Aktivitas Warga Kaki Gunung Agung di Bawah Ancaman Erupsi

Wayan tampak asyik mengolah bahan makanan untuk santap siang. Jari-jari tangannya sibuk mencabuti bulu ayam yang akan dimasak sang ibunda.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 27 Sep 2017, 13:32 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2017, 13:32 WIB
Gunung Agung
Keluarga Wayan saat melakukan aktivitas di rumahnya. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Karangasem - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan status Awas terhadap Gunung Agung di Bali sejak 22 September lalu. Meski demikian, sebagian warga masih melakukan rutinitas seperti biasa di tempat tinggal mereka.

Seperti beberapa warga Desa Muntik, Karangasem, Bali. Pantauan Liputan6.com, Rabu (27/9/2017), desa ini terletak sekitar tiga kilometer dari puncak Gunung Agung.

Salah satunya adalah keluarga Wayan yang tampak asyik mengolah bahan makanan untuk santap siang. Wayan sibuk mencabuti bulu ayam yang akan dimasak.

Sementara sang ibunda, Kianyar, tengah memarut kelapa. Begitu juga sang ayah, Mangku, juga bertugas memberi pakan ternak ayam.

Menurut Wayan, sebagian besar warga sudah mengungsi. Ada sekitar 200 keluarga di desa tersebut. Warga sudah diberikan tempat evakuasi di kawasan Amed, Karangasem, Bali.

"Ya kita masak-masak. Di permukiman juga dapat makanan, kok," tutur Wayan saat berbincang dengan Liputan6.com.

Wayan menuturkan, dirinya tetap beraktivitas di rumahnya bukan berarti menolak mengungsi. Warga punya batas waktu berkunjung ke rumah yang berada di zona merah itu.

"Warga punya sapi, jadi kembali beri makan saja. Kalau saya punya dua sapi, 12 ayam. Pulang ke rumah saat pagi saja. Malam ke posko pengungsi," ucap dia.

Keadaan tidak memungkinkan membawa hewan ternaknya ke lokasi pengungsian. Kendati, sempat beredar wacana pembuatan kandang ternak sementara di pengungsian, tapi hal itu tidak memungkinkan.

"Memang ada berita itu, tapi mungkin belum, enggak ada tempat," ucap Wayan.

Sementara, Kianyar mengungkapkan, panas akibat aktivitas Gunung Agung biasanya mulai terasa pada siang hari. Sedangkan, gempa semakin sering terasa sejak status Awas ditetapkan.

"Terasa panas sekitar jam 12.00 Wita, 13.00 Wita sampai jam 15.00 Wita, biasanya," ucap Kianyar.

Fenomena itu memang kerap membuat Kianyar merasa khawatir. Kendati, dia tetap bersyukur dan berharap letusan Gunung Agung tidak berdampak besar pada masyarakat sekitar.

"Berdoa biar gunung meletus tidak terlalu besar," ujar Kianyar.

 

 

Radius Zona Merah

Keluarga Wayan merupakan potret kecil di antara sebagian warga terdampak Gunung Agung. Mereka harus bolak-balik ke rumah dan pengungsian.

Biasanya, sekitar pukul 06.00 Wita, warga bergegas ke rumah masing-masing untuk memberi makan ternak. Pada pukul 17.00 Wita, mereka harus kembali ke pengungsian.

BNPB sendiri menetapkan radius berbahaya Gunung Agung antara 9 sampai 12 kilometer dari puncak gunung. Hingga kini sudah puluhan ribu warga dievakuasi di sejumlah titik posko pengungsian.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya