MRT, Trotoar, dan Upaya Membudayakan Transportasi Publik

PT MRT Jakarta mendukung program Pemprov DKI dalam melakukan peremajaan trotoar di sekitar stasiun MRT.

oleh Ika Defianti diperbarui 15 Okt 2018, 09:55 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 09:55 WIB
Pekerja melintas di Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (27/9). Pembangunan konstruksi proyek MRT Jakarta fase satu Lebak Bulus - Bundaran HI lebih maju dibandingkan pembangunan pada akhir Agustus lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Pekerja melintas di Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (27/9). Pembangunan konstruksi proyek MRT Jakarta fase satu Lebak Bulus - Bundaran HI lebih maju dibandingkan pembangunan pada akhir Agustus lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan trotoar dalam menunjang operasional transportasi publik tak dapat dipandang sebelah mata. Trotoar merupakan fasilitas pendukung bagi pengguna transportasi publik. Trotoar yang nyaman, bersih, juga rapi pasti sangat didambakan para pengguna transportasi umum.

Di Jakarta, tak lama lagi Mass Rapid Transit (MRT) akan segera beroperasi setelah sekitar 30 tahun dinantikan. Munculnya MRT Jakarta tak hanya sekadar melahirkan sebuah moda transportasi baru, tetapi juga sebuah budaya baru dalam bertransportasi.

Kenyamanan trotoar menjadi pendukung utama supaya masyarakat mau menggunakan MRT, apalagi di tengah persaingan transportasi publik dengan tranportasi berbasis aplikasi. Oleh sebab itu, PT MRT Jakarta mendukung program Pemprov DKI dalam melakukan peremajaan trotoar di sekitar stasiun MRT.

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, untuk mengidentifikasi sebuah kota dikatakan modern atau tidak dapat ditinjau dari kualitas transportasi umumnya. Jika kualitasnya sudah baik, transportasi umum bisa menjadi pilihan utama masyarakat.

Karena hal itu, keberadaan MRT tidak hanya memenuhi dari segi infrastruktur, tapi juga memastikan adanya integrasi yang baik antarmoda transportasi di Jakarta. Apalagi beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meresmikan pembangunan kawasan transit terpadu atau transit oriented development (TOD) di kawasan Dukuh Atas, dekat Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat.

Kawasan itu akan menggabungkan berbagai moda transportasi seperti MRT, Light Rail Transit (LRT), kereta commuter line, Transjakarta, kereta bandara hingga angkutan umum lainnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Trotoar dan Pejalan Kaki

Penataan Trotoar Kawasan GBK (Kementerian PUPR)
Penataan Trotoar Kawasan GBK (Kementerian PUPR)

William menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah strategi, seperti menyediakan koneksi transit yang aman dan nyaman. Di antaranya pula akan dilaksanakan pengembangan ruang terbuka hijau di atas stasiun MRT.

"Seluruh masyarakat di Jakarta akan merasa aman dan nyaman, semua terintegrasi dengan transportasi publik. Itulah ciri dari sebuah kota modern," ucap Wiliiam beberapa waktu lalu di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat.

Dia menjelaskan, pembangunan kawasan khusus pejalan kaki sangatlah penting untuk pergerakan transit masyarakat. Jadi, dibutuhkan sebuah interaksi manusia, pembangunan dan ruang publik.

"Jadi kalau saya turun dari MRT Jakarta, saya mau transit ke kereta, saya mau transit ke Transjakarta, saya nyaman jalan kaki. Ini yang sedang kita dorong," jelasnya.

Menurut William, tampilan trotoar saat ini, khususnya di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin sudah sangat nyaman. Dia yakin, hanya tinggal menunggu setahun kawasan trotoar tersebut sudah rimbun dengan pohon.

Kemudian, PT MRT Jakarta juga menyediakan taman dan tempat nongkrong di sekitar stasiun sebagai ruang terbuka bagi masyarakat.

"Kalau kita bisa mempertahankan trotoar yang bersih dan terjaga, ini jadi sistem transportasi publik yang mendorong transportasi publik yang nyaman di ibu kota," kata William.

Tak hanya soal kenyamanan, William berpendapat, trotoar yang tertata dapat meningkatkan nilai ekonomi sebuah kawasan.

"Jika orang berjalan kaki di kawasan itu nyaman, nilai kawasan itu akan meningkat, ini yang namanya pembangunan berorientasi transit," kata dia.

Wajah Baru Trotoar Jakarta

jokowi
Presiden Jokowi meninjau trotoar Jalan Sudirman, Jakarta Pusat didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kamis (2/8/2018). (Liputan6.com/Hanz Jimenez salim)

Awalnya, trotoar di Jalan Sudirman-Thamrin berukuran 3-5 meter. Namun, usai direvitalisasi pada akhir 2017, trotoar tersebut berukuran 8-12 meter sehingga tampak lebar dan nyaman untuk pejalan kaki.

Perubahan tersebut dimanfaatkan beberapa warga di Ibu Kota untuk mulai berjalan kaki. Lenny Tambun, warga Bendungan Hilir, Jakarta Pusat mengatakan mulai terbiasa berjalan kaki ke lokasi kerjanya di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Dia menyebut jarak kedua lokasi tersebut kurang lebih 5 kilometer.

"Meskipun panas, enggak ada pohonnya, tapi secara keseluruhan trotoar sudah nyaman untuk jalan kaki, kayak di Jalan Thamrin. Trotoarnya lebar jadi asik aja buat jalan," kata Lenny kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (14/10/2018).

Dia mengaku masih sering menggunakan transportasi umum ketika berpergian. Namun, dia mengeluhkan belum adanya integrasi antarmoda yang baik di Jakarta.

Meskipun sudah membiasakan berjalan kaki, pada akhirnya Lenny memilih menggunakan transportasi beraplikasi ketimbang menunggu transportasi umum yang kepastian waktu dan ketetapannya sering kali meleset.

"Bagi pejalan kaki trotoar enggak cuma sekadar nyaman, tapi juga harus bisa mempermudah pejalan kaki untuk mengakses transportasi umum," jelasnya.

Membangun Budaya Transportasi Publik

Resmikan Pelican Crossing Halte BI, Anies Baswedan Seberangkan Penyandang Disabilitas
Warga menyeberangi pelican crossing di Halte Transjakarta Bank Indonesia (BI), Jakarta, Selasa (4/9). Pelican crossing diharap membuat warga memiliki kesempatan sama dalam menikmati layanan publik. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Penyediaan trotoar yang lebar dan nyaman bagi pejalan kaki tidaklah cukup mendorong masyarakat untuk naik transportasi publik. Ada beberapa yang harus diperhatikan oleh MRT Jakarta.

Menurut Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, kecepatan, keamanan, kemudahan, murah dan ketepatan menjadi pertaruhan dari MRT. Cepat yang dimaksud, yaitu waktu yang dijadikan ukuran atau patokan masyarakat sampai ke tempat tujuan.

Untuk kemudahan, adanya integrasi dengan moda transportasi umum lainnya ataupun dengan berbagai kawasan perkantoran sekitar stasiun MRT.

"Jadi maksud saya kekuatan struktur yang membangun kultur itu bagaimana MRT memberikan jaminan bahwa orang yakin dengan naik MRT, dia menjadi lebih aman, murah, cepat dan mudah," ucap Yayat saat dihubungi Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Selanjutnya kata Yayat, hal yang perlu diperhatikan juga mengenai penentuan tarif MRT. Sebab bila dirasa cukup mahal, itu menjadi alasan masyarakat untuk tetap bertahan menggunakan kendaraan pribadi. "Dari tarifnya, apakah menarik tidak, buat orang berpindah ke MRT," katanya.

Bila nantinya terpenuhi, Yayat memprediksikan adanya beberapa perubahan sosial bagi warga Ibu Kota. Seperti budaya untuk berjalan hingga budaya tertib tepat waktu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya