Plus Minus Airlangga Hartarto Cepat Jadi Ketua Umum Golkar

Burhanuddin menilai, terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar merupakan hal yang wajar.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 16 Des 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 16 Des 2017, 19:48 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Airlangga Hartarto telah ditunjuk sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Dia dipilih melalui rapat pleno untuk mengisi posisi Ketua Umum Golkar yang lowong setelah Setya Novanto berstatus tersangka dugaan korupsi proyek e-KTP.

Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, penetapan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar secara segera ini memiliki dampak baik dan buruk. Dampak positifnya, konsolidasi di internal Partai Golkar akan lebih ringan dengan menyelesaikan persoalan di tingkat pleno untuk dilanjutkan ke Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar.

"Jadi Golkar akan lebih cepat menyelesaikan persiapan agenda politik pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019," ujar Burhanuddin dalam sebuah diskusi di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Sabtu (16/12/2017).

Dengan begitu, kata Burhanuddin, Golkar tidak perlu repot-repot saling tikam di internal partai dalam menghadapi pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019. Sebab, selama lima tahun terakhir ini, Golkar selalu diwarnai dengan drama-drama politik di internalnya.

"Tapi minusnya, Golkar tidak dapat kesempatan lagi membetot perhatian lebih dari masyarakat," kata dia.

Golkar akan kehilangan kesempatan menjadi center atraction secara terus-menerus. Media akan beralih ke isu lain ketika drama-drama politik di Golkar tidak terlihat lagi.

"Karena dalam politik menjadi pusat perhatian itu penting," ucap Burhanuddin.

Dia mengatakan, terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar merupakan hal yang wajar. Sebab, sejarah menunjukkan bahwa nakhoda partai berlambang pohon beringin itu tak pernah lepas dari lingkaran kekuasaan.

"Pak JK menang karena waktu itu wapres. Kemudian Pak Aburizal Bakrie karena waktu itu kuat mendukung SBY jilid II. Dan Setnov juga waktu itu karena dapat restu dari kekuasaan," kata dia.

 

Menabur Garam di Laut

Hal itu pula, kata Burhanuddin, yang kini dialami Airlangga. Dia mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari dalam dan luar partai. Apalagi Airlangga sebagai Menteri Perindustrian menunjukkan bahwa dia cukup dekat dengan penguasa saat ini.

"Ini yang membuat lawannya ngeper duluan. Ibaratnya, melawan Airlangga sama saja dengan menabur garam ke laut," tandas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia itu.

 

 

 

Penunjukan Airlangga

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto Buka Mukernas Kosgoro 1957
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto (kiri), Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, BJ Habibie (tengah) bersama Ketua Umum Kosgoro 1957 Agung Laksono saat pembukaan Mukernas Kosgoro 1957 di Jakarta, Selasa (12/12). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Airlangga Hartarto ditunjuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Setya Novanto. Penunjukan ini berlangsung dalam rapat pleno yang digelar di kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu, 13 Desember 2017 malam. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Ace Hasan, Airlangga ditunjuk secara aklamasi.

"Jabatan ketua umum nonaktif (lowong). Pengisian jabatan lowong dengan memutuskan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum," ucap Ace saat dikonfirmasi, Rabu.

Untuk mengukuhkan jabatan baru Airlangga ini, Golkar akan menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) pada 19-20 Desember 2017. Namun, sehari sebelum itu, yakni pada 18 Desember 2017, akan lebih dulu dilangsungkan rapat pimpinan nasional.

Ace juga menyebut, penanggung jawab munaslub telah ditunjuk.

"Penanggung jawab munaslub Idrus Marham. Ketua penyelenggara Nurdin Halid. Ketua SC Ibnu Munzir. Ketua OC Agus Gumiwang Kartasasmita," pungkas Ace.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya