Dilema Polwan Penjaga Perdamaian PBB, Antara Anak dan Tugas Negara

Polwan bernama Herna Maulana harus meninggalkan anaknya demi tugas negara ke Sudan.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 16 Des 2018, 16:47 WIB
Diterbitkan 16 Des 2018, 16:47 WIB
Brigadir Herna Maulana menggendong anaknya yang masih balita (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Brigadir Herna Maulana menggendong anaknya yang masih balita (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Herna Maulana terlihat asyik bercengkerama dengan anaknya di antara ratusan pasukan perdamaian PBB. Polisi wanita (polwan) berusia 30 tahun itu merupakan salah satu calon pasukan penjaga perdamaian (peacekeeper) dari Polri yang akan dikirim ke lima daerah konflik.

Sebagai polwan pilihan, dia harus rela berpisah dengan anak semata wayangnya yang masih berusia 1,5 tahun untuk waktu yang tak sebentar. Segala sesuatu telah dipersiapkan demi tugas mulia menjaga perdamaian dunia.

"Puji Tuhan, suami dan semua keluarga besar mendukung," ujar Herna saat berbincang dengan Liputan6.com di sela prosesi pembaretan di Pusat Latihan Multifungsi Polri, Cikeas, Bogor, Minggu (16/12/2018).

Untuk kontrak awal, pasukan Garuda Bhayangkara ini akan bertugas selama setahun di daerah konflik. Bahkan bukan tidak mungkin tugasnya akan diperpanjang dengan sejumlah alasan tertentu.

"Ketika kinerja kita baik dan masih dibutuhkan di sana, kita akan mendapatkan kesempatan extend, bisa dua tahun atau satu setengah tahun. Jadi keputusannya nanti di sana, dari pihak PBB," tuturnya.

Ini merupakan pengalaman pertama bagi polwan berpangkat Brigadir itu menjadi pasukan perdamaian. Herna tak mau menyia-nyiakan kesempatan begitu ada seleksi Individual Police Officer (IPO) untuk pasukan perdamaian PBB yang hanya digelar tiga tahun sekali oleh Polri.

Polwan ini sadar terhadap segala risiko menjadi pasukan penjaga perdamaian PBB, salah satunya jauh dari orang-orang yang dikasihi. Beruntung anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya itu memiliki suami yang sangat mengerti tugasnya di Korps Bhayangkara.

Sang suami, Arto Feraberlin yang sehari-hari bekerja sebagai protokoler di kementerian ini mengaku siap berperan sebagai ibu bagi anaknya, bahkan baby sitter sekalipun.

"Saya pribadi siap enggak siap harus siap, karena ini adalah panggilan langsung dari negara yaitu merah putih, di mana saya pribadi harus bisa menjadi seorang ayah, ibu, dan mungkin jadi seorang baby sitter juga," tutur Arto.

Sang anak bernama Alfredo Kristian Frederik sudah cukup terbiasa ditinggal ayah dan ibunya bertugas. Jika kedua orangtuanya berdinas, balita tersebut akan tinggal bersama neneknya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kaos Kutang Obat Kangen

Brigadir Herna dan Keluarga
Brigadir Herna dan Keluarga

Herna memang belum tahu persis kapan dia akan diberangkatkan ke Sudan Selatan (UNMISS). Namun dia telah menyiapkan segala cara untuk mengobati kerinduannya terhadap keluarga, terutama Alfredo, anaknya yang masih balita.

"Mungkin nanti saya akan bawa kaos kutang anak saya yang belum dicuci. Jadi itu untuk pelepas rindu nantinya. Jadi kalau saya rindu, saya akan mencium bau keringat anak saya di sana nanti," ucap Brigadir Herna.

Dia juga telah melakukan observasi dan diskusi dengan senior-seniornya yang pernah bertugas di Sudan Selatan. Dia memastikan fasilitas jaringan internet di sana aman untuk komunikasi jarak jauh.

"Koneksi internet di sana lumayan bagus. Jadi pasti mungkin nanti sehari sekali saya wajib komunikasi dengan keluarga," katanya.

Wanita berusia 30 tahun itu ingin kehadirannya di sana dapat memberi manfaat yang baik bagi warga yang hidup di daerah konflik. Setidaknya kehadirannya mampu menjadi pelita untuk perdamaian di Sudan Selatan.

"Whatever lah case di sana, yang penting kita di sana bisa jadi lilin kecil, kita bisa jadi bagian dari mereka, bisa merasakan apa yang mereka rasakan selama ini di negaranya, jadi kita bisa menjadi pendamai lah," ucap Herna penuh harap.

 

381 Personel

Pasukan Garuda Bhayangkara Polri
Pasukan Peacekeeper PBB dari Polri

Polri sendiri rencananya akan memberangkatkan 381 personelnya yang tergabung dalam dua Formed Police Unit (FPU) dan Police Advisors Indonesia. Mereka akan ditempatkan di lima misi PBB, antara lain Sudan (UNAMID), Afrika Tengah (MINUSCA), Haiti (MINUJUSTH), Sudan Selatan (UNMISS) dan Kongo (MONUSCO).

381 Personel tersebut terdiri dari 198 personel FPU 11 ke UNAMID, 154 personel FPU 1 ke MINUSCA, serta 29 personel Police Advisor yang terdiri dari dua personel ke MINUJUSTHS, tujuh personel ke UNMISS, 14 personel ke MONUSCO, dan enam personel ke MINUSCA. Dari total keseluruhan, 43 di antaranya merupakan polisi wanita (polwan).

Hari ini mereka melakukan tradisi pembaretan yang dipimpin langsung Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen HS Maltha. Acara tersebut juga dihadiri oleh keluarga para peserta kontingen Garuda Bhayangkara.

Secara simbolik, pembaretan dilakukan oleh Kadiv Hubinter Polri bersama jajarannya. Selebihnya, pembaretan dilakukan oleh keluarga para pasukan peacekeeper masing-masing.

Tradisi pembaretan ini juga dimeriahkan dengan atraksi simulasi pengamanan tamu VIP di daerah konflik, penanganan pengungsi, hingga operasi pembebasan sandera.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya