Liputan6.com, Cirebon - Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat ternyata membawa berkah bagi para pengusaha rotan. Seperti yang terjadi di Desa Tegal Sari, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Jumat (7/9/2018), para pengusaha terus menggenjot produksi kursi, meja, tempat tidur, serta berbagai macam aksesoris rotan lainnya untuk memenuhi permintaan ekspor.
Pesanan yang datang dari sejumlah negara di Eropa Timur serta Timur Tengah, dibayar menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat. Tingginya nilai tukar dolar terhadap rupiah tentu saja mendatangkan keuntungan berlebih bagi para perajin.
Advertisement
"Ada sedikit selisih nilai tambah, tapi tidak banyak nilainya. Karena ada bahan-bahan yang memang kita import dari luar," kata Sumarca, pengusaha rotan.
Kondisi serupa dialami pengusaha rotan di Desa Trangsan, Sukohajo, Jawa Tengah. Pesanan yang datang dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa ternyata menjadi momentum untuk meraup laba berlebih.
Keuntungan yang didapat bahkan mencapai 15 persen dari hari biasanya.
Meski mengaku mendapatkan keuntungan yang berlebih, para pengusaha tetap berharap pemerintah dapat kembali menstabilkan nilai tukar rupiah. (Rio Audhitama Sihombing)