamatan Rarowatu Utara kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. (dok. Brigadir Saleh)

Saleh tak menyerah. Ia dan warga sekitar berpikir keras agar anak-anak desa bisa melanjutkan bersekolah. Mereka sepakat untuk membangun sebuah gedung sekolah sederhana dengan dana seadanya. Warga ada yang menyumbang papan, seng, kayu, dan genting.

"Alhamdulillah terkumpul bahannya, 3 hari kita bangun. Hanya ada atap dengan dinding, lantainya tanah, tidak ada pintu," terang Saleh.

Meski fasilitas terbatas, SD yang dibangun Saleh dan warga itu tetap berjalan. Kapolres Bombana yang mendengar informasi itu, langsung mengambil tindakan. Bantuan logistik pun dikerahkan.

"Langsung diberikan bantuan berupa papan, meja, buku-buku, listrik. Alhamdulillah dengan respons beliau, jalanannya sudah ditimbun, walaupun masih darurat seperti itu," tambah Saleh.

Sampai saat ini, sambung dia, SDS Anak Saleh sudah berjalan tiga kelas dengan 32 murid. Untuk tenaga pengajar, Saleh meminta bantuan istri yang berlatar belakang Sarjana Pendidikan.

Istri Saleh mengajak teman-temannya untuk turut mengajar di sekolah sederhana itu. Awalnya tenaga pengajar sama sekali tidak dibayar. Lambat laun, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diterima. Seragam dan buku-buku untuk anak murid diberikan secara cuma-cuma.

"Gurunya sudah tiga sekarang. Saya juga mengajar di sana," kata Saleh.

Saleh mengaku tidak pernah bermimpi bisa membangun sebuah sekolah. Meskipun kondisi sekolahnya sangat sederhana.

Dengan adanya sekolah ini, Saleh berharap warga desa bisa lebih memahami arti pendidikan bagi anak-anak mereka. Sehingga ke depannya, anak-anak desa bisa merasakan akses pendidikan yang layak.

"Mudah-mudahan masyarakat juga bisa menjaga. Pada prinsipnya saya berharap sekolah yang saya bangun ini bisa sejajar dengan sekolah-sekolah lain yang ada di Indonesia," tambah Saleh.

 

Saksikan video di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya