Gelombang Mundur Pengurus PAN Tersebab Faktor Kepemimpinan

Ada ketidakpuasaan terhadap kepemimpinan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.

oleh Fachrur RozieLiputan6.com diperbarui 28 Des 2018, 00:02 WIB
Diterbitkan 28 Des 2018, 00:02 WIB
PAN Buka Kesempatan Untuk Menjadi Kader
Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan (tengah) saat jumpa pers di Rumah PAN di kawasan Senopati, Jakarta, Kamis (12/4). Ketua PAN menegaskan bahwa partai berlambang Matahari ini masih tetap berada dalam koalisi pemerintah. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tubuh Partai Amanat Nasional (PAN) bergolak jelang Pemilu 2019. Partai berlambang Matahari Putih itu 'digoyang' mundurnya sejumlah kader di struktur kepengurusan.

Di tingkatan eksekutif ada nama Ketua DPP Agung Mozin. Yang paling mencolok adalah Nasrullah, Bendahara Umum PAN, yang juga melakukan hal serupa.

Pada jajaran Dewan Kehormatan, Putra Jaya Husin yang menjabat sekretaris mengajukan diri untuk non-aktif dari jabatan. Keputusan mereka tidak diambil dalam waktu yang bersamaan, tapi punya satu benang merah. 

Agung Mozin mengungkapkan, keputusan itu diambil secara pribadi masing-masing. Kader yang mundur dari kepengurusan menguak masalah di tubuh PAN.

Ada ketidakpuasan kepada kepemimpinan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. "Banyaklah dilanggar Zul (Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN), one man show, segala sesuatunya dia ambil keputusan," katanya kepada Liputan6.com, Kamis (27/12/2018).

Mozin menuturkan, kondisi itu sudah berlangsung tak lama sejak Zulkifli Hasan menduduki posisi ketua umum. Sejak saat itu, banyak kader yang mundur teratur.

"Suasana diinternal sudah tidak itu lagi, ada yang diam-diam menghilang," tutur Mozin.

Kepemimpinan di PAN, lanjut dia, merujuk AD/ART partai. Namun, hal itu kini banyak diterabas.

"Kalau rujukan sudah dilanggar, apalagi pegangan kita," imbuhnya.

Ia menegaskan tak mundur dari PAN. Ia tetap kader PAN, namun tak menjadi pengurus lagi.

Mantan Sekretaris Dewan Kehormatan PAN Putra Jaya Husen juga punya alasan senada soal keputusannya nonaktif dari jabatannya.

Putra mengaku nonaktif sejak 20 Juli 2018 melalui mekanisme resmi dengan mengajukan surat langsung ke DPP PAN. "Enggak perlu persetujuan karena kan pernyataan sepihak. Kalau permohonan berhenti kan disetujui kalau pernyataan sepihak kan enggak," ungkapnya.

Dia mengungkap, alasan dirinya meminta nonaktif karena ada perbedaan pandangan dalam hal mengelola partai antara dirinya dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Kata dia, dalam mengelola partai seharusnya dengan cara kolektif kolegial.

"Ada perbedaan pendapat cara mengelola partai," ujarnya.

 

Tak Terkait Pilpres

Mozin membantah keputusannya lantaran perbedaan pendapat di Pilpres 2019. Ia pun menegaskan tetap mendukung keputusan PAN menyokong Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.

Mozin hingga saat ini masih terdaftar di Badan Pemenangan pasangan itu. Sikap yang sama diambil Putra Jaya Husen.

"Oh engga saya kan sejak dulu sudah di Prabowo. Kalau pun PAN dukung Jokowi saya tetep di Prabowo ya syukur alhamdulilah PAN juga mendukung Pak Prabowo jadi kan enggak ada benturan," ucap Putra.

Mundurnya sejumlah pengurus PAN dikomentari Wakil Sekretaris Jenderal (wasekjen) partai itu Faldo Maldini. Menurut dia, tak ada yang salah dari kepemimpinan Zulkifli saat ini.

"Beliau seorang pejuang yang demokratis," kata Faldo saat dihubungi, Kamis (28/12/2018).

Menurutnya, Zulkifli Hasan adalah pribadi yang sering menerima masukan dari siapa pun. Ia juga sering memberikan kesempatan pada kader muda.

"Beliau memang menjadikan kaderisasi sebagai KPI utama kepemimpinannya. Saya bisa jadi juru bicara termuda di koalisi, tentunya tidak lepas dari dorongan dari Beliau," ungkap Faldo.

Mundurnya sejumlah pengurus, menurut dia, bagian dari demokrasi dalam sebuah partai. Termasuk juga dengan pihak-pihak yang mendukung kepemimpinan Zulkifili Hasan.

"Jika ada orang lama yang tidak suka dengan gaya Pak Zul menjaga demokrasi di PAN, ya buat saya wajar-wajar saja, tetapi yang konsisten dukung juga lebih banyak lagi," ucapnya.

Sementara Wasekjen PAN yang lain, Saleh Partaonan Daulay, tak mau banyak berkomentar soal adanya kader partai berlambang matahari putih yang memilih keluar dari kepengurusan.

"Jangan dibesar-besarkan dong. Tidak banyak, hanya dua orang, yang lain aktif," ujar dia saat dikonfirmasi Liputan6.com, Kamis (27/12/2018).

Menurut Saleh Daulay, keputusan Bendahara Umum DPP PAN Nasrullah dan Sekretaris Dewan Kehormatan PAN Putra Jaya Husen yang mundur dari kepengurusan partai adalah urusan masing-masing.

Selain keduanya, adapula Ketua DPP Agung Mozin yang juga mundur. Saleh Daulay mengaku tak tahu alasan mereka keluar dari kepengurusan PAN.

Soal dugaan keluarnya kader tersebut karena tak puas dengan kepemimpinan Zulkifli Hasan, ia bilang, "Kalau soal alasan sebaiknya ditanya ke mereka.".

Sementara itu, Wasekjen PAN Sonny Sumarsono menyebut keputusan Nasrullah dan Putra Jaya mundur dari kepengurusan PAN adalah hal yang biasa dalam dinamikan politik. Yang jelas, menurut dia, internal PAN masih baik-baik saja.

"Kalau internal PAN sih adem-adem saja, enggak masalah, dan sekarang teman-teman PAN terutama yang mencaleg lagi sibuk di dapil masing-masing untuk menyukseskan Pileg dan Pilpres," kata dia.

 

Tak Berpengaruh

Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (Waketum PAN) Bara Hasibuan angkat bicara terkait banyaknya pihak yang mengundurkan diri atau nonaktif dari kepengurusan partai. Dia menegaskan sampai saat ini partainya masih tetap solid.

"Tapi internal PAN ini tetap solid, tidak ada efeknya terhadap internal partai sendiri. Memang ada bendahara umum PAN yang mundur dan beberapa pengurus, tapi itu saya pikir partai tetap solid," kata Bara saat dihubungi, Kamis (27/12/2018).

Bara juga menanggapi santai dengan banyaknya pihak yang mengundurkan diri, nonaktif dari jabatan hingga munculnya desakan mundur Amien Rais dari jabatan Ketua Dewan Kehormatan. Ia menilai itu sebagai bentuk keprihatinan dari masing-masing kader.

"Jadi mereka merasa punya tanggung jawab moral untuk menyampaikan hal tersebut berdasarkan keprihatinan mereka, yang jelas mereka ini PAN. Tetap bisa punya eksistensi dan peranan dalam kehidupan demokrasi kita," ungkapnya.

Dia menegaskan mundur atau nonaktifnya pengurus bukan karena masalah Pilpres 2019. Semua masalah itu, berkaitan dengan masalah di manajemen partai.

"Bukan soal Pilpres yang pasti, tapi soal internal manajemen partai dan Pak Nasrullah sudah katakan juga kan. Dia bilang dia kecewa dengan manajemen partai," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya